Maya (1)

771 25 80
                                    

STUDIO KIDS, TOKYO

Aku menggempur tubuhku dengan bergerak, berlatih, menari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menggempur tubuhku dengan bergerak, berlatih, menari.

Aku tidak boleh berhenti, aku tahu jika aku berhenti bergerak, maka pikiranku akan kembali padanya.

Pada Dia!!

Sialan!!!

Aku tidak boleh memikirkannya, tidak boleh!!

Ya Tuhan, dadaku semakin sesak setiap memikirkannya,___Apa yang aku lakukan!! Astaga!!!

Tubuhku mulai gemetar, kakiku terasa lemas,__

Tentu saja aku lemas dan kelelahan, aku belum beristirahat, sejak tiba kembali di Tokyo dari Kepulauan Izzu aku langsung ke studio, aku tahu jika kembali ke apartement, aku hanya akan menangis dan membuat Rei , sahabat satu apartementku banyak bertanya.

Menyandarkan tubuhku di dinding dan menekuk kedua lututku, aku membenamkan kepalaku, sebentar saja, aku ingin istirahat, melirik jam tangan, aku tahu dua jam lagi Studio akan ramai dan teman- temanku mulai berdatangan.

Aku hanya ingin istirahat sebentar saja.

-

-

-

"Ternyata kau sudah lama mengetahui jika aku adalah Mawar Ungu?" Pertanyaan retoris itu keluar dari mulut yang beberapa hari lalu melontarkan kalimat paling kejam di dunia untukku.

Aku mengangguk.

"Lantas mengapa kau masih ingin bertemu denganku? "

"Aku ingin anda yang mengakuinya." Ucapku dengan keberanian yang kupaksakan.

Pria itu tertawa, hambar ditelingaku, tapi setidaknya aku mendengar suara paling merdu di dunia, suara yang selalu kurindukan dan menghantui setiap tidurku, suara yang bisa membuatku menangis sekaligus tersenyum bahagia.

Sialnya, suara itu berasal dari Masumi Hayami, pria satu- satunya di dunia yang sanggup membuat hatiku remuk redam, jungkir balik, bahkan menetaskan airmata darah.

Pria yang tak mungkin dan sangat mustahil membalas perasaanku, yang ku fikir saat berada diatas Kapal Astoria dia juga memiliki ' sesuatu' terhadapku.

Pria yang jauh dari kastaku, pria yang sama sekali bukan berasal dari dunia miskin sepertiku.

Pria yang memiliki segalanya di dunia, sementara aku tidak punya apa- apa.

Astaga, apa yang kupikirkan sebelum berangkat ke Izzu???

Mengapa kebodohan dan ketololan tidak pernah jauh dari benakku, meracuni akal pikiranku sehingga sedemikian beraninya aku mengharapkan mimpi menjadi kenyataan.

Masumi hanya memandangku sekilas, lalu mengalihkan tatapannya ke laut, ke ombak yang bergulung- gulung memukul bibir pantai.

Aku lebih berharap kami bertengkar seperti biasanya.

Pursuing a DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang