"KYAA!"
Choi Yena menjerit histeris saat bibir merah milik kepala di atas bilik itu tertarik membentuk seringai lebarㅡsangat lebar hingga sudut bibirnya seolah nyaris menyentuh telinga. Yena buru-buru keluar dari toilet dan tersandung di depan pintu, jatuh tersungkur. Tapi segera merangkak menjauh mengabaikan rasa sakit di lututnya.
"Kyaa! TOLONG!" jeritannya menggema di sekitar koridor yang lengang. Membuat murid dan guru di dalam kelas terlonjak kaget, melongok keluar kelas untuk mengecek apa yang terjadi.
"Ada apa ini?" tanya Mr. Mark yang kebetulan tengah mengajar kelas 1-Cㅡkelas yang letaknya paling dekat dengan toilet. Disusul murid-murid yang berdesakan di belakangnya ingin tahu.
Masih memasang wajah ngeri, Yena mengacungkan tangannya ke arah toilet. "Ada kepala, Mister! Ada kepala!"
Tarikan napas terkejut terdengar di mana-mana dan Mr. Mark bergegas masuk ke dalam toilet. Memeriksa setiap bilik untuk membuktikan kata-kata Yena namun nihil. Toilet perempuan itu lengang dan bersih mengkilatㅡtidak ada siapa-siapa di sana.
Yena membelalak terkejut dengan lipstik masih belepotan sampai pipi. Menatap Mr. Mark yang melangkah keluar dari toilet dengan raut masam dan berdiri menjulang di depannya. Berkacak pinggang. "There's nothing. Kamu mau bohongi saya, ya?"
"Serius, Mister!" seru Yena. "Tadi ada kepala yang psst-psst ke saya dari atas bilik!"
Yena berusaha menjelaskan tetapi kalimatnya hanya disambut tawa oleh murid-murid kelas satu yang menonton. Wajah Mr. Mark semakin masam bahkan tampak bosan.
"Sana, kembali ke gedung olahraga. Jangan bolos." kata Mr. Mark sembari menyipitkan mata. "Dan hapus make up kamu. Siswi tidak diperbolehkan memakai riasan." Mr. Mark melangkah menjauh, mengibaskan tangan pada murid-murid yang berkerumun ingin tahu di koridor. "Yang lain bubar!"
Yena manyun. Mengusap wajah yang basah dengan telapak tangan lantas menyeka bibir merahnya dan lengan pakaian olahraga. Menundukkan kepala malu dan kesal, gadis itu berlari kecil menaiki tanggaㅡtidak tertarik untuk mengecek apakah di toilet masih ada kepala atau tidak. Bahkan tidak tertarik untuk kembali ke gedung olahraga. Mood-nya hancur dan ia malu juga takut. Tidak ingin bertemu dengan siapapun untuk sementara ini, Yena memutuskan untuk menyendiri di atap. Sebodo amat dikira bolos.
Suasana atap sekolah memang menyenangkan dan menenangkan. Mungkin itulah kenapa banyak tokoh utama dalam drama maupun komik yang suka menyendiri di atap.
Matahari agak terik tapi sekarang baru pukul delapan lebih dua puluh lima, dan angin sepoi-sepoi meniup rambut panjang Yena yang dikuncir kuda. Gadis itu berdiri di tepi atap, bersandar pada pagar pembatas dan menyandarkan dagu di sana. Memperhatikan kegiatan di bawah sanaㅡtidak banyak yang berlalu-lalang, hanya penjaga sekolah yang sibuk bersih-bersih. Juga Pak Jaebum yang tampak melangkah keluar dari gedung olahraga. Mencari Yena, sepertinya.
Sayangnya, setelah apa yang terjadi, Yena sama sekali tidak tersanjung dengan sikap Jaebum. Ia bahkan berpikir tidak ingin bertemu dengan pria itu dan semakin mempermalukan dirinya sendiri.
Yah, siapa yang nggak malu sih kalo keliatan bego di depan Mas Crush?
"Kenapa sih lo punya ide buat dandan-dandan menor begini?" Yena menggerutu. Merogoh seragam olahraganya dan menarik satu lagi kaos kaki yang masih berada di dalam sana, melemparkannya ke bawah. "Dan kenapa pake kaos kaki, sih!? Huft!"
Yena terdiam sambil manyun. Merenungi dan menyesali perbuatannyaㅡmenyalahkan diri sendiri dan Pak Pak Jaebum ("Kenapa sih gue harus naksir om-om kayak dia!?") dan menyalahkan Bu Seulgi ("Kenapa juga Bu Seulgi deket banget sama Pak Jaebum!?"), saat mendadak pintu besi yang menuju atap berkeriut terbuka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Boom! (JB x Yena)
De TodoBagaimana jadinya kalau mendadak kau bertukar jiwa dengan gurumu sendiri? Dan terlibat serangkaian kejadian aneh di luar akal sehat? _____ "Kyaa! Pak Jaebum!" "Tolong jangan teriak dengan ekspresi begitu saat di dalam tubuh saya. Kesannya menggelika...