Don't be a silent readers
Happy Reading 👑
Matahari telah terbit dari ufuk timur sana sejak tadi, hingga membuat sinarnya memasuki celah-celah sebuah rumah dan mengenai wajah seorang perempuan. Merasa terganggu, perempuan itu membuka matanya secara perlahan dan menatap sebuah tempat yang menurutnya terlalu asing. Jenice mengambil sikap duduk dengan raut wajah yang sangat terkejut. Napasnya mulai tidak teratur akibat terlalu panik, Jenice menelan air ludahnya dengan susah payah, keringat dingin juga sudah membasahi tubuhnya. Dia mengedarkan pandangannya, tidak ada siapapun kecuali dirinya.
Perempuan itu bangkit berdiri dengan tergesa-gesa, menatap sebuah pintu yang sedikit terbuka. Dengan perlahan Jenice mendekati pintu tersebut, hanya sekedar untuk waspada barangkali ada seseorang. Setelah mengeluari ruangan yang merupakan tempat pertama kali dia pijak, kaki Jenice mendadak lemas hingga membuatnya jatuh lunglai. Kepalanya menoleh menatap sebuah lorong panjang yang minim pencahayaan, disana terdapat beberapa pintu. Jenice memejamkan matanya, berusaha mengingat kejadian apa yang telah menimpanya serta teman-temannya tadi malam.
Flashback On🎞️
"Ze-zetania?" panggil Jenice dengan nada terbata-bata sembari mendongakkan kepalanya untuk menatap raut wajah Zetania.
"Halo, Jenice. Aku sudah datang ke duniamu." ucap perempuan itu sembari tersenyum membuat kecantikannya berlipat ganda. Zetania menatap Arlene, Jane, Rose secara bergantian sembari mengucapkan sapaan. "Halo Arlene, Jane dan juga Rose."
Arlene menjawab dengan senyuman canggung, otaknya masih berpikir bagaimana perempuan yang tidak pernah dia kenali itu bisa mengenal namanya? Sedangkan Jane dan Rose hanya terdiam dengan mulut terbuka, batin mereka tampak mengaku bahwa perempuan yang ada dihadapan mereka saat ini adalah perempuan yang sangat cantik seperti seorang idol ternama.
Jenice menelan air ludahnya dengan susah payah. "Ke-kenapa kau ke-kemari?" tanya Jenice dengan gagap, entahlah mendadak dia menjadi gagap.
Zetania mengambil sikap jongkok, kedua tangannya meraih kedua tangan Jenice. Matanya menatap Jenice dengan tatapan penuh harap. "Tentu saja untuk menagih janjimu."
Jenice menarik kedua tangannya dan memeluk dirinya sendiri. Sekarang adalah saatnya dia merasakan penyesalan yang amat besar, Jenice menoleh dan menatap ketiga temannya yang tengah mengerjapkan matanya heran. " I-itu.. i-i-iya aku me-mengatakannya. Te-tetapi bukan berarti aku dan teman-temanku harus sekarang juga berangkat kesana kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KILL THE KING
Fantasy[Akan direvisi setelah tamat ya bos!] Mimpi adalah pengalaman alam bawah sadar yang mustahil terjadi didalam dunia nyata. Tetapi siapa yang menyangka, bahwa hanya dengan mimpi seorang wanita bersama ketiga temannya tertimpa malapetaka? Zetania, s...