"Sejak kapan dia ada disini?" tanya Awan yang berada beberapa langkah dari Tiara didepannya
"Sekitar pukul empat sore—mungkin... Entahlah, aku tidak ingat tepatnya kapan dia datang" jawab Tiara yang masih sibuk menguncikan pintu rumahnya
"Kau tidak memberitau ku?" tanya Awan lagi dengan pandangan yang terus mengikuti kemana gadis itu pergi
"Demi datang menemuimu dia rela pulang lebih awal dari sekolahnya?"
Srak!!
Pertanyaan yang dilontarkan Awan sukses membuat Tiara yang saat itu sedang menutup gorden berhenti seketika, lalu membalikan badannya dan menatap Awan dengan sangat malas
"Haruskah? Haruskah aku memberitaumu?" jawab Tiara judes lalu kembali melanjutkan aktivitasnya
"Lagipula.. dia tidak mencarimu" lanjutnya sambil berjalan melewati Awan begitu saja
"Ah satu lagi..semua yang muncul didalam pikiranmu adalah salah. Namun jika memang benar, apa salahnya demi diriku?" jelas Tiara
Awan pun menghampiri Tiara yang sedang duduk di kursi ruang makan sambil mengupas apel merah ditangannya
"Ada apa dengan dirimu?" ucap Awan sambil menarik kursi dihadapan Tiara lalu mendudukan dirinya
Tiara meletakkan pisau yang dia gunakan diatas meja kaca dengan sedikit kasar, dan meletakan kembali apel merah tersebut diatas tatakan kecil berbentuk lingkaran
"Aku? Aku baik-baik saja" jawab gadis itu sambil menyilangkan kedua tangannya diatas pangkuannya
"Lupakan.. mungkin suasana hatimu sedang tidak baik hari ini. Aku akan mengupaskan ini untukmu"
Awan pun mulai mengupas apel tersebut secara melingkar dan berusaha agar kulitnya tersebut tidak terputus
"Ujian mu.. bukankah sudah sangat dekat?" tanya gadis itu membuka percakapan
"Hem ya.. sekitar dua bulan lagi" jawab Awan yang masih terfokus dengan pekerjaannya
Tiara membuang nafas dengan perlahan lalu mengistirahatkan punggungnya pada sandaran kursi yang didudukinya
"Lalu kenapa kau lebih memilih untuk menemaniku?"
"Maksudmu?" pertanyaan Tiara berhasil membuat Awan meletakkan pisaunya
"Ya... m-maksudku.." akibat tatapan Awan yang sangat lembut namun seperti mengintimidasi membuat Tiara tidak bisa mengucapkan kalimat yang sudah dia rangkai didalam otaknya
"Aku sendiri tak masalah. Mungkin bisa dikatakan kalau aku memiliki perasaan yang sebaliknya—aku senang tidak pergi kesekolah"
"Dimana otakmu kak?" Tiara melemparkan sebuah kulit apel—yang sempat dia kupas sebelumnya
Awan pun tertawa renyah, melihat Tiara-nya yang sudah kembali dalam hati dia bersyukur bahwa gadis yang sedang duduk dihadapannya tidak marah padanya
"Hey.. aku sedang tidak bercanda"
"Are you seriously?" tanya Tiara dengan mata membulat
Awan mengangguk-angguk kecil sebagai jawaban
"Aku sedikit bosan dengan rutinitasku yang ... datar" ucap Awan sambil menaikkan bahunya
"Lagipula ... ini sedikit tidak penting untuk ku. Jika bukan karena orangtua mu mendaftarkanmu sekolah, mungkin aku akan pergi—menetap, dimana perusahaan keluargaku dibangun, Toronto"
"Jadi ... ini semua karenaku? Jangan bodoh"
"Ya, ini semua karena mu. Aku sudah pergi sejauh ini jadi ku mohon... pikirkan perasaanku sedikit saja"
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret: Yes or Yes?
Short Story[BEFORE] My Partner Sex is My Ex-Boyfriend "Regret: Yes or Yes?" menceritakan bagimana Tiara dan Zidan dipertemukan, dan juga berakhir. Zidan yang dicap sebagai badboy sejagat raya meminta Tiara untuk menjadi ke kasihnya. Dan setelah beberapa lama m...