No opening section. Just enjoy the farewell
**
2019
Theo
Sejak tahun 2017, tepatnya setelah gue dikasih apartemen ini sama Papi, apartemen ini jadi basecamp kedua setelah rumah anggrek. Kalau mau ngumpul ala anak baik-baik, main bakar-bakaran, tahun baruan, liburan, ya di rumah Anggrek.
Kalau mau liburan bangsat, ya disini. Cuma disini yang nyediain minumal alkohol ataupun beer.
Selain itu, tempat ini juga jadi tempat curhat. Entah sejak kapan, setiap anak Anggrek lagi ada masalah, mereka larinya ke gue. Jelas gue temenin, sama alkohol juga. Kecuali Sena, dia dateng karena pengen tempat tinggi aja.
Bukan mau lompat kok. Cuma mau ngeliatin jalanan dari kejauhan aja which is nggak bisa dilakuin di rumah Anggrek.
Gue sebenarnya paling nggak suka urusan sama urusan orang. Urusan gue aja udah bikin gue pusing gimana ngurusin orang lain? Tapi sejak gue ketemu sama mereka ini, entah kenapa gue jadi mulai ikut campur sama urusan orang. Lebih tepatnya kepaksa tapi ya jadi biasa.
Setelah udah lama nggak ada personil yang datang ke apartemen gue dalam keadaan kusut, gue kira temen-temen gue hidupnya udah pada bener-bener aja.
Tiba-tiba, sesi minum wine oleh-oleh Papi diganggu sama satu orang. Agak unexpected karena dia nggak pernah sekusut ini seumur-umur gue kenal dia.
Tok tok tok
"The..." Dari suaranya aja gue udah tau siapa yang dateng.
Gue membuka pintu apartemen gue dan bener kan dugaan gue.
Ezra.
"Masuk deh." Gue langsung nyuruh masuk. Dari tampangnya aja udah ketahuan.
"Mau?" Gue nawarin dia, karena dia juga bukan peminum.
"Taro aja di meja kalau gue pengen, gue minum." Itu jawaban dia.
Ezra biasa main sama orang atas. Walaupun dia bukan peminum, tapi dia pernah ngerasain, karena urusan bisnis. Diantara kita semua yang bener-bener nggak bisa ya cuma Sena.
"Kenapa lo?" Gue memulai dari sana.
"Nggak usah pake sensor nama ya. Langsung sebut aja ada apa." Gue mengantisipasi karena beberapa waktu lalu udah ada yang dateng pake sensor nama segala, gue paham situasinya kayaknya.
"Gue di tampar, sama Abel." Wow. Gue nggak nyangka Abel berani kaya gitu. Jangan-jangan dia kaya Binta dulu.
"Gara-gara?" Gue bertanya pelan-pelan. Takut aja. Gue kasihan sama Abel kalau sampe dia ngerasain dua kali.
"Gue ngebahas soal S2 dia." Apa yang salah?
"Ya terus?" Gue nanya lagi.
"Nabrak." Oke gue nggak mau bahas. Dia berarti emang nggak mau bahas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost & Found [CHANxSEUL]
Fanfiction[SELESAI] Binta tidak punya banyak harapan, hanya satu. Untuk diterima. Abel tidak pernah meminta, tetapi dia selalu menerima dan tidak bisa menolak. Mereka bertemu, untuk saling belajar dari kekurangan mereka dan menemukan kebahagiaan mereka. NOTE...