13. Baru

122 26 11
                                    

"Baru kusadarii~
Cintaku bertepuk sebelah tangaaaan~
Kau buat remuk~ seluruh hatikuuu~"

Im Jaebum mengerutkan kening dengan raut datar, melirik Jinyoung yang tengah menyesap kopi di sela percakapan mereka sembari mendengarkan penuh penghayatan lagu yang tengah diputar di acara televisi internasional. Terdengar seperti lagu galau. Ia menghela napas panjang, ikut-ikutan menyesap kopi.

Tadinya, Jaebum tidak berniat mampir karena ia kira Nayeon minta ditemani sampai acara reuni bersama teman-teman SMA-nya selesai. Ternyata adik perempuannya itu sudah punya janji dengan kekasihnya selesai acaraㅡmaka Jaebum memenuhi undangan Jinyoung untuk makan malam. Sekalian bertemu anak didiknya yang membuat Jaebum kepikiran seharian tadi. Tapi ternyata memang lebih baik ia pulang saja, karena mendengar Yena berteriak dengan wajah kesal tentang dirinya cukup menyakitkan juga.

Yah, kalau diingat lagi, ia bahkan tidak benar-benar mengenal siswi bernama Choi Yena sebelum iniㅡtidak tahu kalau ternyata Yena adalah keponakan yang sering diceritakan Jinyoung dulu. "Keponakan yang lucu, menggemaskan, dan bikin kangen." katanya. Dan sekarang Jaebum jadi mengerti kenapa Jinyoung menyebut Yena demikian. Tetapi ia sadar sepenuhnya kalau menuruti kata hatinya dalam kondisi seperti ini adalah salah. 

Yena masih muda, masih remaja, dalam masa puber dan mungkin itulah kenapa Yena gampang baper. Terlebih, dari yang Jaebum dengar, gadis itu memang naksir dirinya sejak lama. Seperti siswi-siswi lain yang suka cari perhatian selama tiga tahun Jaebum bekerja sebagai guru. Tapi ia sendiri bukan lagi remaja dan berada di umur matang siap menikah. Maka tidak heran kalau kedekatan mereka mendapat banyak tentangan. Dan pastinya sikap Jaebum terkesan kurang ajar padahal ia sama sekali tidak ada niatan untuk bermain-mainㅡmurni karena terbawa suasana. Apalagi kalau mengingat pertukaran jiwa itu membuat mereka menjadi lebih dekat.

"Heh." lututnya ditepuk cukup keras dan Jaebum tersentak, mengerjap menatap Seungyoun yang duduk di lantaiㅡsudah mengganti saluran dengan drama kesukaannya.

"Hm?" Jaebum mengangkat alis. Menyesap sekali lagi kopinya yang sudah agak dingin. Menahan diri untuk tidak melirik ke arah pintu kamar Yena mengingat Jinyoung mengeluhkan sikap gadis itu yang menolak makan malam.

"Lo harus jaga jarak sama Yena." kata Seungyoun tiba-tiba. Jaebum terbatuk pelan.

Jinyoung menghela napas panjang. "Abangㅡ"

"Diem, Om." sela Seungyoun kurang ajar. "Biar dia nih tau kalo si bego itu baper ke dia. Cuma gara-gara sering ketemu doang." Seungyoun mengembalikan tatapan pada Jaebum, sinis. "Lo tuh gurunya. Ajarin yang bener, dong. Jangan bisanya cuma bikin murid baper doang. Gini nih malesinnya guru muda, suka caper."

"Abang, ngomongnya." kata Jinyoung memperingatkan. Tapi Seungyoun sudah bangkit dan masuk ke dalam kamar.

Jaebum menghela napas pelan. Mengedikkan bahu dan tersenyum seadanya pada Jinyoung. Berusaha terlihat tidak peduli padahal sebenarnya ia agak tersinggung. 

Tapi bukannya ia memang harus menjaga jarak agar jiwa mereka tidak tertukar lagi?

Boom! (JB x Yena)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang