(18)

404 21 67
                                    

Maya yang terlalu terkejut tak sadar membanting pintu hingga menutup.

Dia gemetaran.

Dan dibalik pintu tubuhnya merosot, sembari tetap memegangi selimut, seakan- akan selimut itu bisa melindunginya dari kegugupan yang menghantam kesadarannya.

Bagaimana bisa pria yang menjengkelkan itu tiba- tiba saja muncul di sini!!!

Dia bahkan masih sangat marah untuk membalas pesan- pesan yang dikirimkan pria itu.

"Maya,....."

Sial!!! Suaranya seakan - akan tidak terjadi apa- apa.

Sementara dirinya sudah hampir pingsan!!!

"Maya,..... sayang, bisa buka pintunya?"

Sayang? Maya tiba- tiba bergidik. Pria menjengkelkan itu memanggilnya sayang?? Sementara kemarin dia adu jotos membela mantan istrinya.

Enyah sajalah ke neraka!!

"Mengapa anda disini?" Maya masih bertanya dibalik pintu, belum ingin membukanya.

"Aku dengar pacarku sakit, aku datang ingin melihatmu. Dan kau memanggilku begitu lagi." Protes pria dibalik pintu.

"Dan anda juga melanggar batas kerasku. Pergilah Pak Masumi, kembali saja ke Tokyo, anda lebih dibutuhkan disana daripada disini!"

Masumi mengangkat alis matanya, mendengar suara yang teredam dari balik pintu,---- tapi masih jelas,--- dan lebih kagetnya, dia melanggar batas keras gadis itu. Hanya satu yang membuat Maya mengingatkan ketidaksukaannya, sangat tidak suka, ___Shiori!

Bagaimana Maya bisa tahu?

Masumi menarik napas.

"Aku bisa jelaskan, itu tidak seperti yang kau pikirkan."

"Memangnya anda tahu apa yang kupikirkan?"

Sial!! Tenggorokannya makin sakit bicara berteriak- teriak seperti ini.

"Tidak, aku tidak tahu yang kau pikirkan,--- tapi aku ingin jelaskan, bisa kita bicara tanpa dibatasi pintu sialan ini?"

Pria dibalik pintu mulai marah.

Dan Maya yang marah semakin marah mendengarnya.

"Kembali saja ke Tokyo!! Aku tidak ingin bicara dengan anda lagi!!"

"Maya,--- kau tega, aku membeku disini." Pria itu mulai mengiba.

"Pergilah Pak Masumi,----"

"Tidak aku tidak ingin pergi, dan menyingkirlah dari sana"

"Anda mengusirku dari apartementku sendiri??"

"Jauhi pintu ini Maya!!"

"Kenapa?"

"Akan kudobrak pintu ini sekarang!!"

"E-eeh, tu- tunggu dulu!!" Maya tergagap, dia teringat pria dibalik pintu pernah meninju orang, dia yakin Masumi serius dengan ucapannya, cepat- cepat Maya  membuka pintu kembali.

"Jangan coba- coba!! Susah mencari tukang untuk memperbaikinya apalagi saat cuaca seperti ini!!" Dengkus Maya.

Salju sudah menutup hampir sebagian besar permukaan mantel dan rambut pria itu.

Maya menghela napas, masih sangat kesal, tapi pertimbangan harus repot mencari tukang karena pintu yang jebol juga bukan pilhan bijak.

Maya membuat bukaan pintu sedikit lebar, membiarkan si pria menyebalkan masuk.

Meski belum rela.

Melirik sedikit wajah pria itu lalu membuang pandangan, Maya beranjak meninggalkan Masumi di ruang tamunya.

Pursuing a DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang