(17)

379 18 97
                                    

Menit- menit berlalu, setiap detiknya adalah kesempatan hidup bagi Shiori yang masih tak sadar dibawah penanganan serius oleh Tim Dokter ahli.

Kecemasan membayang di raut wajah tampan Masumi, Mizuki yang sedari tadi sibuk membatalkan pertemuan- pertemuan Masumi tampak sibuk hilir mudik, sembari menawari kopi.

Akhirnya setelah sekian puluh menit terlalui, wajah- wajah yang Masumi kenali mulai muncul di lorong rumah sakit, tempat Masumi menunggui Shiori.

Tergopoh- gopoh, Ayah, ibu dan Kakek Shiori datang,  kekhawatiran tampak jelas diwajah- wajah yang tak lagi muda itu.

Berbagai pertanyaan menggelayut di benak mereka.

"Apa yang terjadi pada Shiori , cucuku, Masumi?" Suara berat dari Komisaris Takamiya menyapa gendang telinga Masumi.

Masumi menarik napas sebelum menjawab, meletakkan cangkir kopi yang terbuat dari styrofoam dikursi samping yang kosong disebelahnya.

"Shiori datang menemuiku di kantor, menceritakan,......jika pernikahannya tak seperti yang dia inginkan." Sungguh berat bagi Masumi membuka aib rumah tangga Shiori, rasanya terlalu sesak mendapati jika Shiori juga tak mampu berbahagia di pernikahan kedua, apalagi mendapat perlakuan semena- mena dari pria yang telah menanam benih di rahimnya.

Lalu Masumi menceritakan bagaimana serangan yang dialami Shiori, hingga kejang berkali- kali dan darah mengucur deras. Penjelasan Dokter membawa satu kesimpulan baik nyawa bayi dan nyawa Shiori terancam dan butuh segera penanganan.

Ibu Shiori sangat terguncang, apalagi mengetahui Masumi yang membawa Shiori ke Rumah Sakit sementara suami Shiori, Hiro belum bisa dihubungi, entah tengah berada di Hotel ataupun Restoran mana si pengusaha yang tampak tak peduli dengan kesehatan sang istri.

Seorang Perawat keluar dan memanggil pihak keluarga, Shiori butuh darah yang memang tergolong langka, Ayah Shiori segera mengajukan diri karena memiliki golongan darah yang sama dengan putrinya.

Komisaris buka suara. " Shiori tampak jauh lebih bahagia bersamamu dibanding dengan suaminya sekarang." Ucap Komisaris perlahan.

"Aku tahu kau sangat terpaksa menikahi Shiori karena permintaanku waktu itu, berkali- kali Shiori menolak untuk menikah dengan Hiro, dia bahkan ingin mengggugurkan kandungannya, dia menolak berpisah denganmu, meski dia tahu kau tidak bisa memberi hati padanya,."

"Tak bisakah aku kembali memohon padamu Masumi?" lanjut Komisaris mengiba.

Masumi menatap lurus pada mata kelam yang terlihat sangat lelah dirundung kesedihan mendalam karena penderitaan cucu satu- satunya.

"Maafkan aku Komisaris,..... jika hati bisa dibagi mungkin aku bisa memberikannya untuk sekedar bisa menjaga Shiori agar dia tak menderita,... aku tidak bisa mengabaikan hati lain yang mesti kujaga. Aku mencintai seorang wanita, yang tanpanya akupun tak bisa hidup dengan bahagia." 

Perkataan Masumi membuat mata tua Komisaris Takamiya tergenang dengan bulir- bulir airmata.

Sungguh takdir amat kejam mengobrak abrik kehidupan cucu yang amat dia sayangi, mental yang amat lemah dengan obsesi yang terlalu kuat mencengkram seorang pria yang tak bisa mencintainya, hingga kehidupan berganti dia masih terlalu mendambakan pria yang kini semakin jauh berlalu dan meninggalkannya.

Shiori yang masih terus menyangkal jika Titian yang dilaluinya bersama Masumi telah patah.

Tak kuasa Shiori masih hidup dibawah bayang- bayang Masumi, hingga mengabaikan kehadiran suami penderita depresi yang tak bisa menjaga apalagi membahagiakannya.

Keduanya berdiam diri, melewati waktu- waktu yang menegangkan dengan kondisi Shiori yang belum diketahui.

Suara langkah buru- buru mendekat dengan gusar, Hiro yang hanya mendapat sepotong informasi dengan kemarahan yang membabi buta menggelapkan mata langsung mencengkram kerah jas Masumi.

Pursuing a DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang