6: Massa
***
(Flat mini Xiao Zhan! :D)
Benar kan, membekas.
Pagi menunjukkan pukul 9. Xiao Zhan baru bangun dan terhuyung ke kamar mandi. Ia hendak sikat gigi, tapi ada rasa perih di pipinya dan di ujung bibirnya. Lupa kalau tadi malam ada pertengkaran.
Xiao Zhan meringis. "Mungkin baru sempuh sampai 2 minggu..."
Setelah itu dia mandi. Air dingin keluar dari shower tua dan mengalir ke tubuhnya. Keluar dari kamar mandi dia sudah memakai kaos putih besar dan celana pendek, serta handuk kecil yang menggantung di lehernya.
Xiao Zhan mulai menyalakan teko air panas. Sambil menunggu, dia mengeluarkan gelas dan teh celup. Pemuda itu menguap karena masih mengantuk, jelas siapa yang tidak mengantuk ketika baru pulang jam setengah 2 pagi. Tapi badannya terus bekerja, berjalan ke meja kecil di atas karpet, meletakkan apa yang dia pegang sebelumnya.
Dia melangkah ke kulkas, mengambil salah satu makanan beku, dan menaruhnya ke dalam microwave.
Semuanya sudah siap. Nasi kare sudah hangat, dengan teh hitam sebagai pengisi perut pertama. Cahaya matahari sudah cukup menyinari ruangannya sehingga lampu tidak menyala.
Hah. Kapan terakhir kali Xiao Zhan duduk dan sedikit bersantai seperti ini?
Sambil memakan sarapannya, dia menyempatkan menelepon Paman Fang Li. Xiao Zhan memegang hpnya dan memakan nasinya dengan sumpit. Di dengungan ketiga, videonya dijawab, memperlihatkan wajah berkumis Paman Fang.
"Zhan-Zhan!" Wajah paman itu langsung kaget. "Pipi kamu kenapa?!"
Xiao Zhan menyentuh pipinya tanpa sadar. "Ini? Oh--Akh!" sentuhan tangannya sangat keras sehingga rasa nyerinya muncul lagi. "Bukan apa-apa, tadi malam jatuh dari tangga dan kena pipi duluan. Jadi begini..." katanya bohong.
"Ya ampun, dari kecil kecerobohanmu nggak berubah. Lihat-lihat sebelum melangkah!"
"Ara, aku tahu kok." Xiao Zhan cemberut setelah menelan makanannya. "Nenek ompong dimana? Mau ketemu dong!"
Ketika hp itu diberikan ke Nenek, wajah Nenek lansung panik, sampai-sampai menanyakan dengan cepat apa yang terjadi melalui bahasa isyarat. Tapi... kalau Nenek sudah kembali ke bahasa isyarat, artinya saat itu pendengaran Nenek sangat tidak baik.
Xiao Zhan menyenderkan hpnya di mug, dan mulai membalasnya dengan bahasa isyarat lagi. "Aku sudah bilang ke Paman kalau aku jatuh." Jelasnya. "Nenek tak perlu khawatir."
"Bagaimana nenek tidak khawatir kalau ada luka di wajah tampan manismu?"
Pemuda itu tertawa membaca jawaban neneknya, wajahnya tersipu malu. "Aku sudah besar Nek, luka seperti ini akan hilang dengan cepat kok. Aku sudah kuat!"
KAMU SEDANG MEMBACA
From Ears to Hearts
Hayran KurguXiao Zhan berusaha bertahan hidup, sementara Wang Yibo berusaha bahagia. ~~~~~~~~~ Note: This story is fanmade. It DOES NOT related to Xiao Zhan and Wang Yibo's private life, also other real people with names that would be mentioned further. Saya ha...