enam

192 4 0
                                    

"Aku telah membeli satu unit apartemen, akan ku gunakan beberapa hari lagi—mungkin"

"Kau akan tinggal disana?"

"Iya, lalu untuk apa aku membelinya"

"Bagaimana dengan rumahmu? Dan bibi?"

"Rumah itu terlalu besar untuk ditinggali oleh dua orang. Aku akan mempulangkan bibi secepatnya, lagipula sepertinya dia merindukan keluarganya disana"

"Jika orangtua mu datang—ah tidak maksudku pulang?"

"Ayolah mereka tidak akan pulang dalam waktu dekat atau mungkin mereka tidak akan pulang. Orangtua ku terlalu sibuk—tidak mereka sudah nyaman tinggal disana. Singkatnya, kemungkinan mereka akan pulang sangat kecil"

"Baiklah, hubungi aku jika kau ingin berkemas"

"Tidak usah—"

"Istirahatlah, ini sudah larut malam. Aku akan menjemputmu besok pagi dan kita berangkat bersama. Aku tutup—good night and see u"

Awan menutuskan sambungan telefonnya. Dia sedikit kesal pada Tiara, pasalnya dia terus menerus menghubunginya sejak sore hari tadi namun tidak satupun panggilan yang terjawab dan mengirimkan beberapa pesan singkat namun tak ada satupun yang dibaca

Awan sangat khawatir saat Tiara tak ada kabar. Pikirannya sudah menjalar, tak karuan. Bagaimana jika Tiara nya diculik lalu penculik itu mengambil organnya lalu menjualnya?

Jika dilihat—tubuhnya yang tinggi dan perawakan yang cukup berisi, orang-orang pasti akan percaya pada usianya sekarang yaitu delapan-belas tahun. Tapi siapa sangka, jika orang yang sudah mengenalnya cukup lama—seperti Awan pasti akan menganggapnya masih berusia lima tahun. Sifat dan sikap yang masih seperti anak kecil membuat Awan ingin tetap berada disamping Tiara untuk menjaganya

Awan menarik selimut dan hampir menutupi kepalanya
"Haruskah aku membeli satu unit apartemen yang sama dengannya? Aku akan membayar dengan harga berapapun untuk mendapatkan kamar yang tepat berada disebelahnya"

Disaat yang sama, setelah Awan menutup sambungan telefon secara sepihak Tiara langsung membanting handphone nya diatas tempat tidur

"Ck, persetan"

Tiara segera mengganti pakaiannya dengan bathrobe, rasanya ingin berendam sebentar untuk merefleksikan tubuhnya yang sedikit lelah hari ini

Setelah makan malam itu, Tiara meminta Zidan untuk menemaninya mencari sebuah apartemen. Zidan pun menyetujui ajakan itu sebagai seorang kekasih. Yes, they are officially dating

Tidak ada alasan tertentu untuk Tiara membeli satu unit apartemen, dia hanya bosan tidur dikamarnya sekarang yang sudah dia tempatkan selama delapan-belas tahun. Sungguh alasan yang tidak masuk akal bukan?

"Hanya ingin" ucapnya saat Zidan bertanya

"Bagaimana dengan orangtuamu?"

"Me-mereka sudah mengizinkannya" Tiara pun tersenyum, memunculkan deretan gigi nya yang sedikit tidak rapih—gigi depan yang seperti kelinci dan kanan-kiri yang seperti serigala. Gemas, bagaimana Zidan tidak menuruti keinginan kekasihnya itu

Mereka mulai mengunjungi satu persatu tempat hunian mewah bertingkat itu pada pukul delapan malam. Berkat itu Zidan mengetahui satu hal baru mengenai kekasihnya itu—Tiara yang sangat pemilih. Terlalu banyak syarat hanya untuk sebuah tempat tinggal sementara, menurut Zidan 'nyaman' saja sudah cukup. Tapi tidak dengan kekasihnya itu—Tiara ingin menetapi satu hunian dilantai paling atas, kamar yang cukup luas, balkon yang langsung menuju luar ruangan yang membuat dia bisa menikmati kesibukan lalu-lalang jalan dimalam hari

Regret: Yes or Yes?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang