Chapter 14

1.8K 230 31
                                    

Wonwoo pikir, sikap Mingyu kemarin adalah hal biasa yang kerap ia lakukan selama tujuh tahun belakang. Sikap yang hanya dipertontonkan di depan putranya, untuk menutupi fakta sebenernya bahwa mereka tidaklah seperti pasangan pada umumnya. Tentu saja, hal itu hanya semata-mata untuk membuat putra satu-satunya itu merasa memiliki keluarga yang lengkap.

Namun, diantara pemikiran itu, Wonwoo mendapat fakta terbaru bahwasannya sikap Mingyu berubah drastis. Entah itu hanya ilusi sematanya atau memang kenyataannya seperti itu. Mingyu mendadak menjadi orang yang posesif, dan anehnya sekarang Mingyu lebih memilih menghabiskan waktunya lebih banyak dirumah. Bahkan tak segan Mingyu melarang Wonwoo pergi bekerja. Tentu saja Wonwoo merasa Aneh dengan sikapnya tersebut.

"Wonu-ya, bisakah kau buatkan aku segelas kopi. Mataku lelah, aku butuh penyegaran." katanya membiat Wonwoo yang tengah fokus menatap layar laptop mengalihkan pandangannya.

Satu hal yang Wonwoo sesali atas sikap Mingyu saat ini. Suaminya tersebut kerap sekali menyuruh Wonwoo ini dan itu, bahkan hal tidak penting sekalipun. Membuat Wonwoo harus menahan sabar dan mau tak mau menurutinya. Sekalipun ia lelah, ia tetap menuruti kemauan Mingyu.

"Jika lelah sebaiknya kau beristirahat, tidak baik bekerja dalam kondisi seperti itu. Kau bisa sakit!" ujar Wonwoo mulai dnegan omelannya, nakun tak ayal ia bangkit dan membuatkan kopi sesuai keinginan suaminya tersebut.

Mingyu diam-diam menyunggingkan senyumnya, menatap kepergian Wonwoo yang kini menuju ke dapur. Ada getar hangat di dalam dadanya, rasa yang tidak pernah sekalipun ia rasakan selama bertahun-tahun membina rumah tangga dengan Wonwoo.

Jangan kira sikap Mingyu akhir-akhir ini hanyalah perubahan spontan. Tidak, Mingyu telah merencanakannya. Bukan tanpa alasan, ia melakukan ini hanya untuk memastika perasaannya yang sesungguhnya terhadap Wonwoo.

Tek

Wonwoo meletakkan secangkir kopi diatas meja, bunyi detakannya membuat Mingyu kembali pada dunianya. Ia menatap kopi hitam yang masih mengepulkan asapnya, lalu mengangkir cangkir tersebut dan meneduhnya sedikit. Sedangkan Wonwoo kembali duduk ditempatnya dan melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda.

Mingyu mengamati Wonwoo sembari menyesap sedikit demi sedikit kopi miliknya. Entah mengapa, akhir-akhir ini Mingyu lebih senang memandangi wajah serius Wonwoo. Entahlah, hal itu sudah menjadi candu untuknya.

"Appa~"
Sapaan kecil itu membuat fokus keduanya teralihkan. Menatap sosok anak kecil yang tengah mengucek kedua mata bulatnya dengan lucu.

Wonwoo menyimpan pekerjaannya dan menutup laptopnya, jika sudah seperti ini Wonwoo akan lebih fokus pada keluarga kecilnya dibanding pekerjaan yang menumpuk tersebut.

"Sayang, kau sudah bangun. Kemarilah!" kata Wonwoo sembari melambaikan tangan pada Junsu, yang langsung saja dituruti olehnya.

Wonwoo memangku Junsu sembari mengelus surai halusnya yang berantakan. Sesekali ia mengecupi mata bulanya yang sesekali terpejam, si kecil ini masih belum sadar sepenuhnya.

"Junsu ingin susu hangat? Biar Eomma buatkan." ujarnya sembari mengangkat tubuh Junsu dan mendudukkannya di sofa sebelahnya. Kemudian ia bangkit dan beranjak menuju ke dapur.

Kini diruangan itu hanya ada Mingyu dan Junsu. Keduanya saling terdiam, dengan Junsu yang masih mengumpulkan separuh nyawanya dan Mingyu yang membereskan pekerjaannya.

"Anak Appa sudah bangun. Apa kau ingin bermain jagoan?" ujarnya sesaat setelah membereskan pekerjaannya.

Junsu menatap sang Ayah dengan tatapan polosnya, lalu senyum cerah ia tampakkan. "Aku ingin bermain. Apakah hari ini kita bisa pergi ke Taman Hiburan?" tanya dengan antusias.

Last Promise [Wonwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang