•° 18 °•

316 39 4
                                    

18. Telepon

***

Ada kekerasan!

***

Yibo tersentak. Kepalanya berpaling mendengar suara yang tiba-tiba muncul. "A... Ah, Zhan-ge..." dia tersenyum agak canggung, tapi Xiao Zhan sepertinya melihat kekagetan pemuda itu.

Jempolnya buru-buru mengusap layar, menghapus semua riwayat aplikasi yang dibuka dan menekan opsi rumah. "Kamu ngagetin aku aja." ia melanjutkan. "Wallpaper Zhan-ge lucu, jadi aku iseng foto."

Wajah pemuda yang lebih tua itu tercengang, dengan cepat menyambar ponselnya kembali. "Ni! Kau gila apa?! Itu aibku!"

"Gege, aib dari mana? Pipimu sangat chubby dan imut!"

"Wang Yibo, sekali lagi kamu ngomong, awas loh ya!"

Untuk sisa malam, mereka mengakhirinya pada pelukan sebelum berpisah ke arah persinggahan yang bertolak belakang.

Tapi, Yibo tidak bisa tidur.

Badannya sudah terlentang di ranjang, matanya pun sudah menutup. Hanya saja, pikirannya terus berkeliling ke setiap ujung otak.

Dari cara bagaimana dia memberikan pesan, Yibo sudah berpikir kalau orang itu ringan tangan.

Apakah itu si Bao yang Peixin pernah katakan sebelumnya?

Si penagih hutang brengsek itu?

Pikiran Yibo terus terngiang-ngiang sampai membayangkan hal yang tidak sepatutnya terjadi. Dan dia baru bisa tidur pukul 2 pagi.

Paginya dia sarapan seperti biasa. Fang Xin ada kelas pagi jadi dia sudah pergi duluan. Rumah jadi kosong melompong dan Yibo tidak boleh diam saja. Atau tidak, pikirannya akan kemana-mana. Jadi dia memutuskan untuk bermain skateboard bersama komunitasnya seharian penuh.

Tapi itu tidak membuat pikiran Yibo jernih.

Pemuda itu pulang pukul enam petang, rumah masih kosong karena Fang Xin saat itu bilang hari ini akan ada banyak aktivitas kemahasiswaan. Yibo masih memegang skateboardnya, punggungnya bersandar ke tembok dan kian lama merosot hingga duduk. Dia menghela nafasnya sembari mengacak-acak rambut.

Ini akan sulit. Apa dia harus menelepon nomor itu dan bertanya siapa dia?

Lantas setelah dia mengetahui orang itu, apa yang harus dia lakukan?

Beruntungnya ada seseorang yang menelepon. Yubin. Dengan kepalanya yang bersandar, dia menjawab teleponnya.

"Halo, Ge?"

"Yibo! Udah makan malem belum?"

"Belum..."

Suara yang ada di telepon berseru girang. "Bagus! Mau ke rumah makan Xuan Lu Jie nggak?"

"Mm, boleh aja. Emang ada apa gitu?"

"Klub gulat Haikuan menang turnamen!" itu alasan kenapa Yubin sekarang senang. "Jadi kita mau ngerayain! Di sini baru ada si Cheng, Ziyi Jie, Haoxuan, sama Song Jiyang. Haikuan sama temen klubnya lagi otw. Kita bakal makan banyak!"

Di latar belakang suara juga sudah banyak seruan-seruan kemenangan. Pasti sangat ramai, alih-alih makan malam di rumah kosong sendirian.

"Oke, aku bakal ke sana." Jawab Yibo. "Perkiraan jam 7 aku dateng, jadi tunggu aja."

"Sippo! Mantap Bo! Ditunggu, ya!"

Yibo menatap layar ponselnya, memperlihatkan durasi berapa lama dia ditelepon.

From Ears to HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang