14. Vierzehn

5.3K 623 22
                                    

Yoongi menatap kosong langit-langit ruangan yang ditempatinya. Ia sudah tidak memiliki harapan untuk bisa bebas dari sini.

Setiap ia berontak ingin keluar, para perawat itu akan datang dan menyuntikkan obat penenang padanya. Ikatan ditangan dan kakinya juga akan dikencangkan.

Air matanya juga sudah berhenti mengalir dari entahlah ia tidak bisa menghitung hari disini. Sekarang ia hanya bisa pasrah saat seorang perawat datang ke arahnya.

"Kau teman Kookie bukan?"

Yoongi terkejut saat perawat itu bertanya demikian. Matanya langsung memandang sang perawat yang masih menyuntikkan cairan ke selang infusnya.

"Tenang saja, aku akan membantu kalian keluar. Tetap bersikap seperti biasa."

Yoongi hanya mengangguk mendengar penuturan sang perawat. Ia bahagia sekarang, setidaknya sekarang Yoongi memiliki harapan untuk keluar dari sini.

"Jangan berusaha memberontak, aku akan tetap mengawasimu." Ujar sang perawat kemudian berlalu pergi dari hadapan Yoongi.

***

Taehyung kini sedang berada di kafe. Namun ia tidak memiliki keinginan untuk membantu pegawai kafe, jadi ia hanya duduk diam di ruangannya dan menaruh kepalanya di atas meja.

Mantel yang tadi pagi dipakainya juga masih masih belum dilepas. Entahlah, Taehyung sedang tidak ingin melakukan apapun sekarang.

Taehyung memandang malas ponselnya, disana terdapat nama Jimin yang menghubunginya. Ia mengambil ponselnya malas kemudian mengangkat panggilan Jimin.

"Tae—taehyung."

Taehyung langsung menegakkan tubuhnya saat mendengar suara parau Jimin. "Jimin ada apa? Kau ada masalah?" Tanya Taehyung cepat.

"Ba—bawahanku bilang, ini proyek pemerintah, dan semua werewolf sudah dimusnahkan."

Tangis Taehyung seketika pecah, itu artinya Jungkooknya juga ikut terbunuh.

"Aku menunggumu di depan kafe. Kita akan memberikan penghormatan terakhir untuk mereka."

Taehyung segera mematikan sambungan telfonnya. Menghapus air matanya dengan kasar kemudian beranjak keluar menemui Jimin.

"Hoseok hyung, aku titip kafe padamu. Aku harus pergi keluar sekarang." Ujar Taehyung cepat kemudian segera keluar.

Hoseok hanya mengangguk, ia menatap punggung Taehyung yang mulai menjauh dengan pandangan bingung.

Ia bingung kenapa Taehyung menangis, dan kenapa Taehyung tampak buru-buru padahal kondisinya sedang buruk.

Hoseok mengendikkan bahu pelan kemudian segera melanjutkan pekerjaannya.

***

Disinilah Taehyung dan Jimin berada. Di sebuah gedung dekat pegunungan, tempat dimana abu para werewolf disimpan.

Di dalamnya diisi rak kaca besar dengan sebuah guci abu putih polos di setiap rak. Hanya guci berwarna putih polos, tak ada sesuatu yang bisa menunjukkan ini abu milik siapa.

Disudut ruangan diletakkan sebuah meja untuk menaruh bunga krisan yang dibawa pelayat. Tak lupa pula beberapa dupa juga diletakkan di sekitar meja.

Taehyung dan Jimin meletakkan bunga krisan yang mereka bawa di atas meja yang disediakan. Menyatukan kedua tangan kemudian berdoa sebentar.

Setelah melakukan persembahan Taehyung menatap ruangan itu. Air mata sudah berada di ujung, siap tumpah. Wajahnya tampak kacau begitu pula perasaannya sekarang.

Tak jauh beda dengan Taehyung, Jimin juga kacau. Walaupun ia dan Yoongi sering bertengkar, namun tak dapat dipungkiri bahwa dirinya menyayangi Yoongi.

Keduanya hanya berdiri dengan diam, sibuk dengan kesedihan masing-masing. Baik Jimin atau Taehyung, mereka sangat terpukul dengan kenyataan ini.

"Tae, ayo pulang. Hari mulai malam." Ujar Jimin setelah lebih tenang. Taehyung mengangguk sebentar menyetujui ucapan Jimin.

"Kookie sampai jumpa. Hyung selalu menyayangi mu." Gumam Taehyung pelan kemudian mengajak Jimin keluar.

-tbc-

Baby Wolfie [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang