•° 14 °•

405 43 14
                                    

14: Rusak

***

Xiao Zhan memegang kotak berharga itu. Dia mengusapnya dengan jempol sebelum menghela napas.

Rasanya berbeda. Sangat berbeda karena yang ada di tangan ini dibeli oleh uang Ji Li.

Soalnya kan barang yang ia punya sebenarnya sudah hancur.

Selain itu, dia malah membuat temannya jadi terpaksa membelinya. Meskipun Ji Li menganggap itu bukan apa-apa, tapi bagi Xiao Zhan... dia tidak bisa pantas mendapatkannya. Rasanya dia seperti pengemis yang memanfaatkan uang temannya untuk kebutuhannya sendiri.

Dia tidak mau seperti itu.

Lagipula, dia hanya seseorang yang bodoh dan naif.

Mungkin apa yang dikatakan orang-orang ada benarnya. Lebih baik mati saja daripada hidup dengan harga diri bagaikan keset rumah.

"Apa... apa aku seharusnya mematuhi ibu dan ayah—"

"Xiao Zhan!" Suara Ji Li meninggi. Itu mengagetkan Xiao Zhan, dan ketika matanya melihat ke Ji Li, ekspresi temannya itu sangat tidak terima. Dahinya mengkerut dan matanya memperlihatkan rasa kecewa.

"Kamu sudah memilih pilihan yang sangat-sangat baik untuk tidak mematuhinya." Jarinya menunjuk ke Xiao Zhan dengan gemetaran. "Jangan—tolong jangan sekali lagi berpikir kalau kau harusnya mengikuti kata orang tuamu. Jangan—ku mohon..."

Matanya berkaca-kaca, suaranya serak dan perlahan tubuhnya mendekat dan memeluk Xiao Zhan. "Aku tidak akan bisa membayangkan kalau ada tiga mayat di dalam rumahmu saat itu."

Kalimat Ji Li membuat Xiao Zhan sedikit tertegun, dan dengan pelan ia menepuk punggungnya. Pada hari ini, sudah ada dua orang yang menangis dalam pelukannya. Dan Xiao Zhan yang menenangkan mereka.

Tapi apakah nanti akan ada seseorang yang bisa menenangkan dirinya?

Kapan Xiao Zhan bisa berada dalam dekapan seseorang?

Apa dia bisa menangis sepuasnya dalam pelukan orang itu?

Bisakah ia berteriak sekali saja melepas seluruh emosinya yang terpendam dalam dekapan itu?

Bah, jangan harap.

Tidak ada yang mau mendekatinya sejak dulu. Anak malang yang orangtuanya bunuh diri tanpa memedulikannya. Lebih baik jauh-jauh dari dia atau tidak nanti nasibnya akan menular.

Setelah beberapa lama, Ji Li akhirnya kembali tenang dan dengan kesal ia menelepon Peixin. Bocah itu lama banget!

Ketika mahasiswa itu datang, wajahnya terlihat konyol seakan-akan baru bertemu dengan orang yang sangat cantik. Xiao Zhan dan Ji Li pun jadi mengerti kenapa Peixin terlambat.

Setidaknya itu menjadi sepercik hiburan bagi mereka di dalam rumah sakit.

Malamnya, Ji Li dan Peixin pulang. Di kamar tidak ada pasien yang lain dan dia sendirian dalam keheningan. Lampu hanya dinyalakan bagian dimana Xiao Zhan berada. Seiring waktu berjalan dia sebagai pasien seakan-akan dilantarkan.

Besok juga dia sudah harus pulang. Dia tidak mendapatkan banyak uang asuransi.

Xiao Zhan mengecek ponselnya dan hanya disambut dengan pesan dari pemilik flat.


Flat Owner     Online

Xiao Zhan. Kamu belum membayar tagihan flatmu hampir 3 bulan.

20.17

Apa kamu bisa melunasi semuanya atau setidaknya setengahnya dalam satu minggu ini?

From Ears to HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang