Episode 17 "Perintah Sialan"

52 21 1
                                    

Don't be a silent readers
Happy Reading 👑


Jenice menghela napas panjang sembari mengadahkan kepalanya menatap Sang Mentari yang sudah bersinar sejak tadi. Perempuan itu tidak sengaja bangun kesiangan dan Lena serta Joanna, para perempuan yang tidak memiliki hati nurani, meninggalkannya bersama rombongan pelayan Putra Mahkota tanpa memiliki niat sedikitpun untuk membangunkannya. Untung saja Jane yang bangun lebih pagi daripada biasanya langsung membangunkan Jenice.

Meskipun tahu bahwa dirinya mungkin sedang ditunggu, Jenice tetap melangkahkan kakinya dengan santai. Mendapatkan hukuman dari Putra Mahkota atau tidak, bukan masalah yang besar baginya. Lagipula Jenice bangun terlambat itu bukan seratus persen kesalahannya. Ini semua karena Putra Mahkota yang menahannya untuk pulang dengan alasan ingin membahas tentang Jenice yang akan menggantikannya dalam pementasan tarian pedang.

Jenice mendesis sembari menyilangkan kedua tangannya didepan dada. Sejujurnya dia sangat tidak setuju mengenai keputusan Putra Mahkota yang mendadak itu. Secara Jenice adalah seorang perempuan, lalu apakah para undangan tidak akan menyadari bahwa yang sedang menampilkan Tarian Pedang adalah seorang pelayan? Dan bagaimana jika dia mendapatkan hukuman dari Sang Raja? Apakah Jenice akan dipenjara seumur hidup atau..kepalanya akan dipenggal seperti Kakek tempo lalu?!

Jenice menggelengkan kepalanya cepat, sial membayangkannya saja sudah hampir membuatnya pingsan apalagi harus melakukan. Tetapi tidak ada cara untuk menolak perintah lelaki sialan itu. Perempuan itu mengacak rambutnya frustrasi, mengapa dari sekian banyaknya pelayan dan juga prajurit harus dia yang menggantikan posisi Putra Mahkota? Apa mungkin Putra Mahkota sudah menaruh banyak sekali dendam terhadap Jenice lalu menempatkannya pada kondisi yang berbahaya? Wah, benar-benar lelaki bedebah sialan itu tidak pantas menjadi seorang Raja.

Jenice membelalakan mata ketika tubuhnya terhuyung kedepan setelah kaki kanannya tidak sengaja menyandung sebuah batu. "Ah!" ringisnya. Dia mendongakkan kepalanya menatap seorang lelaki yang sedang tertawa atas penderitannya. Lelaki paling sialan sebelum Putra Mahkota.

"Hei, apa yang kau pikirkan sampai tersandung seperti itu?" tanya Ellard setelah puas menertawakan kekasih sandiwaranya itu.

Jenice berdecak seraya bangkit berdiri, lalu kembali melangkahkan kakinya tanpa mempedulikan Ellard. Entahlah semakin hari Jenice semakin membenci tangan kanan Putra Mahkota tersebut.

"Hei! Apa kau marah? Aku kan hanya bercanda." ujar Ellard sembari merangkulkan tangan kirinya kepundak Jenice.

"Bukan candaan namanya, jika ada salah satu pihak yang tidak tertawa." sahut Jenice dingin yang kemudian menepis kasar tangan Ellard.

Ellard tersenyum menyesal lalu menepuk-nepuk kepala Jenice dengan perlahan. "Maaf, aku tidak akan mengulanginya lagi."

Jenice mengernyitkan dahinya saat Ellard menepuk kepalanya terus-menerus."Apa yang sedang kau lakukan?"

"Menepuk kepalamu."

"Maksudku.." Jenice menghela napas kasar. "Kenapa kau terus menepuk kepalaku?!" lanjutnya dengan nada yang kesal.

"Katanya, ketika seorang lelaki melakukan kesalahan terhadap perempuan, permintaan maaf yang paling ajaib adalah dengan menepuk-nepuk kepala perempuan tersebut. Karena dapat membuat hati perempuan itu luluh dan mau memaafkan kesalahan lelaki." jelas Ellard dengan nada bangga.

Jenice berdecih pelan sembari menghentikan langkah kakinya. "Jangan pernah mempercayai teori yang bahkan tidak pernah terjadi."

"Tetapi aku pernah menemui beberapa kejadian seperti itu." Ellard mengubah raut wajahnya, yang semula mengerutkan kening menjadi senyuman menggoda atau mengejek. "Atau kau tidak pernah merasakan itu karena kau tidak pernah berkencan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KILL THE KING Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang