11: Harta Karun
***
Basah kuyup! Mereka bisa merasakan baju mereka basah dan menempel dingin di kulit. Yibo melihat Xiao Zhan mendekati mesin pemanas ruangan dan menyalakannya. Rambutnya basah menitikkan tetesan, setiap kaki pemuda itu melangkah juga memberikan jejak air.
"Yang penting nggak terlalu dingin." Ia menghembuskan napasnya, dan buru-buru tersadar kalau mereka bisa kedinginan karena baju basah mereka.
"Tunggu sebentar ya! Aku ambil baju kering dulu." Xiao Zhan terbirit-birit ke lemari bajunya dan mencari baju untuk dirinya dan Yibo. "Wah... aku masih nggak nyangka kalau bakalan ujan deras gini. Padahal sore cuacanya cerah-cerah aja. Iya kan?"
Di samping itu, Yibo melihat ke sekitar aparte—flat milik Xiao Zhan. Bukan sekitar, namun seluruh isi dari flatnya bisa dilihat dalam sekali pandangan. Yibo bahkan sampai tidak bisa percaya kalau seseorang bisa singgah di tempat yang mungkin bahkan lebih kecil dari kamar mandi di rumahnya. Untung aja kamar mandi ada di dalam.
Tidak ada sofa. Hanya kasur, karpet, dan meja kecil untuk makan. Oh, serta meja dengan kursi kecil dimana di atas mejanya penuh dengan barang-barang seperti buku, pensil, dan bungkus makanan sisa.
Walaupun terkesan sempit, dia tidak merasa pengap karena ada jendela besar di hadapannya. Tirai jendela sedikit terbuka dan memperlihatkan tetesan tajam dari langit menabrak ke kaca hingga mengeluarkan suara ketukan-ketukan nyaring.
Di sisi kanannya Yibo, terdapat satu-dua counter dapur untuk memasak. Kompor kecil dan westafel ada di sana. Kulkasnya juga kulkas mini yang di atasnya ada microwave.
Tapi yang paling uniknya adalah dinding dari flat milik Xiao Zhan. Banyak, sangat banyak kertas-kertas berisi gambar yang ditempel. Beberapa ada yang gambar orang-orang yang sedang duduk nyaman, gambar hewan piaraan sedang tidur, dan kebanyakan adalah gambar lanskap dalam bangunan.
Yibo tahu, dan mungkin dia sekarang merasakan betapa inginnya Xiao Zhan untuk masuk ke dalam sekolah desain. Di sela-sela tempelan gambar itu juga dia melihat beberapa foto yang ikut ditempel, seperti teman-temannya Xiao Zhan. Dua orang yang satu pipinya tembam yang satunya lagi kelihatan masih muda.
Pada bagian sebelah cermin, ada foto yang cukup besar. Xiao Zhan yang sepertinya masih SMA foto selfie bersama wanita tua dan pria berumur pertengahan 40an. Keluarganya Xiao Zhan, yang ia rasa, mungkin... benar-benar sangat berarti bagi hidupnya.
Kemana orangtuanya? Pikir Yibo sebelum dia sadar kalau Xiao Zhan melemparkan pakaiannya ke Yibo. "O-Oh! Iya. Harusnya aku bawa payung juga..."
Lalu Yibo melihat ke baju yang ia pegang. Pink. Mencrang.
"Zhan-ge. Beneran nggak ada baju lain?"
Yang ditanya hanya cengengesan. "Aku belum ke laundry."
Dan akhirnya mereka memakai baju yang paling norak sepanjang malam itu. Yibo dengan kaos pink mencrangnya dan Xiao Zhan dengan kaos panjang bergambar lambing partai.
Tapi karena mereka goodlooking, semuanya terlihat seperti pakaian yang modis.
Hujan masih turun dengan deras, dan mereka masih belum mengantuk karena kopi yang mereka minum sebelumnya.
"Aku mau buat mie instan." Xiao Zhan beranjak dari duduknya dan mulai membuka lemari berisi supply makanan kering. Yibo yang melihatnya mengangkat alis kaget. "Tapi makan mie tengah malam kan nggak sehat..."
Pemilik flat itu tertawa, memperlihatkan dua cup mie instan di kedua tangannya ke Yibo. Gigi kelincinya seperti biasa terlihat berseri-seri. "Siapa yang peduli itu! Asalkan perut terisi dan badan hangat, kita bisa bertahan hidup dengan ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
From Ears to Hearts
FanfictionXiao Zhan berusaha bertahan hidup, sementara Wang Yibo berusaha bahagia. ~~~~~~~~~ Note: This story is fanmade. It DOES NOT related to Xiao Zhan and Wang Yibo's private life, also other real people with names that would be mentioned further. Saya ha...