"Huhuhu... Pak Jaebum..."
Im Jaebum menegakkan tubuh yang sakit luar biasa. Punggungnya rasanya mau patah. Pria itu meringis, menyentuh punggungnya sekilas. Menunduk. Sial, batin Jaebum sambil menghela napas panjang. Ia bertukar jiwa lagi dengan Choi Yena. Dan sekarang berada di dalam tubuh mungil berbalut kaos dan celana training yang lengket penuh keringat. Padahal Jaebum hanya menjalankan perintah Jinyoung untuk menjemput keponakannya satu ini. Tapi malah mendengar derap langkah kaki dan teriakan histerisㅡdan Choi Yena terbang ke arahnya dari atas tangga.
"Pak Jaebum..." Mendengar isak tangis dari suara maskulin itu, Jaebum mendongak. Mengerutkan kening kesal melihat Im Jaebum yang bertubuh kekar dalam balutan seragam olahraga tengah meringkuk di atas lantai sambil menangis sesenggukan. Wajah pucatnya memerah dan matanya sembap. Jaebum sendiri bahkan tidak ingat pernah menangis begitu.
Kepalang tanggung, karena sudah berada di dalam tubuh Choi Yena dan baru akan bertukar kembali berjam-jam nanti, ia beringsut pelan dan menarik Yena untuk bangun. Duduk di lantai dan menariknya ke dalam pelukan. Membiarkan Im Jaebum bersandar di bahunya dan terisak.
"Tadiㅡ" Yena membersit hidung, "ada hantu, Pak."
Kenapa sih dari kemarin mereka harus berurusan dengan hal seperti itu?
"Sstt... udah. Nggak papa. Saya di sini." Rasanya aneh mendengar suara serak khas milik Yena sekarang terdengar bijak. Jaebum menepuk-nepuk punggungnya menenangkan.
Yena mengusapkan wajah ke kaos Jaebum. "Saya dikejar-kejar. Dari toilet lantai tiga." Kemudian menangis lagi dengan tubuh gemetaran.
Kalimat Yena membuat Jaebum melirik ke atas tangga. Sepi. Gelap. Ngeri juga, sih.
"Yaudah. Sekarang kitaㅡ"
"Lho? Pak Jaebum?" Sebuah suara terdengar, mengagetkan mereka. Ketika menoleh, Pak Satpam sudah berdiri di depat pintu masuk dengan raut heran. Membuat Jaebum buru-buru melepaskan pelukannya dari Yena dan berdeham salah tingkah. Bisa menyebar gosip tidak menyenangkan kalau ketahuan pelukan begini. "Ada apa ini, Pak? Saya dengar ribut-ribut tadi."
Jaebum menyikut Yena yang masih mengusap-usap wajah dengan bibir mengerucut. Gadis itu menarik napas panjang dan mendongak, menatap Pak Satpam sambil menggeleng. "Nggak kok, Pak. Cuma... jatuh aja. Hehe."
Ia sekali lagi menyikut Yena tepat di tulang rusuk. Melempar tatapan penuh peringatan. Sejak kapan Pak Jaebum meringis dengan suara 'hehe' sok imut?
Pak Satpam memicingkan mata sejenak, menatap mereka bergantian. Sebelum kemudian mengangguk dan berbalik, melangkah kembali ke dalam posnya.
Jaebum menghela napas lega. Melirik Yena yang kini kembali mengusap wajah dan bahunya gemetaran. Agak tidak tega, Jaebum menepuk bahunya dua kali. "Udah, jangan nangis lagi. Yuk, pulang. Jinyoung nyuruh saya jemput kamu karena nggak pulang-pulang daritadi."
Ia bangkit dengan bunyi krek keras dari punggung. Membuatnya kembali meringis. Kemudian menarik Yena untuk ikut berdiri dan memapah gadis itu menuju tempat parkir. Mendapati Yena sesekali menoleh ke dalam gedung sekolah dengan raut ngeri. Jaebum tidak bisa membayangkanㅡtanpa sengaja menabrak kakek-kakek aneh yang menghilang saja sudah cukup bikin merinding, apalagi dikejar-kejar makhluk tak kasat mata. Pantas Yena histeris minta ampun.
"Ehㅡ" Masalah lain muncul ketika mereka sampai di parkiran, menghentikan langkah di sebelah mobil Jaebum. Pria itu mengerutkan kening. Menatap Im Jaebum yang kini terlihat lemah dan menggosok matanya berkali-kali. "Kamu bisa nyetir?" Tanya Jaebum konyol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boom! (JB x Yena)
RandomBagaimana jadinya kalau mendadak kau bertukar jiwa dengan gurumu sendiri? Dan terlibat serangkaian kejadian aneh di luar akal sehat? _____ "Kyaa! Pak Jaebum!" "Tolong jangan teriak dengan ekspresi begitu saat di dalam tubuh saya. Kesannya menggelika...