(10)

389 24 52
                                    

Masumi memacu mobilnya dijalanan malam Kota Tokyo, perasaannya sulit didefinisikan, lega, bimbang, khawatir, marah, kecewa, terluka.

Hampir dua tahun kebimbangan menekan sisi egoisnya.

Dua tahun dia menjalani kehidupan dengan terpaksa.

Dua tahun menjalani hukuman untuk menjaga dan merawat wanita yang depresi karena tak terima putusannya.

Dua tahun dia memutuskan berkomitmen menikahi wanita yang tak dia inginkan, menjauhkan gadis yang dicintai, bahkan meskipun kerinduan merundungnya tanpa mengenal batas waktu menekan keinginannya tanpa sekalipun berusaha membuka komunikasi pada gadis yang dia rindukan.

Semua untuk menjaga batas, menjaga harga diri agar kelihatan pantas.

Dengan semena- mena Shiori tak menghormati dirinya,__ hanya karena nafsu birahi tak terbelenggu pada tempatnya.

Tak  pernah ia bayangkan berakhirnya hubungannya dengan Shiori disebabkan perkara bencana hati, terlebih perbuatan hina dan sangat mencoreng nama.

Tujuannya menikahi Shiori murni menjaga dan mengupayakan kesembuhan Shiori dari depresi, meskipun dia berniat meninggalkan Shiori namun tak juga dalam kondisi rapuh seperti ini,__

Sesaat kebimbangan membuatnya goyang,__ menepikan mobil disebuah apartement sederhana dimana jendela yang selalu dia perhatikan selama hampir dua tahun ini selalu gelap tak pernah terang.

Jalan takdirnya berliku- liku, kekhawatiran Shiori kembali nekat membayang, tapi harga dirinya telah diinjak- injak dengan perbuatan tercela, meski dia tak memberi hati, dia juga tak pernah memperlakukan Shiori bak pecundang,  ia tak berbuat maksiat dengan bermain perempuan selama masa pernikahan.

Meneguhkan putusan, kembali dia memacu mobil, bukan menuju Hotel tempat tujuannya semula. Tapi sebuah kediaman yang telah ditinggalkan dua tahun terakhir.

-

-

Gerbang membuka, dengan penjaga yang membungkuk hormat dan senyum semringah menyambutnya.

"Selamat malam Tuan Muda."

Masumi hanya tersenyum menurunkan kaca mobilnya dan kembali memacu mobil masuk ke pelataran kediaman keluarga.

Masumi hanya tersenyum menurunkan kaca mobilnya dan kembali memacu mobil masuk ke pelataran kediaman keluarga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kediaman itu tampak sama tidak ada yang berubah semenjak dia tinggalkan.

Tetap megah, kokoh, kaku bak benteng tak tergoyahkan dengan kemewahan klasik tak pudar dimakan masa.

Pelayan lain membukakan pintu, dan senyum mengembang merekah,__ pelayan yang sedari kecil telah melihatnya bertumbuh.

"Selamat datang kembali Tuan Muda,__" Ucapnya tercekat.

Masumi mengangguk " Terimakasih, apa ayahku dikamarnya?"

"Tuan Besar diruang kerjanya. Anda ingin saya memberitahu Tuan Besar jika anda datang?"

Pursuing a DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang