Awan memperdalam dorongan pada pedal gas nya, jarum speedometer pun bergerak menuju angka seratus dua puluh hanya dengan hitungan menit
Angka tersebut merupakan laju terlambat menurutnya, tak jarang dia mampu mencapai angka seratus enam puluh kilometer per jam bila Awan berkendara di atas pukul dua pagi hingga empat pagi.
Karena jam saat ini menunjukan pukul satu pagi dan masih terdapat beberapa kendaraan yang berlalu lalang membuat dia tidak berani untuk menambah lagi laju kendaraannyaAwan pergi dengan diam-diam setelah dia memastikan bahwa Tiara sudah terlelap. Tidak, Awan tidak melarikan diri. Lagi pula, untuk apa melarikan diri dari orang yang sangat dia cintai
Lima menit yang lalu mobilnya sudah terparkir dengan sembarang didepan gerbang besar dan tinggi, dan selama itu pula Awan belum berhasil meredamkan emosinya
"Maaf Tuan" sapa seorang dengan mengetuk kaca mobil, orang tersebut mengenakan seragam hitam yang Awan yakini adalah seseorang yang berjaga dan berkerja dirumah mewah dibalik gerbang yang menjulang tinggi
Awan pun membuka kaca mobilnya sedikit dan hanya memperlihatkan kedua matanya yang tajam
"Awan Alona, saya mencari Aditya Wardhana. Apa dia ada didalam?"
"Ah Tuan Muda? Maaf dia baru saja pergi"
"Kemana dia? Apa kau mengetahuinya?
"Jika dilihat—saat ini pukul satu pagi sepertinya dia akan berkunjung ke sebuah kelab malam"
"Baiklah terimakasih"
"Tentu"
Awan kembali menjalankan mesin mobilnya dan melesat keluar dari pekarangan rumah sahabatnya
Mereka berdua memang menyukai kebebasan, minuman berakohol dan sejenisnya. Hampir setiap hari Adit selalu mengajak Awan untuk bersenang-senang namun terkadang Awan menolaknya, disamping mereka yang masih menjadi seorang pelajar, Awan tidak terlalu suka akan pengaruh setelah dia meminumnya
Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk Awan sampai di kelab yang dimaksud. Play House, sebuah kelab malam yang menjadi tempat sandaran disaat mereka membutuhkan hiburan
Alunan musik yang dimainkan oleh seorang disc jockey sudah terdengar dari tempat Awan memarkirkan mobilnya, dan suara riuh para pengunjung tak mengalahkan musik yang begitu keras seperti hampir mematikan telinga
Tanpa berfikir panjang dia segera memasuki kelab tersebut. Awan pun mulai menerobos kerumunan orang-orang yang sedang bersorak ria sambil menikmati segelas alkohol ditangannya
Sangat mudah bagi Awan untuk menemukan keberadaan seorang Aditya Wardhana didalam sebuah gedung yang terdapat hampir puluhan orang, jarum jam pukul satu—tepat seperti jam yang menunjukan waktu saat ini merupakan meja yang biasa mereka gunakan ketika berkunjung. Awan melihat sahabatnya itu sedang menompang kepalanya dengan salah satu tangannya, dan tangan yang lain memegang handphone didekat telinganya
"Sudah?"
Awan menghentikan langkahnya, dan ikut bergabung dengan asal didalam kerumunan yang berada didekatnya agar Adit tidak mengetahui keberadaannya
"Ya! Aku memberimu pekerjaan yang sangat mudah" ucap Adit dalam panggilannya dengan sedikit mengeraskan suaranya

KAMU SEDANG MEMBACA
Regret: Yes or Yes?
Historia Corta[BEFORE] My Partner Sex is My Ex-Boyfriend "Regret: Yes or Yes?" menceritakan bagimana Tiara dan Zidan dipertemukan, dan juga berakhir. Zidan yang dicap sebagai badboy sejagat raya meminta Tiara untuk menjadi ke kasihnya. Dan setelah beberapa lama m...