Banyak orang bilang
Cinta tuh buta
Ternyata nggak cuma bikin buta
Bikin bodoh juga
**
2019
Arbinta
Malam itu setelah gue dapat chat kaya gitu dan membulatkan tekad, gue pergi ke Apartemen Theo. Ngapain? Curhat.
Sebangsatnya dia, tapi otak dia banyak akal. Kadang gue butuh dia buat ide bangsat-bangsatnya terus gue poles dikit biar lebih alus. Soalnya ide dia luar biasa bangsat sampai kadang gue nggak kuat dengernya.
Tok tok tok tok
Gue lupa ada bel.
"Apaan nihh?" Theo ngeliat gue dari atas sampai bawah dan balik lagi ke atas.
"Sehat kok lo nggak kaya dulu." Theo terkekeh.
Anjing.
"Mau ngapain lo?"
"Curhat."
"Bhaaa caileh curhat." Theo masih ngeledekin gue.
"Kamar gue keliatan kaya buka praktek apa?" Theo menengok keluar pintu melihat kiri kanan. Nggak jelas.
"Nggak ada plang ah."
"Apaan sih lo nggak jelas." Gue ngomel-ngomel dan ngedorong kepalanya.
"Sebelum lo, ada satu pasien. Tujuannya sama."
"Siapa?"
"Sena."
"Hahahahhaha biarin lagi galau dia terus anaknya mana?" Gue langsung ketawa. Walaupun gue pernah berantem sama Sena tapi tetep, kita sohib. Harga mati.
"Baru 10 menit lalu cabut."
"Yaudah suruh masuk kek gue. Masa gue di depan pintu."
"Biasanya juga lo langsung masuk."
Iya jugaya.
Gue masuk dan duduk asal di kursi makan dia.
"Mau minum apaan?"
"Kalau gue minta es teh ada nggak?"
"Lo kira gue warteg? Nggak ada. Adanya air putih sama air putih tapi bikin pusing."
"Kalo gitu ngapain nanya malih. Air putih aja. Yang biasa nggak pake bikin pusing. Udah nggak mainan gue."
"Idih udah jadi santri lo?" Theo ngeledek gue. Ah bodo amat. Trauma gue.
"Emang lo setan sejati." Theo ketawa doang dan duduk di depan gue.
"Gimana gimana? Cerita sini sama gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost & Found [CHANxSEUL]
Fanfic[SELESAI] Binta tidak punya banyak harapan, hanya satu. Untuk diterima. Abel tidak pernah meminta, tetapi dia selalu menerima dan tidak bisa menolak. Mereka bertemu, untuk saling belajar dari kekurangan mereka dan menemukan kebahagiaan mereka. NOTE...