Don't be a silent readers
Happy Reading 👑
Jenice membuka mulutnya lebar dengan pandangan yang berkeliaran menatap sebuah bangunan. Bangunan besar dan megah itu sungguh Kediaman Para Pelayan? Wah, padahal bayangannya bangunan yang akan menjadi tempat tinggalnya didalam kerajaan tidak jauh berbeda dengan tempat yang sebelumnya. Di film atau drama kerajaan juga tidak ada Kediaman Para Pelayan yang semegah ini, bahkan ketika menonton deretan film itu tidak ada yang menunjukkan bahwa para pelayan memiliki tempat tinggal tersendiri. Benar-benar menakjubkan.Kedelapan perempuan itu mulai memasuki perkarangan Kediaman Para Pelayan setelah para lelaki memerintahkan mereka untuk segera masuk. Untungnya beberapa saat yang lalu Joanna tersadar dari pingsannya, kondisinya memang belum sepenuhnya membaik sehingga perempuan itu berjalan dengan dipapah oleh Seily.
Jenice menolehkan kepalanya kebelakang, matanya menatap salah satu dari para lelaki itu menerima sebuah kantung berwarna coklat. Kemudian pandangannya beralih menatap Ellion yang kini juga tengah menatapnya. Jenice menarik kedua ujung bibirnya yang menghasilkan senyuman, tangan kanannya melambai-lambai sebagai ucapan perpisahan. Sedangkan sang penerima hanya berdecih pelan sembari memutar bola matanya membuat Jenice mendengus serta menggelengkan kepalanya pelan. Lelaki itu sok dingin!
Jenice kembali menatap pintu utama, ditatapnya seorang perempuan berumur dengan paras yang sangat cantik tengah tersenyum ramah kepada dirinya juga kepada teman-temannya. Pakaian megah meliliti tubuh indah perempuan itu. Baju lengan panjang putih dengan ukiran bunga kuning keemasan, dipadukan dengan rok hingga mata kakinya yang berwarna merah gelap. Disisi kanan-kirinya terdapat satu pelayan dengan pakaian yang jauh lebih sederhana daripada perempuan berumur tadi. Sudah bisa dipastikan bahwa perempuan itu adalah seseorang yang memiliki jabatan tinggi diantara para pelayan lainnya.
"Selamat datang di Kediaman Para Pelayan, perempuan-perempuan manis." ujarnya dengan nada yang sangat lembut, tatapannya menatap kedelapan perempuan dengan hangat. "Aku adalah Felina, Kepala Kediaman Para Pelayan. Kalian bisa memanggilku Nyonya Felina. Setelah ini kalian boleh memasuki kamar yang sudah kami siapkan, mandilah dan gantilah pakaian kalian. Pakaiannya juga sudah kami siapkan. Setelah seluruhnya telah siap, kalian semua akan berkumpul diruang makan. Saat itu aku akan menjelaskan bagaimana cara kerja kalian saat menjadi pelayan. Apakah kalian paham?" seluruh perempuan yang berada dihadapannya mengangukkan kepalanya paham.
"Ah benar, satu kamar berisikan dua orang. Kalian bisa mengaturnya sendiri bukan?"Lagi, kedelapan perempuan itu hanya mengangukkan kepalanya. Setelah itu Nyonya Felina memasuki kembali bangunan megah itu. Kedua pelayan yang berada disisi kanan-kiri Nyonya Felina mulai menggiring kedelapan perempuan untuk ikut masuk. Ternyata selain lebar, bangunan ini juga tinggi hingga menciptakan dua lantai. Banyak sekali pintu-pintu yang berjejer dengan rapi.Wah, Jenice dan ketiga temannya merasa bahwa mereka sedang berada dihotel yang ada pada dunia mereka. Kedua pelayan tadi tampak berjalan menaiki tangga dan tentu saja diikuti oleh kedelapan perempuan itu.
"Empat kamar ini adalah kamar yang bisa dipakai oleh kalian. " ujar salah satu perempuan sembari menunjuk empat kamar yang kebetulan berderet." Kamar mandi dan ruangan makan ada dilantai bawah. Nanti selengkapnya kalian akan dijelaskan oleh Nyonya Felina. Jika ada pertanyaan lain, kalian boleh memanggilku atau temanku ini diruangan yang berada diujung sana. Kalian mengerti bukan? Kalau begitu kami permisi." lanjutnya dengan panjang lebar kemudian melangkahkan kakinya untuk pergi. Jenice dan teman-temannya tampak mengucapkan banyak terimakasih kepada kedua perempuan tadi karena sudah mengantarkan mereka dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
KILL THE KING
Fantasy[Akan direvisi setelah tamat ya bos!] Mimpi adalah pengalaman alam bawah sadar yang mustahil terjadi didalam dunia nyata. Tetapi siapa yang menyangka, bahwa hanya dengan mimpi seorang wanita bersama ketiga temannya tertimpa malapetaka? Zetania, s...