Chapter 20

1.6K 198 54
                                    

Wonwoo berpikir setelah pertemuannya dengan Jongin, meminta jemput Mingyu dan mengajaknya jalan-jalan adalah solusi terbaik untuk mengenyahkan pikiran buruk yang mengganggunya. Bohong jika ia merasa baik-baik saja dengan hasil kesehatannya saat ini, itu sangat membuat Wonwoo tertekan.

Huft

Helaan nafasnya memberat, seperti ada beton yang menghimpit jalur pernapasan nya. Wonwoo tidak tau kapan penderitaan untuknya berakhir, ia pun tidak tau sampai mana ia bisa bertahan. Bukan hanya tentang penyakitnya, segala hal yang menyangkut kehidupannya, Wonwoo rasa tak pernah mendapat satu kepuasan yang melegakan. Jangan kira selama ini Wonwoo hanya mementingkan keegoisan nya dalam mencapai apa yang ia inginkan. Tentu tidak. Selama ini Wonwoo harus bersembunyi dibalik topeng jahatnya, bahkan Wonwoo beberapa kali menangis sendirian meminta ampun kepada Tuhan atas segala dosa yang telah ia perbuat.

Tidak ingin terlalu memikirkan itu, Wonwoo memilih untuk menghubungi Mingyu. Panggilan pertama tidak ada jawaban dan Wonwoo berspekulasi bahwa mungkin saja Mingyu sedikit sibuk. Selang beberapa menit ia mencoba menghubungi kembali, namun lagi-lagi hanya terdengar suara operator yang menyahut.

"Kemana dia? Mengapa tidak menjawab panggilan ku?!" Racaunya sedikit kesal, satu hal yang harus diketahui bahwa Wonwoo sangat membenci menunggu.

Tsk!

Decakan kesal itu keluar dari bibir pucatnya, sembari memasukkan ponselnya kedalam saku celana yang ia pakai. Wonwoo memilih untuk mencari taksi dan pergi menuju ke kantor, mencari tau keberadaan Mingyu.

Di perjalan menuju ke tempat tujuan Wonwoo hanya diam dan termenung menatap keluar jendela. Memikirkan kembali nasib serta takdir seperti apalagi yang ia kecap. Bahkam sedari bayi, tidak pernah satupun rasa bahagia yang ia kecap. Bahkan masa kecil yang sudah ia coba lupakan, nyatanya masih terlalu pekat diingatannya. Wonwoo tidak pernah lupa bagaimana ia dulu berjuang sendiri, mendengar cacian sang Ibu, bully an teman-temannya. Dari kejadian pada masa kecilnya dulu membuat ia tersadarkan untuk tidak menjadi sosok yang lemah. Maka dari itu sejak kelulusan sekolah menengah atas nya, Wonwoo berubah. Tidak ada Wonwoo yang cengeng, pasrah, dan lemah. Wonwoo memilih untuk bangkit dan menjadi sosok pria tak tersentuh, dingin, dan cuek. Ia tak peduli seberapa banyak orang membenci dan mencacinya, bahkan ia masih mendapatkan perlakuan buruk dari orang-orang.

Satu hal yang ia tanamkan, menjadi orang baik itu sia-sia dan menjadi orang jahat adalah jalan terbaik untuk kepuasaan nya. Walau pada kenyataannya, menjadi jahat justru semakin menimbulkan kebencian bagi semua orang. Dan, Wonwoo lagi-lagi tak peduli.

Sudah dikatakan bahwa Wonwoo sangat membutuhkan banyak perhatian, dengan banyaknya orang yang membencinya, Wonwoo sangat bahagia, karena dengan begitu orang-orang tersebut memperhatikannya. Ya, katakan Wonwoo gila, dibenci orang ia sangat merasa bahagia.

Asik dengan pikirannya yang memutar masa lalu, hingga saat ini membuat tak terasa jika telah sampai di tempat tujuan. Wonwoo pun membayar taksi, dan keluar dari sana.

Matanya menelisik jalan yang tidak terlalu padat, sebelum ia memutuskan untuk menyebrang jalan. Sebelum kakinya melangkah, matanya menangkan satu sosok yang tak lagi asing baginya dan seketika itu juga Wonwoo merasa takut serta khawatir.

Sosok itu, sosok yang sudah tujuh tahun lebih menghilang dan kini ia hadir dan membuatnya ketakutan. Apakah ini akan membuatnya bertemu lagi dengan luka? Apakah ia harus siap untuk melepaskan semuanya?

Tidak. Tolong, ia hanya ingin sekali saja merasa tenang dengan kehidupannya. Air mata sedikit lagi jatuh, Wonwoo mendongak keatas, menghalau air matanya.

"Xu Minghao. Entah mengapa Aku tidak terlalu khawatir tentang Mingyu yang bisa saja kembali padamu, tapi aku lebih khawatir kau akan mengambil Junsu dariku." Gumamnya dengan pandangan menatap kosong ke depan.

Last Promise [Wonwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang