"Bagaimana?" tanya Zidan yang sudah berdiri disamping Awan dengan kedua tangan dia masukan kedalam saku celana
"Apa maksudmu?" Awan menghadap kearah Zidan dengan raut wajah bingung
"Dia" Zidan menunjuk menggunakan dagunya kearah Tiara yang sedang bekutat dengan sebuah buku
"Dia terlihat semakin cantik jika sedang fokus mengerjakan sesuatu—lihat dia menggelengkan kepala sepertinya dia salah mengerjakannya" ucap Zidan diakhiri dengan kekehan ringan
"What do you want?" tanya Awan yang menatap tajam rivalnya itu
"Aku? Aku tidak menginginkan apapun" jawab Zidan sambil tersenyum menampakan deretan giginya yang terlihat rapih
"Aku akan memberikan apapun yang kau mau tetapi dengan syarat"
"Bagaimana jika kau harus mengirimkan ku lima puluh dolar tiap minggunya?" tawar Zidan sambil melirik ujung sepatunya
Awan berdehem lalu memalingkan wajahnya sambil menyisir rambutnya kebelakang menggunakan tangannya
"Hanya lima puluh dolar? Apa tidak kurang bagi anak seorang petinggi sepertimu?"
"Ya!! Lihat dengan siapa aku berbicara saat ini" ucap Zidan merasa tertantang. Zidan mendekat kearah Awan dengan tetap memasukan kedua tangannya kedalam saku
"Awan Alona.." Zidan mengusap nametag seniornya itu menggunakan ibu jarinya
"Aku tidak akan menerima tawaran apapun darimu. Seberapa tinggi tawaranmu, itu tidak akan sebanding dengannya. Bahkan dengan ciuman kita semalam"
"Beraninya kau!!" Awan mencengkram kerah seragam milik Zidan dan membuatnya sedikit terangkat
Disaat yang sama bel sekolah berbunyi menandakan waktu dimulainya kegiatan belajar mengajar. Awan pun melepas cengkramannya dengan sedikit memberikan dorongan yang berhasil membuat Zidan terbentur
Brak!!
Zidan terjatuh dan sukses membuat keributan didalam kelas Tiara. Semua siswa dan siswi yang berada didalam kelas itupun berhamburan keluar—menonton keributan yang sedang terjadi. Terkecuali Tiara, dia sebenarnya sudah mengetahui keberadaan mereka tetapi membaca buku pelajaran dan menyiapkan peralatan yang akan digunakan sepertinya lebih berguna daripada memisahkan mereka berdua"Ah maaf kak aku tidak sengaja" Zidan beracting kesakitan sambil memegang bahu kiri nya
"Lain kali aku akan lebih berhati-hati" ucap Zidan bangkit lalu membenarkan seragamnya yang sedikit tak rapih
"Denganmu.." sambung Zidan dengan sedikit berbisik ditelinga Awan. Setelah melanjutkan ucapannya Zidan pun meninggalkan Awan yang masih terdiam
"Sial" umpat Awan sambil menerobos keluar kerumunan
———
Materi yang disampaikan sejak pelajaran pertama hingga saat ini tidak dapat dicerna oleh otaknya. Sedari tadi dia hanya memutar-mutar pena yang tergeletak dimeja dengan jarinya
Awan berdecak setelah matanya tak sengaja melihat jam dinding yang bertengger dikelas nya. Pukul sembilan lebih empat puluh lima menit, yang artinya masih membutuhkan waktu lima belas menit lagi untuk memasuki jam istirahat
Awan pun melemaskan otot punggungnya lalu sedikit membenturkan-benturkan kepalanya ke atas meja
"Apa kau sudah gila?" ucap Adit sedikit terganggu karena meja nya sedikit bergerak saat Awan membenturkan kepala
"Sorry"
"Bagaimana kabar Tiara?" tanya Adit dengan pandangan yang tidak teralihkan dari rumus-rumus yang terpajang didepan sana
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret: Yes or Yes?
Historia Corta[BEFORE] My Partner Sex is My Ex-Boyfriend "Regret: Yes or Yes?" menceritakan bagimana Tiara dan Zidan dipertemukan, dan juga berakhir. Zidan yang dicap sebagai badboy sejagat raya meminta Tiara untuk menjadi ke kasihnya. Dan setelah beberapa lama m...