( 19)

470 24 52
                                    

Siang itu keduanya berada di salah satu Restoran terbaik di London, Masumi menyewa sebuah mobil mewah lengkap dengan supir.

Kecanggungan sudah hampir lenyap dari kedua pundak mereka, suasana pun sudah mulai mencair.

Maya berusaha keras memaafkan  Masumi, meskipun hatinya masih terlalu waspada jika tiba- tiba pria yang duduk dihadapannya kembali berbelok dan meninggalkannya sekali lagi.

Mendapat luka sebesar itu, merasakan hancur separah itu dan mengetahui kenyataan jika Shiori masih terus mengharapkan Masumi, sungguh membuat Maya belum terlalu yakin dengan niat keseriusan Masumi.

Ditambah, dimasa lalu Masumi sering mengubah keputusannya.

Suka atau tidak, Maya masih mempertahankan  tembok yang masih ada diantara mereka.

Seakan- akan dengan begitu, kejadian hampir 3 tahun yang lalu tidak kembali membuatnya jatuh.

Satu lagi yang masih membuatnya terus bertanya- tanya ,  apa dia sudah pantas untuk berdiri disamping Masumi.

Meskipun pria itu telah menyatakan hati dan cintanya untuk Maya.

Disela- sela mereka menunggu pesanan datang, Masumi menanyakan kegiatan Maya, Maya pun bercerita jika malam ini akan tampil di Royal Court, dan Maya mengajak Masumi untuk menonton konser musiknya.

Masumi menyanggupi, Maya tidak menyinggung kapan Masumi kembali ke Tokyo, mendapat jawaban jika pria itu akan hadir, membuat buncahan rasa bahagia di dada Maya.

"Seperti dulu lagi rasanya, kau akan melihat pentasku, dan setelah itu mawar ungu dan kartu ucapan akan datang."

" Iya, seperti dulu, dan aku berjanji setiap pentasmu yang akan datang aku pastikan datang."

"Kau pasti bercanda, tidak mungkin Direktur Daito yang sangat sibuk bolak balik Tokyo- London hanya untuk melihatku pentas."

"Siapa bilang aku akan membiarkanmu tinggal di London setelah ini?"

Maya menaikkan alis matanya tinggi- tinggi.

"Jangan bercanda Pak Masumi."

"Kau memanggilku begitu lagi!" Dan kini Masumi mendekatkan mulutnya pada bahu Maya yang mengenakan gaun terusan dengan potongan kerah sabrina, hingga kulit bahunya yang putih mulus terbuka.

Sedari tadi Masumi sudah menggila melihat bagian kulit yang terbuka itu.

Sungguh sinting!!

Dan hanya cukup dengan alasan Maya melanggar komitmennya, bahu gadis itu menjadi sasaran untuk menanamkan gigitan kecil disana.

Maya mengaduh, dan meninju lengan Masumi berkali- kali. 

Nyatanya pria itu tak bergeming, lengannya terlalu kokoh untuk tinju Maya.

Masumi tersenyum tipis, hatinya miris, dia sungguh menginginkan gadis dihadapannya untuk segera menjadi miliknya, agar apapun yang menghlangi mereka tak lagi membuat htainya gelisah, seakan- akan mereka akan kembali berpisah.

Masumi salah tingkah sendiri, nyatanya menggigit Maya hanya mendatangkan masalah lainnya pada dirinya, dia malah menginginkan yang iya- iya.

"Aku tidak bercanda, aku akan membawamu pulang!."

"And,___ eh kau tidak bisa begitu, aku ,....." 

"Ya aku bisa,__kau sudah janji tidak menerima pekerjaan lagi di London setelah konser malam ini, ayo pulang bersamaku."

Maya Maya melebar, tidak menyangka pembicaraan seserius ini mereka lalui disaat jam makan siang yang mereka nanti.

"Tapi,___ aku,___"

Pursuing a DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang