Oke. Pertama-tama, yang harus ia lakukan adalah... apa?
Yena mengerjap bingung.
Sepeninggal Jaebum, ia bengong di ruang tengah dengan setumpuk modul di tangan. Menatap pantulan Im Jaebum di layar televisi yang mati. Sekarang sudah pukul setengah tujuh malamㅡsebentar lagi saatnya makan malam. Jadi, Yena harus memasak, kan?
"Tapi gue nggak bisa masak." gumam Yena pada dirinya sendiri. Kemudian tatapannya teralih pada dompet kulit warna hitam di atas meja kopi. Itu dompet Jaebumㅡyang dengan terpaksa tadi, pria itu memberitahukan semua password dan pin ATMnya. Pasti uangnya banyak, batin Yena. Bisa saja ia berbuat jahat dengan menghabiskan uang Jaebum untuk membeli makanan enak tapi Yena masih tahu diri.
Maka menghela napas pelan, ia bangkit. Membereskan modul yang berserakan dan meraih dompet Jaebum, masuk ke dalam kamar. Tengah mengamati ruangan pribadi Jaebum itu dengan lebih detail (ada foto keluarganya di atas nakas ternyata, saat Jaebum dan Nayeon masih kecil) ketika pintu apartemen mendadak dibuka. Tubuh Yena jadi tegang. Itu pasti Bu Nayeon!
"Mas?" panggil Nayeon.
Yena mematung gugup dan bingung, mendelik secara berlebihan pada pigura di atas nakas saat suara berderit dari pintu kamar terdengar dan Nayeon memanggil sekali lagi. "Mas? Udah pulang dari tadi?"
"Ehㅡ" Yena menoleh patah-patah seperti robot, menatap Nayeon yang mengerjap lantas mengerling penuh arti ke arahnya.
"Kenapa mendadak tegang begitu? Hayo, pasti ada sesuhahanininana."
"Hah?"
Nayeon terbahak tanpa berniat menjelaskan. Melangkah menjauh dari kamar Jaebum dan Yena mengikutinya. Memerhatikan bagaimana wanita itu melemparkan tas selempangnya ke sofa, kemudian melepas jaket yang dikenakannya dan menyampirkannya begitu saja ke punggung sofa, lantas menggulung rambut panjangnya acak-acakan.
"Mas, masak, dong." kata Nayeon sembari menjatuhkan tubuhnya ke sofa. Sebelah kakinya diletakkan di atas meja kopi, meraih remote dengan jari-jari kakinya kemudian menekan tombol power menggunakan jempol kaki. Itu adalah cara menyalakan televisi paling malas yang pernah Yena lihat. "Laper banget nih aku. Tadi Mark nggak ngajak makan dulu katanya ada urusan pentingㅡpadahal sih aku tau dia cuma mau nongkrong sama temen-temennya. Dasar cowok!"
Yena masih bengong. Bu Nayeon yang ia kenal di sekolah adalah petugas UKS menyenangkan yang ramah dan perhatianㅡbukan orang super malas dan berantakan yang meraih remote dengan tangan saja ogah.
"Mas!" hardik Nayeon. Agaknya kesal melihat Jaebum hanya berdiri melongo seperti orang bodoh. "Ngapain sih bengong gitu? Iya, iya! Ini tuh nanti aku beresin! Tapi aku laper banget, Mas. Masa nggak mau masakin, sih?"ㅡNayeon berguling di sofa hingga berbaring tengkurap dengan siku menyangga tubuh. Mengerjapkan matanya yang bulat (sama sekali tidak mirip dengan Jaebum yang matanya cuma segaris) dan menggembungkan pipi dengan bibir mengerucut. Yena tahu ituㅡitu jurus imut yang kadang juga ia gunakan di rumah kalau ingin minta sesuatu pada Seungyoun atau Papa Siwon.
"Aku pingin makan pasta, Mas." kata Nayeon dengan suara merajuk imut.
"Uhㅡoke." Yena mengangguk pelan. Berbalik menuju dapur dan terdiam sekali lagi. Ia tidak tahu bagaimana membuat pasta atau apa itu. Melirik Nayeon yang kini garuk-garuk perut dan cengengesan menonton drama.
Yena mengerutkan kening. Agak sebal juga karena disuruh-suruh. Mengobrak-abrik dapur dan menemukan ramyun. Maka, sekali lagi melirik Nayeon, ia seenaknya mengganti pasta dengan ramyun. Sebodo amat, pikir Yena. Daripada ia memaksakan diri memasak dan malah membakar dapur apartemen iniㅡatau paling parah, membunuh Nayeon tanpa sengaja karena meracuninya. Toh Nayeon sama sekali tidak memerhatikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Boom! (JB x Yena)
RandomBagaimana jadinya kalau mendadak kau bertukar jiwa dengan gurumu sendiri? Dan terlibat serangkaian kejadian aneh di luar akal sehat? _____ "Kyaa! Pak Jaebum!" "Tolong jangan teriak dengan ekspresi begitu saat di dalam tubuh saya. Kesannya menggelika...