Don't be a silent readers
Happy Reading 👑
Sepasang manik mata Jenice menatap nampan sarapannya dengan tatapan kosong. Tangan kanannya yang memegang sendok dan memainkan butiran-butiran nasi, tanpa memiliki niat sedikitpun untuk memasukkannya kedalam mulut. Ada beberapa alasan yang membuatnya sedikit tidak berselera makan pagi ini. Alasan pertama, dia masih sangat mengantuk. Semalam dia menunggui Putra Mahkota dengan waktu yang cukup lama. Yang kedua, kepalanya pusing dan perutnya sedikit tidak enak. Mungkin faktor tidur terlalu malam dan makan secara tidak teratur menjadi penyebabnya. Ketiga, ada beberapa pertanyaan yang berlalu-lalang dipikirannya sekaligus cukup membuatnya sedikit penasaran.
Perempuan itu tampak mempertanyakan, apakah makam yang kemarin dia lihat merupakan tempat peristirahatan terakhir Ratu Veronica? Semalam dia memang melihat dengan jelas, nama yang berada didepan makam tersebut. Tetapi bisa saja bukan ada anggota kerajaan yang memiliki nama sama dengan Ibunda Putra Mahkota?
Tetapi kalau itu benar, apa yang menjadi alasan Ratu Veronica meninggal? Sakitkah atau karena faktor umur yang semakin menua? Apakah Ratu Kerajaan ini tiada karena kekejaman Raja? Apa alasan yang menguatkan Raja hingga dengan teganya membunuh istrinya sendiri? Atau jangan-jangan Ratu meninggal akibat rasa iri oleh kerabatnya sendiri? Sudah menjadi sesuatu yang biasa bukan, jika ada seseorang yang menggunakan cara apapun agar bisa menjatuhkan sesamanya hanya karena perasaan iri? Drama Kerajaan yang biasanya dia tonton juga begitu, Raja, Ratu atau seseorang yang memiliki jabatan tinggi dibunuh oleh saudara sendiri.
Jenice mengerjapkan matanya beberapa kali, untuk apa dia memikirkan sesuatu yang sama sekali bukan urusannya? Perempuan itu menghela napas, kemudian mulai menyantap sarapannya dengan kurang bersemangat. Hingga tatapannya beralih pada dua perempuan yang dia kenali duduk berhadapan dengannya. Jenice berdecak pelan sembari memutar bola matanya malas, saat Lena dan Joanna menampilkan deretan gigi mereka yang rapi. Meski malas, dia tidak berpindah dari posisi duduknya sekarang.
"Kemarin malam, Putra Mahkota mengajakmu kemana?" tanya Lena yang sepertinya berusaha membuat topik untuk mencairkan suasana sekaligus membuat Jenice tidak merasa kesal lagi padanya dan Joanna. Yang ditanya hanya mengedikan bahunya acuh, Jenice masih merasa kesal dengan tingkah mereka berdua yang hanya mementingkan dirinya sendiri.
"Kau masih marah pada kami?" tanya Joanna sembari menurunkan kedua sudut bibirnya dan memasang tampang memelas. Jenice menatap Joanna dengan tatapan datar. "Kau pikir saja sendiri." sinis Jenice yang kemudian memasukkan sesuap nasi dan tumpukan lauk hingga membuat kedua pipinya mengembung.
"Maafkan kami, Jenice. Kami tidak bermaksud meninggalkanmu seperti itu. Tetapi kami sungguh tidak siap jika langsung melayaninya seperti itu." Kali ini Lena bersuara dan memasang raut wajah yang sangat bersalah.
Jenice berdecak, selalu saja seperti ini. Kenapa disaat dia merasa kesal dengan seseorang dan orang tersebut memasang raut wajah seperti Lena, hatinya luluh?Jenice berdeham pelan sembari menganguk-angukkan kepalanya, membuat seulas senyuman kembali terlihat di wajah kedua saudari itu. Matanya menatap Lena dan Joanna secara bergantian, apakah sebaiknya dia bertanya tentang Ratu Veronica? Setelah meyakinkan diri kurang lebih lima belas detik, bibirnya mulai berbicara. "Aku ingin bertanya tentang sesuatu."
Ucapan Jenice langsung membuat dirinya menjadi pusat perhatian oleh kedua perempuan yang berada dihadapannya. "Baiklah, tanyakan saja." ucap Joanna mempersilahkan.
"Kemarin aku menemani Putra Mahkota ke sebuah pemakaman Kerajaan mungkin..? Disana dia berjongkok tepat didepan sebuah makam. Setelah aku lihat baik-baik, nama yang berada didepan makam tersebut adalah Veronica." Lena dan Joanna mengangukkan kepalanya sembari melakukan aktivitas mengunyah. "Aku pernah mendengar dari penjelasan Nyonya Felina jika Veronica adalah Ratu Kerajaan ini. Nah, pertanyaannya adalah apakah Ratu Veronica sudah tiada?" tanya Jenice. Sebenarnya dia tidak terlalu peduli, hanya saja dia sedikit penasaran. Saanggaatt seeediiikiit, oke?
KAMU SEDANG MEMBACA
KILL THE KING
Fantasy[Akan direvisi setelah tamat ya bos!] Mimpi adalah pengalaman alam bawah sadar yang mustahil terjadi didalam dunia nyata. Tetapi siapa yang menyangka, bahwa hanya dengan mimpi seorang wanita bersama ketiga temannya tertimpa malapetaka? Zetania, s...