2022, satu setengah tahu kemudian
Arbinta
"Abeelll..." Gue memanggil Abel yang kesekian kalinya setelah udah hampir tiga jam telponan tanpa terputus.
Udah sampai gue tinggal mandi, makan, ngobrol bareng mama bertiga sama Abel, atau sekadar duduk di halaman belakang.
Papa yang dari tadi mondar-mandir pun sampai bingung sama gue yang nggak selesai-selesai bawa Macbook gue kemana-mana sambil cengengesan.
Iya. Kita berdua facetiming, dan gue ngebawa Macbook gue layaknya gue video call lewat hp gue. Lo bayangin aja gue kemana-mana bawa laptop 13" duduk dimana aja dengan bebasnya dan nggak tau malu.
Semua keluarga gue lagi ngumpul di rumah. Papa, mama, kakak gue, dan suaminya, semua ada di rumah. Maklum menjelang libur akhir tahun jadi semua ngumpul. Gue pun juga ambil cuti beberapa hari, karena tahun baru dan awal tahun, gue nggak bisa di rumah. Biasalah ada jadwal.
Di luar, gue terkenal dengan Arbinta si gitaris Airflow yang suka kerja keras, ngeband jalan terus, kerja kantoran iya, punya PT juga iya.
Tapi di depan orang tua gue, sahabat-sahabat gue, dan Abel, gue cuma seorang Arbinta Bagaskara yang dulunya pernah pergi dari rumah, sambat sana-sini, nakal dan sering cabut waktu kuliah.
"Ma.. Binta sehat nggak sih?" Kak Yura tiba-tiba muncul persis di sebelah gue karena gue lagi duduk di kursi halaman belakang dan pintunya gue buka supaya ada cahaya masuk dari ruang makan.
"Adikmu itu lupa dunia. Gila lama-lama." Papa tiba-tiba menjawab sambil mengambil minum ke arah dapur.
"Kamu nggak ke kamar apa? Hahaha. Emang kamu nggak pake earphone?" Abel tertawa dari balik sana masih memegang kucing peliharaan asramanya. Gue juga nggak tau kenapa bisa ada kucing disana.
"Nggak. Lupa."
"Yapantesan aja Binta ih. Ke kamar sana aku yang malu!" Abel memasang wajah setengah panik gara-gara dari tadi berarti omongannya di dengar orang serumah. Bodo amat. Gue lagi kangen soalnya. Lagian gue nggak ngomongin apa-apa.
"Bel, kamu kapan pulang? Main sini, kamu juga belum ketemu sama Mayra kan?" Kak Yura agak menunduk supaya keliatan juga di kamera.
"Huhu iya kak, nanti kalau aku udah pulang langsung main ke Pejaten kak tenang!" Abel bersemangat dan gue langsung memasang wajah datar.
"Yang di Radio Dalam nggak nih?" Gue bertanya memasang tampang memelas.
"Nggak. Kamu mah pasti ketemu di bandara."
"Hehehe, tau aja si neng Abel." Gue cengengesan dan kakak gue langsung menyerang kepala gue dengan toyoran sampai kepala gue terhuyung.
Nggak kenceng sih. Emang kepala gue aja lebay.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost & Found [CHANxSEUL]
Fanfiction[SELESAI] Binta tidak punya banyak harapan, hanya satu. Untuk diterima. Abel tidak pernah meminta, tetapi dia selalu menerima dan tidak bisa menolak. Mereka bertemu, untuk saling belajar dari kekurangan mereka dan menemukan kebahagiaan mereka. NOTE...