1: Starlight
***
Jalan yang ada di daerah perumahan jelas tak seramai di jalan raya. Tidak ada banyak motor yang mengebut saling menyusul, knalpot yang dikeraskan, dan tidak padat akan kumpulan mobil-mobil yang berbaris. Jalan yang Xiao Zhan tempati sekarang cenderung ramai dengan orang-orang yang berjalan kaki. Sangat familiar untuknya, apalagi di sana ada banyak penjual makanan.
Tempat yang tepat untuk istirahat sebentar dan mengisi perut kosong.
"Mau beli yang reguler atau yang kecil?"
"Yang kecil aja pak,"
Setelah membeli makanan secukupnya, dia pun duduk di depan motornya. Dia mengaduk-aduk makanannya dulu dan meniupnya sebelum masuk ke dalam mulut dan melaju ke perut yang keroncongan.
Seperti inilah kehidupan Xiao Zhan sebagai tukang ojol. Kerja pergi dengan motor pagi dan pulang kadang malam. Tapi dia tidak keberatan, karena di apartemen tidak ada siapa-siapa. Dia mungkin bakalan lebih mumet lagi kalau tidak bekerja! Lebih baik kembali jalan naik motor keliling Beijing untuk ke ratusan kalinya, entah membawa pesanan ataupun mengantar orang.
Xiao Zhan melirik ke arah hpnya yang berbunyi. Mata bulatnya kian membesar ketika dia membaca nama akun yang meneleponnya. Sambil mengunyah dia duduk dengan nyaman dan manis, membenarkan helmnya, bersiap-siap dulu sebelum menerima panggilan video itu.
Itu pamannya, itu Paman Fang! Dan setiap Paman Fang menelepon pasti ada...
Xiao Zhan tersenyum dengan lebar, gigi kelincinya terlihat jelas dan ada makanan yang nyangkut di giginya.
"Nenek!" serunya dengan senang, melambai-lambai sambil mengucapkan kata nenek ke depan hp.
"Halo! Nenek gimana kabarnya? Nek! Nenek! Halo!"
"Jangan berisik! Kau tahu tidak bagaimana orang bisa tidur?!" Suara itu menggema, terdengar di dekat apartemen di seberangnya. Xiao Zhan dengan cepat menutup mulutnya dan kembali melambaikan tangan ke neneknya pelan, sekali-kali dia mengambil sesuap makan.
"Baik kan Nek? Ahaha, wah! Lihat nenek senyum!" Suara Xiao Zhan lebih kecil dari sebelumnya, namun tidak mengecilkan kebahagiaan yang terpapar di parasnya. Dia tertawa mendengar jawaban yang ada di earphonenya dan reaksi wajah neneknya yang ada di layer hpnya.
Jujur, hari-hari terbaiknya Xiao Zhan adalah ketika kerabat jauhnya menelepon dan menanyakan kabar atau hal apapun. Itu selalu mengingatkannya bahwa dia tidak sendirian. Teman sih ada, tapi rasanya beda aja gitu dengan keluarga.
"Lihat, setiap nenek senyum pasti matanya hilang." Katanya terkekeh kecil, sebelum akhirnya ia tersenyum tulus. "Nanti di akhir tahun aku bakal beli alat pendengar buat Nenek. Alat pendengar!" Xiao Zhan menunjuk telinganya yang disisipkan earphone. "Iya! Telinga, beli telinga! Kaya gini, uangnya bentar lagi kekumpul! Jadi tung—"
Ketika itu, ada notifikasi di layar hpnya.
Anda mendapatkan pesanan baru.
Xiao Zhan mengerjapkan matanya, lalu menutup kotak makanan yang ia beli sambal melihat ke layer di hpnya, yang memperlihatkan seorang wanita tua sedang terkekeh-kekeh.
Dengan wajah sedih, ia pun berbicara pelan. "Nek, maaf ya aku tutup dulu teleponnya. Ada pesanan. Nanti aku telepon lagi. Dan itu, jangan lupa, akhir tahun aku akan belikan alat bantu dengar!"
KAMU SEDANG MEMBACA
From Ears to Hearts
FanficXiao Zhan berusaha bertahan hidup, sementara Wang Yibo berusaha bahagia. ~~~~~~~~~ Note: This story is fanmade. It DOES NOT related to Xiao Zhan and Wang Yibo's private life, also other real people with names that would be mentioned further. Saya ha...