tiga belas

96 5 0
                                    

"Bagaimana tidurmu?" tanya Awan yang melihat Tiara sedang menuruni anak tangga dengan sebuah guling didalam pelukannya

"Rasa sakit itu selalu membuatku terbangun, dan aku berhasil terlelap kembali ketika rasa sakit itu mulai mereda"

"Tidak terlalu buruk, perlahan rasa sakit itu akan menghilang" ucapnya lalu mengambil selehai roti

"Teramat sakit? Tetapi kau masih dapat berjalan dengan baik bukan?" tanyanya lagi dan kembali fokus pada roti yang sedang dia olesi dengan selai coklat

"Ya sepertinya ..." jawab Tiara sambil menggosok mata menggunakan telunjuk kanannya

Awan menaruh sebuah pisau yang dia gunakan untuk mengolesi roti, lalu tersenyum ke arah Tiara yang sudah berdiri dihadapannya dengan bare face yang menurutnya sangat menggemaskan

"Taruh gulingmu itu. Kita sarapan bersama" perintah Awan

"Baiklah" Tiara memutar tubuhnya dan berjalan menuju sofa yang tak jauh dari ruang makan untuk menaruh guling kesayangannya itu

Setelah menaruhnya, Tiara kembali menuju ruang makan untuk mengisi perutnya yang lapar

"Susu vanilla" Awan meletakan sebuah gelas penuh berisikan susu kesukaan gadis dihadapannya

"Roti selai coklat" sambung Awan sambil menyodorkan empat helai roti berlapis coklat

"Sejak kapan aku mempunyai selai coklat? Bukankah yang tersedia dilemari hanyalah selai strawberry?"

"Ya.. aku baru saja membelinya pagi tadi. Aku tau kau tidak menyukai selai dilemari mu itu" jelas Awan lalu mengambil sehelai roti lapis dan melahapnya

"Ah.. terimakasih" jawab Tiara lalu ikut melahap roti didepannya

"Semalam kau tidur dengan nyaman kak?" tanya Tiara dengan mulut terisi

"Sepertinya badanku sedikit lelah" ucap Awan sambil memijat-mijat tengkuknya

Tiara buru-buru menelan roti didalam mulutnya, lalu meneguk segelas susu untuk melancarkan tenggorokannya

"Benarkah?" tanyanya dan diakhiri dengan menertawakannya

"Salahmu kak. Aku sudah menyuruhmu tidurlah diranjang, tetapi kau lebih memilih untuk menghabiskan malam mu diatas sofa"

Malam itu tidak terjadi apapun diantara keduanya. Setelah Awan menggodanya, Tiara berhasil melayangkan sebuah tamparan kecil dan berhasil mengusir Awan dari dalam kamarnya

"Kau tidak boleh melakukan itu. Dan juga ciuman—seharusnya kita tidak melakukannya kak"

"Karena kau adalah milik seorang Zidan Pradita? Kalau begitu.. aku akan menahannya, dan meluapkannya ketika kau menjadi milikku"

Bohong jika malam ini Tiara tertidur dengan lelap, dia terus memikirkan kalimat yang Awan lontarkan sebelum meninggalkan kamarnya. Ucapannya terdengar meyakinkan, namun terdapat sedikit getaran menakutkan. Ya—sedikit karena Tiara yakin kekasihnya tidak akan membiarkan itu terjadi di masa sekarang atau di masa depan

Bohong jika saat ini Tiara tidak canggung padanya. Akibat serangan Awan yang tiba-tiba dan juga kalimatnya pada malam itu, perasaan Tiara tak karuan setiap menatap kedua mata pria yang sudah lama dekat dengannya

"Aku tidak mau tidur didalam kamar tamu, sangat menyeramkan dibelakang sana—tunggu, ada apa dengan pipi mu? Mengapa dia memerah, kau sakit?"

Suara Awan mengintrupsi Tiara yang sedang melamun. Awan pun menjulurkan tangannya dan meletakannya diatas kening gadis dihadapannya yang sedang kebingungan

Regret: Yes or Yes?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang