Don't be a silent readers
Happy Reading 👑
Keempat perempuan tengah berjalan menelusuri sebuah hutan dengan kegelapan yang mencekam. Untungnya beberapa lelaki yang menggiring mereka kesuatu tempat membawa obor untuk menerangi perjalanan mereka. Jenice yang berada paling depan, berjalan tanpa perasaan waspada. Sedangkan ketiga temannya berjalan dengan langkah pelan sembari menatap sekitar dengan tatapan takut. Mereka ketakutan jika ada hewan buas mendatangi mereka atau mungkin makhluk tak kasat mata. Jenice menghela napas panjang sembari mencengkram pakaiannya saat mendengar sesuatu yang terdengar mencurigakan. Sebuah auman, mungkin?
"Tak perlu takut, itu hanya serigala." ucap lelaki yang berada disebelahnya membuat Jenice menatapnya tidak percaya. Sungguh apa lelaki ini gila, hanya serigala katanya? Yang benar saja, apa dia tidak tahu hewan seperti serigala bisa kapan saja mengoyak tubuhnya untuk dijadikan makanan hewan ganas itu?
"Kau yakin atas keputusanmu?" tanya lelaki itu secara tiba-tiba sembari menatap Jenice dengan tatapan yang sulit diartikan.
Jenice mengernyitkan dahinya, bukankah menjadi pelayan kerajaan jauh lebih baik daripada tidak bisa membayar hutang (meski itu bukan hutangnya sih) atau tidur dijalanan? Lagipula tujuannya dia kemari adalah dengan berada di Kerajaan dan kemudian membunuh seorang Raja. Setelah itu dia dan ketiga temannya bisa kembali kedunia mereka dengan hati tenang dan senang. Meski awalnya ketiga temannya tampak tidak setuju dengan keputusan Jenice tadi, pada akhirnya mereka harus berada di Kerajaan dengan cara apapun.
"Ya, aku sangat yakin atas keputusanku." sahut Jenice dengan nada mantap sembari mengangukkan kepalanya sekali. Lelaki itu tertawa pelan, dia tidak percaya bahkan tidak menyangka bahwa ada seorang perempuan yang dengan senang hati menjadi seorang Pelayan Kerajaan.
"Ah, benar. Ada yang ingin kutanyakan." ucap Jenice sembari menatap lelaki yang berada disebelahnya membuat lelaki itu menaikkan salah satu alisnya. "Apa nama Kerajaan ini?" tanya Jenice, yah sebenarnya ini tidak terlalu penting. Hanya saja dia merasa penasaran, sebuah Kerajaan seharusnya memiliki nama bukan?
"Kau tidak tahu nama Kerajaan ini? Wah, rakyat macam apa kau ini?" Lelaki itu berdecak beberapa kali sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
Jenice mengerjapkan matanya, ingin sekali bibirnya mengumpati lelaki itu dan berkata dia bukan salah satu rakyat di Kerajaan ini. Namun, tentu saja dia harus menahan segala rasa amarah itu dan dia merasa tidak akan ada gunanya menjelaskan masalah yang tengah menimpanya saat ini. "Aku tidak berasal dari Kerajaan ini, jangan bertanya aku berasal darimana karena aku tidak akan pernah menjawab itu. Jadi katakan apa nama Kerajaan ini." ucap Jenice dengan nada penuh memerintah, seolah tidak ingin dibantah.
Lelaki itu mendengus matanya menatap sebuah rumah, dimana dia menyimpan para gadis malang yang terpaksa menjual diri mereka untuk menjadi seorang pelayan. Kemudian dia menatap Jenice dengan tatapan intens dan dalam.
"The Last Kingdom, itu nama Kerajaan ini."
⚜️
Arlene tidak berani memejamkan matanya barang sedetikpun, disini terlalu gelap dan dia takut akan ada sesuatu yang datang. Seperti serangga-serangga kecil atau mungkin makhluk halus. Bulu kuduknya berdiri saat otak perempuan itu memutar rupa-rupa iblis yang biasanya berada difilm. Dia tidak bergadang sendirian, disampingnya ada Jenice yang hanya melamun dan terlihat tidak berniat membuka topik untuk berbicara dengannya. Sebenarnya dia teramat penasaran tentang apa yang dibicarakan oleh Jenice dan salah satu lelaki yang membawa mereka kemari. Namun, tentu saja dia tidak berani bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KILL THE KING
Fantasy[Akan direvisi setelah tamat ya bos!] Mimpi adalah pengalaman alam bawah sadar yang mustahil terjadi didalam dunia nyata. Tetapi siapa yang menyangka, bahwa hanya dengan mimpi seorang wanita bersama ketiga temannya tertimpa malapetaka? Zetania, s...