8. Hilang (2)

123 36 9
                                        

"Kalian ini dari mana aja, hah!?"

Pukul 22.47 ketika akhirnya Yena dan Jaebum sampai di rumah. Jangan tanya bagaimana canggungnya mereka sepanjang perjalanan tadiㅡYena bahkan tidak berani melirik ke Jaebum dan membuat dirinya sendiri merona dengan konyol. Sementara Jaebum mendadak jadi kaku seperti ada yang menyekrup leher dan persendiannya. Mereka duduk berjauhan sebisa mungkin di dalam mobil (meski sulit) seolah berdekatan membuat tubuh mereka gatal-gatal.

Dan, jelas saja, Park Jinyoung serta Choi Seungyoun menyambut mereka dengan wajah galakㅡterutama ditujukan pada Im Jaebum yang dianggap bertanggung jawab atas kejadian ini.

"Ngapain aja, sih?" tidak ada yang salah dengan pertanyaan Seungyoun. Tapi saat mereka ingat bagaimana hidung mereka bersentuhan, mereka jadi salah tingkah. Jaebum bahkan terbatuk keras sementara Yena tertawa canggung.

"Nggak ngapa-ngapain, kok!" jawab Yena buru-buru. Menggelengkan kepala kelewat keras. Tulang lehernya berderak.

"Kita, ehㅡ" Jaebum melirik Yena yang membuang muka, kemudian mengusap rambut gelapnya, "Latian Yena selesai agak maleman gitu..."

"IYA!" sahut Yena cepat. "Tadi latiannya ternyata lama banget, Om! Pak Jaebum nungguin adek sampe selesai, deh! Terus abis itu kita makanㅡngantrenya lama banget!"

"Kenapa nggak bilang?" Jinyoung mengangkat alis. Masih bersidekap dengan raut curiga. "Harusnya ngasih kabar dulu, jangan bikin kita khawatir. Kalian nggak ada yang angkat telepon atau bales chat."

"Sori, Jin." kata Jaebum. Ia dan Yena menunduk, memasang raut bersalah setengah memelas. 

"Jangan kayak gini lagi," ujar Seungyoun, masih belum melepas tatapan sangsi. "Kalian tuh harus hati-hati. Gimana kalo ada yang liat kalian jalan berdua di luar lingkungan sekolah, hah? Bisa jadi gosip hangat ibu-ibu kantin! Lo juga harus sadar posisi, Bum. Lo yang lebih tua. Lo gurunya. Lo bisa dikeluarin kalo sampe ketahuan ada apa-apa di antara kalian. SMA Hwallim ketat banget."

Terlepas dari bagaimana tidak sopannya Seungyoun dan nada suaranya yang terdengar kesal, kalimat itu cukup menampar Yena dan Jaebum pada kenyataan bahwa mereka adalah guru dan murid. Tidak seharusnya terlalu akrab hingga pergi berdua dan nyaris... melakukan sesuatu yang menyenangkan. Meski mereka melakukannya tanpa sengajaㅡdan kutukan sialan itu yang membuat mereka dekat.

Yena menggigit bibir, melirik Jaebum yang terdiam di sampingnya dengan wajah serius. 

"Yaudah." kata Jinyoung memecah keheningan. "Udah malem. Lo nginep aja, Bumㅡ"

"Nggak! Nggak boleh!" sela Seungyoun. Pemuda itu mendelik galak sambil bertolak pinggang. "Nggak boleh nginep di sini! Pulang aja sana!"

"Bangㅡ" 

"Nggak usah dibelain!" tatapan galak Seungyoun berpindah padanya. "Lo buruan masuk."

Yena mengerucutkan bibir. Melirik Jaebum sekali lagi dan mendapati pria itu mengulum senyum tipis sembari menganggukkan kepala sekilas. Lantas pamit.

Meski agak tidak rela, Yena menghentakkan kaki melangkah masuk. Buru-buru mandi dan ganti baju. Kemudian sambil memeluk selimut dan bantal, berlari kecil keluar dari kamar menyusul Jinyoung dan Seungyoun di ruang keluarga. Kejadian horor yang menimpanya di sekolah tadi cukup menakutkan dan membuatnya agak trauma. Sendirian di dalam kamar membuat Yena membayangkan hal yang iya-iya dan tidak bisa tidur.

"Kok ke sini, Dek?" tanya Jinyoung saat Yena menjatuhkan tubuh ke sofa dan menarik selimut hingga dagu.

Yena nyengir lucu, berbaring miring dan menguap pelan. "Takut di kamar sendirian, Om."

Boom! (JB x Yena)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang