Bagian 14

40 7 0
                                    

"Seberapa kuat dirimu menahan tangis, pada akhirnya pasti akan keluar juga."

- Dipta

💙💙💙💙💙


Tanggal 29 Mei 2014, tepatnya hari Kamis. Saudara sepupuku datang ke rumahku karena pada saat itu adalah hari libur Paskah. Saudaraku berangkat dari Jember, dan sampai rumahku sekitar pukul 10 siang. Kemudian saudaraku mengajakku untuk jalan-jalan di sekitar Malioboro.

Tak terasa aku dan saudaraku telah berjalan-jalan menyusuri Kota Yogyakarta dari pukul 10 siang hingga pukul 3 sore. Kami pun langsung pulang karena sudah merasa sangat lelah.

Sesampainya di rumah, baru duduk untuk istirahat, aku langsung mendapat telpon dari Sari teman dekat perempuan sekelasku sekaligus salah satu teman dekat Ayu.

Handphone ku berdering, aku melihat nama penelponnya.

"Loh? Sari ngapain telpon ya? " batinku.

Sedari awal memiliki nomor kontaknya, dia belum pernah mengirim pesan SMS dan menelponku sama sekali. Disitu aku terkejut karena tidak biasanya seperti itu.

Aku langsung mengangkat telpon darinya, "Dip.. Dipta... Ayu Dip, Ayu...", dengan terisak-isak sambil menangis.

"Iya, Ayu kenapa?" aku terkejut dan sedikit panik.

"Ayu Dip... Ayu meninggal." Sari menjawab pertanyaanku seperti tidak kuat untuk mengatakannya.

"Meninggal dimana Sar?" kutanya lagi.

"Di kolam renang Dip." berbicara sambil menangis dan nada bicara yang sedikit bergetar.

Sari pun langsung menutup telponnya. Tubuhku pun lemas dan kakiku gemetar. Sungguh itu kabar terburuk yang pernah aku dapat seumur hidupku.

Saat telpon tadi, Ibu ikut menyimak. Selesainya aku ditelpon Ibu ku melihat wajahku.

"Lho Mas... Mukamu pucet banget lho". wajah Ibu ku terkejut.

"Masa sih Bu?" aku merasa tidak percaya karena mungkin pikiranku sudah tidak karuan.

"Tadi kenapa? Kok temenmu nelponnya kayak sambil nangis?" Ibuku penasaran.

"Ayu meninggal Bu." aku menahan tangis.

"Dia kan yang sering SMS-an sama kamu Mas." Ibu ku memastikan seperti tidak percaya.

"Iya Bu..." aku menjawab dengan nada menurun.

"Sabar ya Mas, nanti Ayu tak doain." Ibu berusaha menenenangkanku.

Aku pun hanya membalas dengan sedikit senyuman.

💙💙💙

Kesokan harinya, sekolah libur dan sekolah menyewa bus untuk anak satu sekolah untuk menuju ke rumah Ayu. Aku dan teman sekelasku ke rumah Ayu menggunakan sepeda motor karena bus sudah penuh dengan adik kelas.

Sesampainya di sana aku dan seluruh teman laki-laki ku langsung mengambil air wudu untuk melaksanakan Salat Jenazah. Saat masuk ke rumah Ayu untuk salat, aku terkejut kenapa ada dua jenazah di rumahnya? Setelah aku tanya ke temanku ternyata itu adalah kakak kandungnya yang bernama Neny Susetyowati.

Selesai salat, aku menunggu hingga proses pemakaman dimulai. Pada akhirnya, keranda yang berisikan jenazah Ayu dan Kakaknya dihantar menuju pemakaman.

Anak laki-laki satu kelasku yang ikut ke pemakaman hanya beberapa, bagitu pun aku dan temanku Aidan. Tak lama kemudian proses pemakaman pun selesai, aku dan Aidan mendoakan Ayu dan Kakaknya di pemakaman.

Selama mendoakan Ayu dan Kakaknya, aku menahan tangisku hingga malah sulit untuk menangis. Entah mengapa itu bisa terjadi, mungkin saja itu karena aku tidak ingin meninggalnya mereka menjadi beban dalam hidupku.

Hingga sudah cukup sepi, aku keluar dari makam setelah mendoakan mereka berdua. Aku berusaha untuk selalu menahan tangisku namun akhirnya tidak bisa. Begitu aku keluar makam, isak yang ku tahan pada akhirnya keluar menjadi tangis dan berlinang air mata.

Air mataku menetes bercucuran, "Kamu gak boleh nangis, kamu orang yang kuat Dip." aku berkata dalam hati.

Aku pulang bersama Aidan karena arah pulang yang searah. Sesampainya di rumah, aku langsung menuju masjid untuk melaksanakan Salat Jumat.

Salat Jumat selesai dan tidak lupa ku mendoakan Ayu dan Kakaknya, lantas aku pulang dan tidur karena entah mengapa hari itu serasa lelah sekali, tidak seperti biasanya.

Entah mengapa saat di tengah tidur pulas ku, aku bisa mengeluarkan air mata dengan banyaknya hingga aku terbangun dari tidurku. Begitu terbangun aku terkejut, wajahku sudah penuh dengan air mata dan terisak-isak. Mungkin ini karena efek aku menahan tangisku sejak awal ku mendegar kabar itu.

Malam hari telah tiba, aku tidur lebih awal dari biasanya. Aku merasa lelah sekali menjalani hari ini.

Saat tidur aku tidak memimpikan apapun. Namun pada saat aku terbangun, tepatnya saat setengah bangun biasanya sekitar pukul 3 pagi, dengan mata yang sedikit terbuka dan pandangan sedikit buram. Terlihat sosok seperti Ayu berdiri di dekat lemari bajuku, tingginya pun sama dengan Ayu.

Dia menggunakan gaun berwarna putih yang cantik dengan rambut yang terurai sambil melambaikan tangan dan mengatakan, "Dipta..." dia tersenyum padaku.

Itu yang dia katakan dan baru aku sadari setelah aku terbangun dari tidurku tepatnya pukul 5 pagi.

"Oh berarti tadi itu Ayu." batinku.

Sampai di sekolah, aku merasakan suasana yang berbeda. Serasa ada yang kurang di dalam kelas. Ternyata baru ingat kalau itu adalah Ayu. Aku merasa kehilangan motivasiku untuk datang sekolah, karena dia sumber semangat disetiap hariku di sekolah.

Akan tetapi aku tak boleh sedih, aku harus semangat dan selalu tersenyum. Jika aku sedih, nanti di alam sana Ayu sedih. Maka dari itu aku harus semangat dan tersenyum, karena aku ingin Ayu bahagia di alam sana.

Dalam hidupku aku belum pernah mengalami kisah hidup yang seperti ini. Aku merasa bahwa kisah hidupku yang satu ini adalah kisah hidupku yang tak akan terulang kedua kalinya.

Aku hanya ingin kisah ini hanya terjadi sekali seumur hidupku. Aku tak akan pernah melupakan kisah cinta ini, karena kisah cinta ini akan selalu aku kenang selamanya hingga akhir hayatku.

💙💙💙

Aku sempat mendengar kabar bagaimana kejadian mereka di kolam renang di sekitar Jalan Kaliurang dari beberapa teman.

Ketika di sana, Ayu berenang lebih dulu di kolam renang sedalam 3 meter. Singkat cerita, kaki Ayu kram dan tidak bisa bergerak. Tidak ketahuan siapa pun, bahkan katanya bahwa penjaga kolam renang sedang tidak di tempat jaga.

Kolam berbentuk persegi panjang. Jarak Ayu dan kakaknya cukup jauh dan kakaknya belum berenang. Ayu berada di salah satu sudut kolam renang, dan kakaknya berada di sudut kolam renang yang lain.

Kakaknya mengetahui Ayu tenggelam dan berlari ke arah Ayu. Karena jaraknya yang cukup jauh untuk mengejar, saat didatangi badan Ayu sudah masuk ke bawah permukaan air cukup dalam. Kakaknya dengan segera menyelam untuk menarik tangan Ayu. Akan tetapi, Kakaknya tak sanggup menarik Ayu, malah Kakaknya ikut tertarik ke bawah oleh berat badan Ayu.

Setelah mereka berdua tenggelam, kemudian penjaga menyelamatkan. Kabar ini tersebar di salah satu akun twitter berita daerah Jogja sekitar pukul 10.45 siang. Saat diangkat ke tepi kolam, wajah mereka berdua sudah pucat pasi dan bibirnya sudah berwarna biru. Orang yang berenang di sana berkerumun mengelilingi Ayu dan Kakaknya. Sempat dibawa ke puskesmas terdekat, tapi tidak terselamatkan.


💙💙💙💙💙

Sudah cukup sampai disini ya temen-temen...
Terima kasih banyak sudah mau membaca...

Hadir Sejenak {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang