9. Kepala

114 32 21
                                    

Choi Yena, meski tahu diri untuk menjalankan tugas-tugas rumah membantu Om Jinyoung, tetaplah seorang anak bungsu. Satu-satunya putri Mama Boyoung dan Papa Siwon yang terkadang masih manja padahal usianya sudah tujuh belas tahun. Terlebih, sejak kejadian mengerikan yang menimpanya tempo hari, Yena jadi makin manja.

Ia suka bertelepon lama-lama dengan orangtuanya di Hongkong dan sesekali menggunakan suara merajuk imut yang membuat Seungyoun mengeluarkan suara muntah keras-keras saat tak sengaja mendengar. Yena bahkan lebih sering menempel pada Om Jinyoung atau Seungyoun (sesekali, karena abangnya lebih banyak bikin Yena marah).

Seperti malam itu, ketika Pak Jaebum memenuhi undangan makan malam Om Jinyoung dan mengernyit keheranan melihat Yena menempel seperti lintah. Mengikuti kemana pun Jinyoung pergiㅡbahkan dengan sok ikut membantu memasak yang malah membuat makan malam mereka nyaris hangus.

"Adek duduk dulu, dong." Kata Jinyoung penuh kesabaran. Mendorong Yena untuk duduk di meja makan. "Bentar lagi makanannya siap, kok."

Yena mengerucutkan bibir. Seungyoun mendengus keras-keras dan mencoba tidak peduli. Sementara Jaebum mengerutkan kening. Meski Yena yang merajuk terlihat lebih menggemaskan.

"Sudah besar kok masih manja." Celetuk Jaebum saat Jinyoung meletakkan piring-piring berisi makanan ke atas meja dan mendudukkan diri di sebelah Yena.

Yena menyipitkan mata, menatap guru olahraganya yang malam itu mengenakan pakaian kasual. "Terserah saya dong, Pak." Sahut Yena kesal. "Om Jin kan Om saya."

"Tapi kamu udah tujuh belas tahun." Kata Jaebum santai, mulai menyantap makanannya. "Udah SMA. Di sekolah aja suka bikin masalah, masa di rumah lembek banget."

"Saya nggak suka bikin masalah!" Seru Yena kesal. Tapi masih bergelayut di lengan Jinyoung. Melempar tatapan memelas pada omnya itu. "Om, marahin dong temennya. Masa ngatain Adek, sih?"

"Bum," Tegur Jinyoung. Mengerling Jaebum di seberang meja. "Terusin aja ngatainnyaㅡ"

"Om!"

Ketiga laki-laki di ruang makan itu tertawa. Tetapi Yena masih memberengut kesal. Mendadak, tidak bisa lupa pada bagaimana kedekatan Jaebum dan Seulgi. Dan bagaimana perasaan aneh serta janggal yang menggelayuti hatinya sejak kemarin.

Maka ketika guru olahraganya pulang seusai makan malam itu, ia membaringkan tubuh di sofa ruang keluarga dan menatap bergantian abang serta omnya. Dua hari terakhir, karena Yena merengek takut tidur sendirian dan minta ditemani, Jinyoung dengan bijak memutuskan kalau mereka bisa tidur di ruang keluarga bersama-samaㅡmembuat Seungyoun mengerang dan misuh dengan lancarnya. Tapi keputusan Jinyoung, demi menghindari konflik, sudah mutlak.

"Bang. Om." Panggil Yena pelan.

Jinyoung yang duduk selonjor di lantai bersebelahan dengan Seungyoun sambil menonton drama Kehidupan Pernikahan, bergumam pelan sebagai jawaban. Meja kopi sudah disingkirkan dan dua laki-laki itu tampak nyaman.

"Adek mau nanya." Kata Yena.

"Yaudah nanya ajaㅡeh, sialan itu pelakor jahat banget!" Sahut Seungyoun, sempat teralihkan oleh adegan dalam drama.

Yena menggigit bibir. Wajahnya terasa panas karena malu dan jantungnya deg-degan. Gadis itu menggigit bibir pelan, kemudian berkata lirih, "Selera pria dewasa itu gimana, sih?"

"Hah? Gimana?" Pertanyaan Yena sukses mengalihkan Jinyoung dan Seungyoun dari adegan panas perkelahian antara istri sah dan pelakor di televisi sana, menatap gadis muda itu dengan mata membulat kaget dan mulut terbuka.

Boom! (JB x Yena)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang