sepuluh

121 4 0
                                    

"Jika jam istirahat tiba, cepat bergegaslah ke kantin. Kau belum sempat mengisi perutmu bukan?" ucap Zidan sambil meraih tangan Tiara untuk digenggam. Zidan tidak memperhatikan seluruh pasang mata yang sedang menatapnya. Berita tentang mereka yang sudah menjadi kekasih sudah tersebar luas. Tentu terdapat pro dan kontra, mereka yang pro dikarenakan setuju raja dan ratu harus disatukan, tetapi mereka yang kontra adalah mereka yang sangat mendukung kedekatan Awan dan Tiara

"I-iya, tapi aku tidak lapar" jawab Tiara sedikit gugup pasalnya ini baru kali pertama Zidan menggenggam tangannya didepan publik

"Jangan coba-coba membohongiku Tiara" Zidan menghentikan langkahnya, sontak Tiara pun ikut berhenti

"A-ah iya, hanya sedikit. Tetapi aku mempunyai beberapa stok susu kotak dan roti iris di lokerku. Aku akan mengambilnya sebelum menuju kelas" bela Tiara diakhiri dengan senyuman manisnya

"Maaf aku menjemputmu terlalu pagi, akibatnya kau tidak sempat sarapan. Kau tau.. aku hanya ingin bersamamu sedikit lebih lama sebelum bel dibunyikan" Zidan mengelus pipi Tiara dengan halus

"Apa yang kau bicaran?" Tiara sedikit mengelak agar Zidan melepaskan tangannya dari pipinya. Tiara tidak mau aksi Zidan ini dijadikan tontonan satu penduduk sekolah

"Lagi pula ini hari pertama ku tinggal di apartemen dan aku tidak sempat mengisi lemari pendinginku dengan makanan atau minuman" sambungnya

"Baiklah, kita akan membelinya setelah pulang sekolah. Jangan lupa untuk mengisi perutmu sebelum kegiatan belajar dimulai" Zidan mengacak pucuk kepala kekasihnya

"Kau ini.. aku belum lapar" jawab Tiara sedikit kesal. Dia sudah mengatur rambutnya sebelum berangkat, dan pria dihadapannya ini hanya membutuhkan waktu beberapa detik untuk merusaknya

Zidan memasukkan kedua tangannya pada saku celana
"Belum lapar untuk saat ini, tidak tau jika dua atau tiga jam atau bahkan lima menit lagi"

"Ck.. baiklah" jawab Tiara sambil membenarkan rambutnya

"Mengertilah.. aku tidak ingin kau sakit"

"Memang kenapa jika aku jatuh sakit?"

"T-tentu aku akan merasa sedih" jawab Zidan sambil memalingkan wajahnya

"Benar kah—?"

"Maaf aku harus segera pergi.. aku lupa mengerjakan tugas jadi aku harus segera mencari jawaban dan menyalinnya"

"A-ah baiklah.."

"Aku akan menghampirimu saat jam istirahat" ucap Zidan sambil sedikit berlari dan meninggalkan Tiara yang masih berdiam ditengah lapangan

Tiara memiliki banyak sekali pertanyaan di otaknya. "Mengapa Zidan menjawab pertanyaannya dengan gugup?" "Apa yang Zidan lihat saat memalingkan wajahnya? Apa yang membuat dia tiba-tiba meninggalkannya? Bukan karena tugas yang belum dikerjakan?"

Terlalu hanyut dalam lamunannya membuat Tiara tidak sadar akan seseorang yang saat ini sudah berada didepannya sambil membawa sebuah bingkisan

"Senangnya" ucap Awan yang pandangannya mengikuti arah pandang gadis dihadapannya—seorang pria di lantai dua sedang mengatur napasnya setelah berlari

"Apalagi kak?" Tiara memutar bola matanya malas

"Tidak ada"

Setelah Zidan, kini Awan yang menggenggam tangannya. Namun genggaman Awan lebih kencang dari pria sebelumnya

"Kalau begitu lepaskan"

Awan menggeleng
"Aku hanya ingin minta maaf"

"Untuk?"

Regret: Yes or Yes?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang