Terhitung sudah lima bulan, Wonwoo menikmati kebahagiaan kecil bersama suami dan putranya. Sempat merasakan keraguan akan sikap Mingyu yang menjadi posesif terhadapnya, namun kemudian ia menyadari bahwa itu adalah salah satu kebahagiaan yang datang untuknya. Bolehkan Wonwoo berharap beberapa bulan terakhir ini, Mingyu mulai membuka hati untuknya. Salahkah jika ia berpikiran bahwa Mingyu telah mencintainya. Jika saja memang ini hanya kenangan singkat untuknya, Wonwoo bisa apa selain menelan kekecewan lagi.
"Hari ini ada jamuan makan siang bersama Tuan Song Mino di Restoran xxx." ujar Soonyoung sembari menyerahkan beberapa berkas untuk ditanda tangani oleh Wonwoo.
Wonwoo yang hendak membuka berkas tersebut, diam sejenak dan menatap Soonyoung dengan kening berkerut. "Song Mino? Bukankah perusahaan kita sudah tidak bekerja sama lagi dengan perusahaan Song Mino?" tanyanya.
"Kemarin dia menemuiku dan memaksaku untuk melakukan pertemuan ini. Hanya makan siang, tidak ada hubungannya dengan perusahaan. Itu katanya." jelas Soonyoung, sebenarnya ia sendiri bingung.
"Apa lagi yang dia inginkan?" desisnya sembari memijit pelipisnya, entah kenapa ia menjadi lemas saat mendengar nama Song Mino.
Apa yang terjadi?
"Kau baik-baik saja Won? Haruskah aku membatalkan jamuan itu, kau terlihat tidak nyaman dengan pertemuan ini." kata Soonyoung yang melihat Wonwoo begitu tertekan dengan janji temu ini.
Wonwoo menatap Soonyoung, lalu tersenyum kecil. "Tidak perlu, aku akan datang nanti. Jangan khawatir, aku baik-baik saja." katanya.
Soonyoung tak dapat melakukan apa-apa, ia yakin Wonwoo baik-baik saja. "Baiklah kalau begitu, jika ada apa-apa kau harus hubungi aku."
"Eum, baiklah."
Setelah itu Soonyoung pamit undur diri, dan sepeninggal Soonyoung dari ruangannya Wonwoo termenung. Sekelebat ingatan tentang dirinya dan Song Mino membuat Wonwoo seketika merasa takut.
...
Kala itu, Wonwoo masih bekerja di Sweet Club. Mendengar nama itu, tentu saja orang-orang tau bahwa tempat itu bukanlah tempat baik-baik. Ya, memang itu kebenarannya. Namun, tidak semua Club itu tempat yang dikhususkan untuk berbuat mesum. Ya, walaupun kata 'Club' memang tidak pernah jauh-jauh dari hal-hal seperti itu.
Wonwoo memang bekerja di tempat seperti itu, namun dia hanya bekerja yang benar-benar bekerja, bukan untuk hal lainnya. Seperti saat ini, Wonwoo mengantarkan pesanan Wine untuk para pelanggan.
Wajahnya dingin, tidak ada senyuman. Walau Wonwoo seringkali ditegur oleh atasannya karena sikap dingin dan datar miliknua, namun Wonwoo tak mengidahkan. Toh, jika ia dipecat pun ia tak masalh. Namun, atasannya tak pernah melakukan hal tersebut.
"Wonu-ya, datanglah keruangan ku segera!" perintah itu datang dari atasannya dan Wonwoo hanya menganggukkan kepalanya.
Setelah mengantar pesanan terakhir, Wonwoo beranjak menuju lantai 3, dimana ruangan atasannya berada. Sejujurnya Wonwoo selalu merasa takut setiap kali masuk keruangan tersebut.
"Kau sudah datang?" tanyanya saat Wonwoo sudah berada di dalam ruangannya.
Wonwoo tak menjawab, toh atasannya itu tau bahwa dia sudah disini dan ia tak perlu menjawabnya. "Ada perlu apa Anda memanggil saya?" tanyanya dengan sopan, masih dengan raut wajahnya yang datar.
Atasannya itu berjalan mendekatinya dengan pelan, dan ia masih terdiam. Ketika jarak mereka sudah dekat, Wonwoo merasakan hembusan nafas hangat di dekat lehernya dan itu berasal dari atasannya yang kini mendekatkan wajahnya pada samping wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Promise [Wonwoo]
FanfictionPertemuannya yang salah, sehingga terjadi sebuah ikatan 'Keluarga' yang tidak diharapkan. Demi kebahagiaan, ia rela menjadi orang jahat dan dibenci banyak orang. Silahkan dibaca, saya gk pandai bikin sinopsis :( Start = 31 Desember 2019 End = - Cov...