Maya (3)

293 21 40
                                    

Mataku masih terpejam, aku tahu tirai baru saja menutup sempurna.

Dadaku masih berdegup sangat kencang, bahkan aku bisa mendengar darahku mengalir deras memompa jantungku yang bertalu-talu  memukul rongga dadaku.

Aku bukan hanya memerankan tokoh Akoya dan Bidadari Merah.

Mereka yang meminjam tubuhku, mereka baru saja ada di dalam tubuhku.

Aku mendengar mereka bicara, mereka bergerak, mereka menari, dan perasaan yang mereka tinggalkan masih terlalu membekas.

Aku belum bisa bergerak, aku mendengar namaku berulang kali dipanggil.

Aku tidak bisa menoleh apalagi menjawab.

Tubuhku masih terlalu berat.

Hingga kudengar gendang kecil itu ditabuh.

Jemariku baru bisa kurasakan.

"Akoya,___ kau mendengarku?"

Aku hanya bisa mengangguk.

Aku tahu siapa yang memanggilku, dan itu suara Ibu Mayuko.

"Dia masih ada didalam sana?" Tanyanya lagi.

Aku mengangguk.

Kurasakan Bu Mayuko mendekatiku, lalu memeluk tubuhku dari belakang.

Lalu jarinya kurasakan membuka ikatan topeng dibelakang kepalaku.

Seketika kurasakan desakan angin yang kuat mendorong keluar dari tubuhku, hingga aku terhuyung, aku pasti jatuh jika bu Mayuko tidak memelukku.

"Dia memilihmu, lantas apalagi yang bisa kulakukan. Dia menyukaimu." Bisik Bu Mayuko ditelingaku.

Aku masih belum bisa mencerna ucapannya.

Perlahan kesadaranku mulai kembali, lalu kulihat Ayumi berdiri dengan membekap mulut ketangannya, dan kedua matanya basah oleh air mata.

" Kalian berdua majulah  ke depan pentas, sudah saatnya aku memutuskan. " Perintah Bu Mayuko.

Aku mengangguk lalu kulihat Ayumi bergerak maju saat tirai kembali terangkat.

Baru kudengar tepuk tangan yang menggema hingga ke langit- langit gedung teater.

Gedung itu seakan bisa pecah menampung ledakan sorak penonton saat melihat kami berdua maju ke depan pentas.

Lampu- lampu sorot diarahkan.


Standing Microphone telah disediakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Standing Microphone telah disediakan.

Dadaku semakin berdebar kencang.

Keringat dingin bercucuran.

Akankah aku yang menang?

Ataukah Ayumi yang dinobatkan?

Apakah aku berhasil?

Pursuing a DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang