Episode 12 "Mengirim Surat"

124 96 12
                                    

Don't be a silent readers

Happy Reading 👑

Jenice menghela napas panjang, sedangkan kedua manik matanya masih senantiasa menatap Putra Mahkota malas. Sudah hampir tiga puluh menit semenjak dirinya mengantarkan nampan sarapan lelaki itu. Tetapi alih-alih menyantap sarapannya, Winston justru terfokuskan pada sebuah lembaran kertas yang dipegangnya. Jenice tidak mempermasalahkan tentang Putra Mahkota akan menikmati sarapannya nanti atau sekarang. Masalahnya dia tidak bisa mengeluari ruangan Winston tanpa membawa kembali nampannya.

Tidak ada percakapan yang tercipta diantara keduanya, hanya rintikan hujan yang menggema diseluruh penjuru ruangan. Jenice memainkan jemari-jemarinya guna untuk menghilangkan rasa bosan. Membentuk burung, love, kelinci dan lain sebagainya. Bibirnya mulai melantunkan sebuah musik dengan nada pelan, daripada dia terkena omel oleh sang pemilik ruangan. Hingga pandangannya teralih, menatap Nyonya Delina yang memasuki ruangan Putra Mahkota secara tiba-tiba.

"Ibu Selir Qerline ingin bertemu dengan anda, Putra Mahkota." ucap Nyonya Delina dengan kepala yang tertunduk setelah berada dihadapan Winston. Jenice sedikit mengernyitkan dahinya, mencoba mengingat seseorang yang baru saja disebut oleh Nyonya Delina. Selir Qerline? Ah, Ibu dari Pangeran Archer dan istri pertama Sang Raja.

Winston menatap Nyonya Delina sekilas, setelahnya lelaki itu menghela napas berat. "Suruh dia masuk." Nyonya Delina mengangukkan kepalanya sekali. "Dan, jangan biarkan pelayan itu keluar dari ruanganku sebelum aku menyelesaikan sarapanku." titah Putra Mahkota sembari menunjuk Jenice menggunakan jari telunjuk tanpa menatap perempuan itu.

Nyonya Delina mengangukkan kepalanya lagi, kemudian membalikkan tubuhnya untuk mempersilahkan Selir Qerline memasuki ruangannya. Sedangkan Jenice hanya mengerucutkan bibirnya, padahal baru saja dia berharap akan diajak keluar bersama dengan Nyonya Delina. Bola matanya bergerak mengikuti langkah Selir Qerline sampai perempuan itu duduk berhadapan dengan Putra Mahkota.

"Aku membawakan roti yang kubuat bersama Selir lainnya." ucap Qerline dengan nada yang sangat lembut sembari tersenyum manis. Tangan kanannya menaruh sebuah kotak berwarna coklat diatas meja Putra Mahkota. Winston mengangukkan kepalanya tanpa memasang ekspresi senang ataupun berterimakasih sedikitpun. Entahlah tetapi Jenice merasa lelaki itu sedikit merasa malas dengan Ibu Selir Qerline..?

"Apakah kau merasa terganggu dengan kedatanganku?" Winston menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Qerline. Sekali lagi lelaki itu tidak memasang ekspresi apapun, membuat Jenice menebak-nebak perasaan apa yang sedang mengitari batin Winston. "Maaf, jika seandainya kau terganggu. Aku hanya ingin mengantarkan roti ini kepadamu, sekaligus berkunjung untuk melepas rindu." ucap Qerline sembari memasang tampang murung. Winston mengangukkan kepalanya sekali, ketika merasa sudah tidak ada percakapan lagi, Winston kembali berkonsentrasi membaca laporan rapat yang diselenggarakan oleh para Pangeran.

"Tidak terasa ulang tahun Raja sebentar lagi akan diselenggarakan." Ucapan Qerline barusan membuat tubuh Jenice menegang dalam hitungan detik. Mulutnya terbuka lebar, perempuan itu tidak salah dengar bukan? Seseorang yang akan berulangtahun adalah Raja yang akan dibunuhnya?

"Kudengar kau memerintahkan Pangeran untuk menyusun acaranya, apakah itu benar?" tanya Qerline yang hanya mendapatkan angukan kepala dari Winston. "Ada berapa banyak acara yang akan berlangsung selama dua hari itu?" Qerline bertanya lagi, membuat Jenice sedikit penasaran, apakah mereka sedang melakukan sesi tanya-jawab?

Winston menaikkan salah satu alisnya, kemudian bibirnya mulai menjelaskan. "Pada malam hari pertama aku akan mengadakan  pameran lukisan Pangeran Delwin.Pada hari kedua, aku akan mengadakan sarapan bersama diluar ruangan dengan hidangan mewah pada pagi hari. Setelahnya seluruh tamu undangan dibebaskan melakukan aktivitas yang mereka inginkan. Malamnya aku akan mengadakan pesta dansa sebagai puncak dari acara ini."

KILL THE KING Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang