10: Pasar
(I recommend u to watch the video to get the feels :D)
***
Ilusi cahaya dari lampu-lampu menari-nari di mata Yibo yang duduk di sebelah kaca jendela bis tua. Dia melihat dari kaca jendela usang jalanan yang ada di bawahnya. Jauh berbeda dari jalanan yang ia sering lewati. Mulus, bersih, rapi...
Ini lebih unik.
Mereka sampai di halte dekat terminal kumpulan bis yang sama. Namun di terminal itu banyak tenda-tenda kecil yang menjual makanan, dan itu bervariasi. Gerobak penuh uap dan cipratan minyak panas, orang-orang berlalu-lalang saling bersedakan.
Tenda-tenda tersebut malah menghalangi sebagian jalan, entah sebagai tempat parkir kendaraan atau sebagai tempat duduk orang-orang yang hendak makan di tenda.
Pada akhirnya, tepukan Pundak oleh Xiao Zhan membuat Yibo kembali ke dunia. "Selamat datang di pasar malam." Katanya sambil terkekeh-kekeh.
Mereka mulai berjalan dari terminal halte itu. Deretan pasar tersebut seakan-akan tidak ada ujungnya.
Orang-orang mengenakan baju apa adanya. Ada yang menjual buah-buahan, daging yang digantung, sayuran, rempah-rempahan, bahkan ikan yang masih hidup di dalam akuarium buatan.
Sambil mengikuti pemuda yang mengajaknya kemari, Yibo bertanya. "Kita ke sini buat apa?" Xiao Zhan membalikkan badannya. Dia masih tersenyum, tahi lalat di bawah bibirnya bergerak seakan ikut berseri-seri.
"Buat jalan-jalan." Jawaban itu tidak memperjelas pertanyaan Yibo.
"Jalan-jalan buat ke mana?"
Namun Xiao Zhan tidak menyawab, hanya mengisyaratkan untuk mengikutinya. Karena tidak ada pilihan lain, Yibo melakukannya. Semakin ia melangkah, semakin ia melihat ke sekitar. Beberapa wanita datang ke salah satu penjual, membeli bahan makanan untuk besok hari ketika mentari datang.
Entah, rasanya... menenangkan. Orang-orang tidak terlalu peduli kemana dia berada, tidak ada pula yang mengganggu dan berteriak. Yang ada adalah suara para penjual menawarkan barang yang mereka jual.
"Bo Di!" Namanya diseru oleh Xiao Zhan. Tangannya melambai-lambai dan menunjuk ke arah satu gerobak pria berumur 40an sebelum dia duduk di depan sebuah piring. "Kamu harus coba ini."
Dan Yibo mendekatinya, sekilas memicingkan matanya ketika dia tahu apa yang harus ia coba.
Oh.
"Nggak."
"Ayolah, jangan lihat dari visualnya! Enak lho!"
"Tidak. Memangnya Zhan-ge pernah mencobanya?"
"Kalau nggak ngapain aku tawarin?"
Wajah Yibo masam dibalik maskernya. "Mana mungkin aku akan makan itu."
Xiao Zhan tertawa. "Coba dulu. Jangan lewatkan kelembutan daging ceker ayam!" Dia mengambil salah satu ceker itu dengan sumpit dan memberikannya ke Yibo.
Bagaimana tidak aneh untuk seseorang seperti Yibo yang baru datang ke bagian lingkungan kota besar ini? Sebuah makanan menyerupai ceker ayam yang biasa ia lihat ketika hidup, menginjak-injak kemana-mana... tidak peduli hal apa saja yang diinjak—memang, Yibo tahu jelas bahwa sudah dicuci dengan bersih.
Tapi sama aja!
Tapi... Xiao Zhan sudah memohon kepadanya. Tidak ada pilihan, dia tidak mau membuat wajah pemuda itu menjadi kecut. Jadi, dengan segenap keberanian, Yibo memakan ceker itu sambil menutup matanya erat-erat. Dan dia merasakan daging lembut menyentuh lidahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
From Ears to Hearts
FanfictionXiao Zhan berusaha bertahan hidup, sementara Wang Yibo berusaha bahagia. ~~~~~~~~~ Note: This story is fanmade. It DOES NOT related to Xiao Zhan and Wang Yibo's private life, also other real people with names that would be mentioned further. Saya ha...