Bagaimana rasanya saat mendadak orang yang kita sukai melakukan satu hal mendebarkan yang membuat kita lebih yakin kalau dia juga menyukai kita? Well, tentu saja rasanya menyenangkan sampai-sampai hati dan lambungmu dipenuhi bunga. Tapi, langkah apa yang sebaiknya dilakukan setelah itu?
Yena menggelengkan kepala keras-keras sampai pusing. Menatap pantulan dirinya dalam cermin. Mengusap sisi kepalanya dengan wajah merona. Kemudian menjerit tertahan dan menjatuhkan diri ke atas ranjang. Berguling ke kanan dan ke kiri. Kembali bangkit dan berdiri di depan cermin untuk menyisir rambut panjangnya yang sudah dikeramas (Yena sengaja menuang shampo beraroma stroberi banyak-banyak dan menggosok sampai kulit kepalanya sakit) dengan pipi menggembung tapi kemudian cengar-cengir seperti orang gila. Berlari mengelilingi kamar. Dan mengulangi lagi kegiatan itu dari awalㅡini yang keempat.
Tapi alih-alih merasa lelah, Yena justru bersemangat. Sampai pintu kamarnya (yang dikunci rapat-rapat) diketuk keras oleh Seungyoun dan Yena yang tengah berguling di kasur jatuh berdebum ke lantai.
"Lo ngapain, sih?" tanya Seungyoun dari luar sana.
Yena nyengir, meski tidak ada yang bisa melihat, dan buru-buru bangkit. Mengusap bagian depan kaosnya yang kusut dan membuka pintu. Kembali nyengir pada Seungyoun yang kini bergidik ngeri.
"Lo lagi ngapain, sih? Gubrak-gubrak di kamar sendirian dari tadi. Waras, lo?"
"Nggak papa kok, Bang. Lagi latian aerobik." jawab Yena asal.
"Aerobik macam apa nggak ada musiknya?"
"Musiknya cuma bisa didengar orang-orang beriman. Hehe."
"Apa sih pake 'hehe' segala! Geli dengernya!"
Yena nyengir sekali lagi. Sama sekali tidak tersinggung. Malahan, gadis itu berjinjit untuk melongok melalui bahu Seungyoun. "Waktunya makan malam ya, Bang?"
"Iye." dengus Seungyoun. Melangkah menuju dapur diikuti Yena yang melompat-lompat kecil. "Lo sih dari tadi dipanggil kayak orang budeg."
"Sama Om Jin, kan?" tanya Yena tidak masuk akal.
Seungyoun melirik adik perempuannya sekilas dengan wajah bingung bercampur kesal. "Emang biasanya lo makan sama setan?"
Yena tertawa merdu. Memukul manja punggung Seungyoun hingga pemuda itu terlonjak kaget dan melompat menjauh dengan raut ngeri. "Apasih, lo!?"
"Hahaha~ Abang bisa aja sih ngelawaknya." kata Yena. Nada suaranya berubah lembut-lembut manja.
"Gue emosi, Bego! Bukan ngelawak!" sahut Seungyoun makin kesal. Tapi sekali lagi, Yena cuma tertawa merdu dan melangkah buru-buru menuju ruang makan. Sedikit berharap kalau Pak Jaebum ada di sana untuk memenuhi undangan makan malam Om Jinㅡjadi Yena bisa melihatnya, walaupun sebenarnya deg-degan sekali dan bingung harus bersikap seperti apa. Karena selain bikin Yena makin naksir, kecupan Pak Jaebum juga sedikit meredakan rasa takut dan bingungnya tentang Organisasi Phantom, Penyihir Bawah Tanah, dan Jinyoung Park.
Tapi di ruang makan hanya ada Jinyoung yang tengah menaruh piring bersi lauk ke atas meja. Yang menyambutnya dengan pertanyaan sama seperti Seungyoun tadi. Yena menghela napas kecewa. Tapi Yena belum berputus asa.
Kata orang, saat kita jatuh cinta, rasanya ingin terus-terusan bertemu. Atau minimal, melihat dari kejauhan saja sudah bahagia luar biasa. Dan untuk pertama kalinya Yena merasakan keinginan kuat itu di dalam dirinya.
"Om!" sapa Yena ramah sembari menghempaskan bokong ke kursi kayu. "Hari ini nggak ngundang temennya makan malam?"
"Siapa?" tanya Jinyoung, justru terlihat bingung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Boom! (JB x Yena)
RandomBagaimana jadinya kalau mendadak kau bertukar jiwa dengan gurumu sendiri? Dan terlibat serangkaian kejadian aneh di luar akal sehat? _____ "Kyaa! Pak Jaebum!" "Tolong jangan teriak dengan ekspresi begitu saat di dalam tubuh saya. Kesannya menggelika...