•° 15 °•

389 44 8
                                    


15. Khianat

***

Dalam seminggu setelah Yibo beristirahat, dia terus mencari orang dengan nama depan Bao. Seseorang yang bekerja di bagian peminjaman uang pastinya. Susahnya lagi, pasti ada kemungkinan bahwa bisnis yang dia lakukan itu tidak masuk lembaga untuk dilegalisasi.

Fang Xin juga ikutan pusing, melihat daftar nama dengan nama depan Bao. "Ini bisa menyita waktu lebih dari sewindu, Bo Ge." Ujarnya pelan menahan keputus asaan. Belum lagi mereka juga tidak tahu letak dimana lokasi peminjaman uang itu berada.

"Aku juga nggak minta bantuanmu, toh." Yibo kembali dari dapur, memberikan secangkir kopi susu ke Fang Xin sebelum kembali duduk di hadapan adiknya.

Yibo sudah melakukan banyak pencarian dalam seminggu ini, melingkar-lingkar nama dengan depan Bao dan menggarisbawahi beberapa toko peminjaman uang dari yang lumayan terkenal sampai ke yang terlihat mencurigakan.

Fang Xin sehabis menyesap kopinya menghembuskan napas. "Kenapa nggak mempekerjakan intel aja Ge?"

"Tidak perlu."

"Terus Gege nanti pergi mampir ke toko-toko peminjaman uang itu sendiri?"

"M hm."

Sang adik masih bingung, dengan ekspresi aneh dia melanjutkan membulat-bulatkan dan menggarisbawahi nama. "Memang apa yang Xiao Zhan lakukan sampai bisa membuat Gege niat melakukan ini... apa dia bisa hipnotis?"

Tangan Yibo berhenti setelah mendengar Fang Xin berkata seperti itu. Tidak, dia tidak tersinggung karena Yibo sendiri mengerti. "Kita pasti punya banyak temen, Xin-di." Jelas Yibo dengan tenang, kembali mencari.

"Tapi susah, susah banget buat dapetin temen yang bisa terus ada disisimu mau kamu sedang dalam keadaan senang atau sedih." Yibo membalikkan halamannya. "Atau misalnya untukku, seseorang yang hanya memandangku sebagai manusia biasa yang punya banyak salah."

Fang Xin manyun, dan Yibo membalasnya dengan tawa. "Nanti juga kamu ada waktunya buat ngerti kalau udah punya satu."

"Nah! Kapan aku bisa taunya?"

"Kalau kamu ngerasa orang itu ngerubah hidup kamu menjadi lebih baik." Yibo melihat ke salah satu brosur lembaga kecil peminjaman uang dan dia memberikan tanda. "Jangan terlalu mikir kamu selalu sendirian. Pasti suatu saat nanti kamu bakalan dapet seseorang yang selalu ada buat kamu."

Fang Xin mendengus. "Xiao Zhan benar-benar merubah hidup Gege, ya..." gumamnya sambil menyesap kopinya lagi. "Pertama kali aku mendengar kata-kata mutiara dari mulut Wang Yibo."

Giliran Yibo yang mendengus ke adiknya sambul memutar mata.

Tak lama kemudian, dia mendapat telepon dari seseorang. Teman masa SMA-nya. Lah, tumben aja ada yang nelepon jam segini.

"Kim Sung Joo."

"Yibo! Aku nggak tau kamu bakalan angkat teleponmu." Suara dalam saluran telepon itu terdengar kaget dan terkesiap senang. "Gimana kabarmu? Udah selesai world tournya kan? Sekarang lagi ngapain?"

Yibo bersandar ke bagian bawah sofa. "Well... udah sih. Kabarku baik dan sekarang lagi ngerjain ini dan itu."

"Ah... masih sibuk ya?"

"Nggak terlalu. Emangnya ada apa?"

"Dadakan sih sebenernya... Aku dan temen geng SMA lain mau reunian malam ini. Well, kita tau kamu nggak pernah liat grup chat atau ikut acara yang beginian..."

From Ears to HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang