"Kau masih menggunakan seragam sekolah lengkap kak? Padahal sekolah sudah dibubarkan beberapa jam yang lalu" tanya Tiara sambil melihat Awan yang masih tetap fokus menyetir
"Iya.. aku baru saja menyelesaikan tugas bersama kelompok belajarku di cafe dekat sekolah"
Ya benar, saat ini Awan sedang duduk dibangku tingkat akhir sekolah menengah atas. Tak heran beberapa tugas sudah mengantri untuk di selesaikan
"Bagaimana tingkat akhir? Pasti membuatmu pusing" Tiara membanting kepalanya pada sandaran kursi
"Ya begitulah.. kau harus ahli dalam memanage waktu. Jika tidak, dua puluh empat jam saja tidak cukup untukmu" ucap Awan sambil melepas rem tangannya karena lampu lalu lintas sudah berganti hijau
"Ah rasanya aku ingin cepat-cepat memasuki dunia perkuliahan saja. Melompati tingkat akhir sekolah menengah atas" Tiara mengalihkan pandangannya keluar jendela, entah mengapa lampu jalanan dan sorot lampu dari mobil-mobil yang lainnya lebih menarik perhatiannya
"Kau tidak boleh begitu Ra" ucap Awan sambil mengacak-acakan pucuk kepala Tiara hingga membuat rambutnya sedikit berantakan
"Kak.. rambutku berantakan" Tiara memukul lengan Awan dengan sangat pelan
"Iya-iya ampun.. ini sakit" Awan beracting
"Baiklah, kita akan makan malam dimana? Atau ada sesuatu yang ingin kau makan saat ini?"
"Malam ini sedikit dingin.. jadi aku ingin sebuah soup Tom Yum dan ice cream"
"Dingin katamu? Tapi kau memesan ice cream" Awan menyentil kening Tiara
"Aw sakit" Tiara merintih kesakitan karena ini sungguh sakit
"Kalau begitu.. seharusnya kau tidak bertanya padaku" Tiara menyilangkan kedua tangannya di dada
"Baiklah apapun permintaanmu" ucap Awan yang sukses membuat Tiara tersenyum girang
Audi merah itu bergerak dengan sangat lincah. Tak jarang pengendara sepeda motor itu justru terfokus pada warna mewahnya mobil yang Awan miliki. Membelah jalanan kota, melewati gedung-gedung pencakar langit dan yang paling seru adalah menerobos lampu lalu lintas tetapi itu hanya sesekali. Sungguh kelakuan anak muda yang tidak boleh di contoh
Hingga pada tikungan terakhir, sebuah kedai langganan mereka sudah terlihat jelas
"Cepat turun sebelum kau mati kelaparan"
"Dan kau akan kesepian tanpa ku. Benar bukan kak?" goda Tiara
"Ya benar.." Awan menjawab saat Tiara sudah berjalan terlebih dahulu dan meninggalkannya di parkiran
"Lihat. Siapa yang lambat huh?" kesal Tiara dari sebrang sana. Awan pun hanya terkekeh melihat Tiara-nya yang sedikit emosian
Tiara menunggu Awan tepat didepan pintu masuk, karena dia tidak berani masuk seorang diri
"Astaga lihat siapa yang berkunjung.. sepasang kekasih yang sedang mencari makanan hangat" ucap pelayan yang bekerja disitu. Bahkan beberapa pelayanpun hapal dengan mereka berdua. Tiara dan Awan dua hingga tiga kali tiap minggunya mengunjungi kedai itu, entah untuk mengisi kekosongan perut atau hanya untuk berbincang-bincang saja
"Kita bukan sepasang kekasih bi.." ucap Tiara melenggang menuju meja kayu dipinggir jendela sana
Awan yang melihatnya dari belakang hanya tersenyum kearah pelayan tersebut
"Doakan saja" ucapnya yang lalu dibalas dengan kepalan kedua tangan oleh bibi—seperti sedang menyemangati
Awan segera menghampiri Tiara yang sudah membolak-balikan buku menu. Setelah beberapa menit Tiara menetapkan pilihannya pada soup tidak dengan ice cream karena Awan melarangnya, dan Awan hanya memilih secangkir teh untuk menghangatkan tubuhnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret: Yes or Yes?
القصة القصيرة[BEFORE] My Partner Sex is My Ex-Boyfriend "Regret: Yes or Yes?" menceritakan bagimana Tiara dan Zidan dipertemukan, dan juga berakhir. Zidan yang dicap sebagai badboy sejagat raya meminta Tiara untuk menjadi ke kasihnya. Dan setelah beberapa lama m...