Don't be a silent readers
Happy Reading 👑
Seorang perempuan tengah merapikan rambutnya dengan sangat hati-hati menggunakan sisir yang terbuat dari kayu. Kedua tangannya terangkat dan dengan telaten dia menggulung rambutnya hingga berbentuk bulat sempurna. Tangan kanannya menahan rambut yang sudah tergulung rapi agar tidak lepas, sedangkan tangan kirinya mengambil dua karet berwarna hitam yang telah disediakan. Setelah merasa rambutnya terikat dengan baik, tangan kanannya beralih kearah bedak. Dia menepuk-nepukkan bantalan bedak diwajah mulusnya. Kedua sudut bibirnya terangkat, meski wajahnya yang berada dipantulan kaca tidak begitu terlihat dengan jelas, dia sudah yakin jika dirinya sudah berpenampilan rapi dan cantik.
"Wah, aku ini memang perempuan tercantik!" pujinya pada dirinya sendiri, membuat teman sekamarnya menatapnya dengan tampang jijik. Perempuan bernama Jane itu menopangkan dagunya dengan tangan kanan. "Aku yakin Para Pangeran akan terpesona dengan kecantikanku." ujarnya sembari tersenyum sendiri, siapapun bisa menjamin bahwa perempuan itu tengah berangan-angan akan sesuatu yang terlihat mustahil.
Jenice berdecih pelan, menulikan telinganya agar tidak mendengar ocehan halu dari bibir sahabat karibnya itu. Meski memang tidak bisa dipungkiri jika Jane adalah salah satu perempuan paling cantik disekolah mereka. Dan bisa dikatakan pula, jika Jenice cukup iri dengan kecantikan Jane. Tetapi memangnya dia bisa apa selain merawat dirinya sendiri dan bersyukur atas keadaan?Ketika dia merasakan rasa iri pada kecantikan atau keberuntungan orang lain, dia akan teringat pada sebuah quotes : syirik tanda tidak mampu. Mungkin saja, kecantikannya sedikit tertunda.
"Hei, Jenice. Kau tidak menata rambutmu?" tanya Jane tanpa mengalihkan wajahnya dari cermin. Membuat Jenice yang masih berbaring diatas kasur lantai, membangunkan dirinya dengan malas. Dia merangkak cepat hingga berada disamping Jane. Tangan kanannya mengambil sisir dan mulai menyisiri rambutnya dengan secepat kilat dan rupanya itu membuat Jane sedikit terkejut dengan sikap bar-bar Jenice. Setelah itu dia menyatukan ribuan rambutnya dan mengikatnya dengan bentuk yang hampir mirip dengan ekor kuda. Kemudian dia melemparkan sisir dengan beberapa helai rambutnya yang rontok.
Jane tampak sedikit membuka mulutnya sembari mengerjapkan mata beberapa kali. "Kau.. sungguh kejam pada rambutmu sendiri." ujarnya sembari menggeleng-gelengkan kepala dan menatap Jenice dengan tatapan miris.
"Good Morning!!" suara Arlene menggelegar diseluruh penjuru ruangan Jenice dan Jane. Perempuan polos itu tampak tersenyum, rambut panjangnya dikepang dengan model dari atas hingga bawah. Tentu saja model kepang itu berhasil membuat Arlene jauh lebih manis.
"Wah, Arlene. Bagaimana kau mengepang rambutmu seperti itu?" tanya Jenice dengan tatapan takjub, jujur saja dia ingin rambutnya dikepang seperti itu. Namun, mana mungkin dia memiliki keahlian mengepang rambut. Menguncir dengan model ikat dua saja tidak pernah simetris, satunya diatas satunya dibawah.
"Rose yang mengepangkanku." jawab Arlene sembari menampilkan deretan giginya dan mulai memainkan rambutnya yang sudah dikepang itu. Rose yang berada disebelah Arlene tersenyum bangga dengan keahliannya dalam menata rambut. Perempuan mungil itu sendiri menguncir rambut pendeknya.
Jenice mengalihkan pandangannya yang kemudian menatap Rose dengan tatapan berbinar. "Aku juga ingin dikepang seperti itu, Rose!"
Rose menatap Jenice dengan tatapan sedikit meremehkan,sudah menjadi rutinitasnya untuk menggoda Jenice. "Tidak mau." sahutnya yang kemudian menjulurkan lidahnya.
"F*ck." umpat Jenice sembari memutar bola matanya malas, memang salah berharap pada satu-satu temannya yang sangat laknat itu.
Rose tertawa lepas, tuhkan menggoda Jenice memanglah menyenangkan karena perempuan itu akan langsung tersulut emosi. Berbeda dengan Arlene dan juga Jane. Rose tidak pernah berani mengejek Jane, itu karena sudah dipastikan dirinya akan mendapat pukulan maut. Dan lagi Rose itu pasti akan selalu kalah dalam perdebatan antara dirinya dan Jane. Sedangkan Arlene adalah perempuan langka dalam sejarah kehidupan seorang Rose. Seluruh ejekan yang keluar dari bibirnya untuk Arlene tidak akan pernah dipahami oleh perempuan polos satu ini. Alih-alih membuat Arlene kesal pada dirinya seperti Jenice ketika diejek, malah dia sendiri yang merasa kesal dengan kelemotan Arlene.
KAMU SEDANG MEMBACA
KILL THE KING
Fantasy[Akan direvisi setelah tamat ya bos!] Mimpi adalah pengalaman alam bawah sadar yang mustahil terjadi didalam dunia nyata. Tetapi siapa yang menyangka, bahwa hanya dengan mimpi seorang wanita bersama ketiga temannya tertimpa malapetaka? Zetania, s...