empat

209 6 0
                                    

Senin adalah hari paling dibenci hampir seluruh manusia dimuka bumi ini, karena mereka harus melanjutkan aktivitas keseharian yang membosankan. Sebuah aktivitas yang jika dilakukan secara berulang-ulang kali tentu akan menimbulkan kebosanan, benar bukan? Itulah yang Tiara rasakan saat ini. Dia sudah mulai bosan bersekolah

Sore kemarin, Awan dengan berat hati mengantar Tiara kembali kerumahnya. Tidak, Tiara tidak diusir, tetapi Tiara harus menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan sekolah esok hari. Setelah hampir tiga puluh jam Tiara berada dirumah Awan—ya Tiara menghabiskan weekendnya disana. Lagipula orangtua Awan tidak keberatan dan mereka terlihat sangat senang. Tiara dilayani seperti seorang putri raja. Dia tidak diperbolehan melakukan pekerjaan—seperti mencuci piringnya sendiri sehabis makan karena itu akan merusak kukunya, tetapi Tiara tetap melakukan itu karena sudah terbiasa jika tinggal dirumahnya seorang diri dan kukunya tetap baik-baik saja hingga sekarang

Kedua orangtua mereka memang berteman, karena menjalani bisnis dibidang yang sama dan juga karena Tiara dan Awan—mereka sudah berteman sejak kecil sehingga frekuensi mereka untuk bertemu semakin banyak. Akhir-akhir ini tak jarang Tiara mendengar percakapan antara kedua orangtua nya tentang perjodohan. Ayolah siapa manusia yang masih ingin melakukan perjodohan di zaman yang sudah modern seperti sekarang ini? Tiara ingin hidup bersama selamanya dengan orang yang dia cinta. Awan pun begitu

Dan disinilah Tiara berada, diruang kelas yang sudah sepi karena ditinggalkan oleh siswa dan siswinya. Bel pulang berbunyi setengah jam yang lalu, dan saat bel itu berbunyi Tiara sedang menjelajah alam mimpi. Tiara dibuat mengantuk akibat suara gemercik hujan yang menemaninya dari pagi hari hingga saat ini. Untung saja guru yang mengajar saat itu tidak melihat Tiara yang sedang menelungkupkan kepala diatas meja

Pelajaran yang Tiara lewatkan hari ini cukup membosankan. Pada jam pertama dimulai dengan economics. Sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana cara uang itu beredar, bagaimana cara perusahaan merecruitment para pekerja nya, dan bahkan bagaimana cara uang itu berpindah tangan. Economics membuat Tiara selalu menegakan punggungnya dan tidak berhenti mengoreskan tinta ditiap lembar bukunya karena economics termasuk dalam list pelajaran favorit nya. Kali ini guru nya hanya menceritakan beberapa tentang permasalahan perekonomian yang sering terjadi di banyak negara dan itu membuatnya sedikit jenuh karena sebelumnya dia sudah membaca kasus-kasus tersebut dalam sebuah wadah yang berada di jaringan sosial. Tetapi Tiara harus tetap mendengarkan itu karena bagaimanapun cita-citanya adalah menjadi seorang CEO, dan mempunyai pasangan yang memiliki jabatan yang sama pula dengannya. Entahlah, semoga saja salah satu harapannya dapat terkabul di masa yang akan datang

Pelajaran terakhir hari ini diakhiri dengan sejarah. Mata pelajaran yang cukup membuat para siswa dan siswi yang berada dikelas ini mengantuk. Ditambah pula guru yang mengajar sudah memiliki usia yang cukup—sekitar sudah berusia lima puluh tahun. Sesekali beliau melintir kumis putihnya yang sudah sedikit panjang karena sepertinya mengganggu saat beliau sedang berbicara—menjelaskan materi. Beliau mengajar dengan suara yang sangat lemah lembut yang membuat para muridnya seperti merasa sedang di dongengkan. Tiara ingin sekali meminta pada Adit untuk mempekerjakan guru yang masih berusia muda karena selain tenaga yang masih kuat dia juga pandai bersosialisasi dengan para muridnya. Ya karena ayah dari sahabat Awan adalah pemilik dari sekolah ini

Jika tidak melihat jam yang bertengger gagah di dinding kelas, Tiara tidak tau kini pukul berapa. Pasalnya langit sangat gelap seperti malam hari tetapi sebenarnya saat ini masih pukul lima sore. Tiara dengan malas memasukan buku pelajaran miliknya yang masih berserakan diatas meja kedalam tas nya. Setelah dirasa tidak ada yang tertinggal Tiara pun berjalan gontai—karena masih mengantuk, meninggalkan ruang kelas

Kini Tiara tidak perlu menyumpal telinganya menggunakan earphone dan mendengarkan suara hujan dari galery music di handphone nya. Jika kalian dapat melihat isi galery music miliknya, pasti akan terkejut. Pasalnya dia tidak pernah menyimpan sebuah music bergenre apapun disana, melainkan dia mengoleksi semua alunan yang dapat menenangkan sekaligus membuatnya tertidur

Aroma yang pertama kali menusuk indra penciumannya saat dia berada diluar kelas adalah aroma hujan. Petrikor, siapa yang tidak suka itu. Aroma segar dan wangi setelah hujan turun mengenai tanah. Petrichor berasal dari Yunani, petros yang artinya batu dan ichor dengan arti cairan yang mengalir di pembuluh darah para dewa. Ada yang menyebutkan bahwa aroma petrikor terjadi ketika bahan kimia dari bakteri dalam tanah tersebut terlepas. Persetan dengan bakteri, aroma petrikor lebih Tiara sukai dibanding popcorn caramel

Pada jam istirahat tadi, Awan menghampirinya yang sedang berada dikelas. Awan berkata hari ini akan mengantarnya pulang dan Tiara pun mengangguk sebagai tanda setuju. Tetapi dua jam sebelum bel pulang dibunyikan sebuah pesan singkat meramaikan notifikasi handphone nya yang tak tersilent dan membuat seisi kelas hening seketika

From: Awan
Maaf aku tidak bisa mengantarmu
14:00
Aku melupakan jadwal setelah ini
14:01
Maafkan aku...
14:02
Kau membaca pesanku kan?
14:30

Tiara menghela napas setelah membaca isi pesan tersebut. Dia kembali memasukan handphone nya ke dalam saku seragamnya dan tak lupa mengubah menjadi mode getar. Mulutnya kembali berdecak saat handphone nya bergetar

From: Awan
Aku tau kau membaca pesanku
14:40
Jawab pesanku atau aku akan menghampirimu saat ini juga
14:41

Awan is calling..

Tiara cepat-cepat mematikan panggilan tersebut

From: Awan
Keluar..
14:45

Dan benar saja Awan sudah berdiri tepat dipintu kelasnya. Tiara pun dengan berat hati berdiri dari duduknya dan tak lupa membungkukkan badan—izin kepada guru yang sedang memberikan pemahaman

"Sorry" ucapnya sambil menyodorkan sebatang coklat sambil mengusap pucuk kepala Tiara lalu pergi begitu saja

Senyumnya terangkat saat dia teringat sesuatu, pada saat malam itu. Tiara merutuki dirinya sendiri mengapa dia justru melepaskan first kiss nya begitu saja. Jika dia tidak menepuk bahu lebar milik Awan, mungkin Awan tidak akan mengakhiri kegiatan itu. Yang terjadi setelah itu adalah awkward, Tiara bergegas memasuki kamar yang bisa dia gunakan, membersihkan diri dan segera mematikan lampu lalu mengubur diri dibalik selimut

Ditengah tidurnya yang hanya dibantu oleh cahaya rembulan, dia melihat Awan memasuki kamarnya dan ikut merebahkan diri disampingnya. Awan tersenyum ke arahnya setelah meletakan kepalanya diatas bantal. Tiara pun ikut membalasnya dengan mata yang masih mengantuk

"Masih terjaga kak? Cepat beristirahatlah atau kau akan jatuh sakit nanti" ucap Tiara sambil membenarkan posisi tidurnya

Awan menahan tawanya gemas. Saat masih terkantuk seperti ini Tiara masih menyempatkan diri untuk mengomelinya
"Aku tidak bisa tidur, kau tidurlah. Aku.. aku akan menjagamu" jawab Awan sambil mengelus surai legam milik seseorang yang didepannya

"Baiklah... good night" Tiara perlahan mulai menutup kembali kedua matanya dan melanjutkan perjalanannya menuju dunia mimpi

Lagi, Tiara kembali dibuat terbangun saat tangan dingin milik Awan itu menyentuh pipinya. Saat itu Awan seperti mengatakan sesuatu, tetapi Tiara tidak mendengar itu. Tiara hanya memperhatikan pergerakan bibir Awan berharap dia dapat mengetahui apa yang Awan ucapkan

"Apa kau ingin memberitau sesuatu kak? Esok pagi saja, aku tidak bisa mendengar jelas ucapanmu" Tiara merubah posisi tidurnya—memunggungi Awan

"Will you be mine?"

Regret: Yes or Yes?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang