Chapter 25

1.6K 161 29
                                    

Kaki ringkih itu berjalan tanpa arah, menyusuri setapak demi setapak jalanan yang lenggang, hingga pada akhirnya langkah kaki tersebut berhenti di dekat danau. Sepi yang ia rasakan, ketika rungunya hanya bisa mendengar deburan ombak kecil yang tertepa angin. Sorot matanya kosong, pikirannya membeku pada beberapa hal. Sejenak ia menunduk, menatap tanah dengan helaan nafas berat. Ada banyak sekali yang ingin ia keluhkan, tapi mengeluh seorang diri bukanlah solusi terbaik untuk mengangkat beban yang tertumpuk di dadanya. Bohong jika ia tak menginginkan seseorang untuk berbagi keluh kesah, berbagi cerita bahagia, berbagi segalanya. Ia sangat butuh seseorang yang bisa menampung segala cerita sedih dan bahagianya, namun siapa yang bersedia dengan itu?

Cling

Ponselnya berbunyi, sebuah pesan masuk dan itu dari 'suaminya' Kim Mingyu. Pesan itu menanyakan keberadaannya dan mengatakan bahwa dirinya ada disana saat ini. Wonwoo tak berniat untuk membalas pesan tersebut, ia tak peduli lagi sekarang. Tunggu, apakah dia menyerah? Mungkin saja iya, karena jujur ia merasa sangat lelah.

"Aku telah melakukan hingga sejauh ini, apakah sudah waktunya untuk ku akhiri?" Monolognya sembari menatap pantulan langit malam diatas genangan air.

Tatapannya terpaku pada aliran air tersebut dengan senyum tipis. Sejenak ia berpikir bahwa menjadi sungai itu terlihat menyenangkan, mengalir terus tanpa hambatan. Kemudian retinanya menatap tanaman bunga yang ada dipinggir sungai. Sempat terpikir ia ingin menjadi bunga, karena bunga itu indah dan menarik. Namun, ia ingat bahwa bunga-bunga itu akan mati saat musim berganti. Tetapi, jika diingat bukankah keadaanya sama dengan dirinya. Seiring berjalannya waktu, dirinya juga akan mati, mungkin bukan untuk tutup asia, tetapi satu persatu bagian dalam dirinya akan mati.

"Haruskah aku menyerah?"

Tidak tau siapa yang akan mendengarnya, mungkin hanya semilir angin yang menyahuti gumamannya. Ia mendongak, mentap langit malam yang entah mengapa sangat sepi malam ini. Tidak ada taburan bintang, hanya terang dari bulan yang sedikit tertutup awan. Ia terkekeh pelan, bahkan langit pun seperti tak sudi menemani kesenduannya, bukankah sangat miris hidupnya ini.

"Apa tidak ada satu saja yang bisa mengerti tentang diriku?" Tanyanya pada hembusan angin.

"Ada banyak orang yang akan mengerti dirimu."

Sontak Wonwoo berbalik badan saat suara seseorang terdengar, hal itu snagat mengejutkannya. Terlebih saat ia menatap orang tersebut yang terlihat tak asing diingatannya.

"Hai Jeon Wonwoo, kau mengingatku?"

...

Mingyu kini berada di balkon cafe bersama Minghao disampingnya. Sebenarnya ia berniat untuk menjemput Wonwoo, namun saat tiba Wonwoo tidak ada disana. Ia sudah mengubungi Wonwoo, namun tak ada balasan hingga saat ini. Kemudian, Minghao memintanya untuk berbicara berdua.

"Mingyu-ssi, aku hanya ingin menyampaikan satu hal kepadamu. Tentang keluarga mu dan keluarga ku."

Minghao memulai pembicaraan sembari menatap gemerlap malam. Tidak ada niat lain dalam pembicaraan ini, Minghao hanya ingin menyampaikan sesuatu yang mungkin akan membuat hubungan keluarga mereka tidak lagi menimbulkan kesalahpahaman. Terlebih lagi, ia sangat ingin menjalin hubungam yang baik dengan Wonwoo.

"Kau tau bahwa kita sudah memiliki kehidupan masing-masing bukan? Kau dan keluargaku, begitupun aku. Masa lalu kita begitu buruk, hingga sampai detik ini pun rasa sakitnya masih ada. Namun, aku tidak ingin terlalu larut dalam sakitnya dari masa lalu. Aku ingin melupakan semua itu, tapi apadaya. Kepala ini selalu bisa memutar masa-masa tersebut." Jelas Minghao membuat Mingyu terdiam sembari menunduk dalam.

Last Promise [Wonwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang