Bagian 6

57 12 4
                                        

"Ketika bibir tak sanggup berkata-kata lagi maka air mata sebagai gantinya."

- Dipta

💙💙💙💙💙


Pada tanggal 9 April 2013, aku berniat ingin jadian dengan Ayu. Rasanya seperti ada yang kurang jika belum jadian, sedangkan hubungan kami sudah sangat dekat. Aku mengirim SMS ke dia saat setelah melaksanakan Salat Isya, dan saat berdoa aku memohon agar dilancarkan.

Membuka layar pengetikan pesan SMS, "Bismillahirrohmanirrohim." dalam hati aku mengucapkan basmalah sembari menghela napas.

Dipta : Met malem Yu.
Ayu : Met malem juga.
Dipta : Lagi apa Yu?
Ayu : Lagi belajar.
Dipta : Belajar apa e?
Ayu : Lagi belajar mencintai kamu.

"Waduuhh." batinku.

Dipta : Eh Yu. Aku mau ngomongin sesuatu nih.
Ayu : Iya boleh, mau ngomongin apa?
Dipta : Kita kan udah tau perasaan kita satu sama lain.
Dipta : Ada yang mau aku tanyain nih.
Dipta : Kamu mau nggak jadi pacarku?
Dipta : Aku enggak memaksa kamu buat jawab sekarang.
Dipta : Aku bakal nerima jawabanmu apapun itu.
Ayu : Aku butuh waktu buat ngejawab e Dip.
Dipta : Iya Yu, nggak papa kok. Hehehe.

Sekitar 1 minggu lebih, Ayu mengajak bicara kepadaku hanya berdua saja.

"Dip, aku nggak mau kita pacaran. Maksudnya gini, aku nggak mau kalo kita putus habis itu kita marahan. Aku nggak mau..." menatapku dengan serius.

Dari tatapan matanya aku bisa tahu, ada sebuah rasa nyaman yang tidak ingin hilang dari kami berdua suatu saat nanti.

"Ya.. aku paham Yu. Kalo memang baiknya seperti itu, aku bisa bener-bener nerima kok." menatapnya dan tersenyum.

Begitu pun Ayu, kami berdua saling menatap dan tersenyum.

Semenjak itu, tidak ada rasa canggung di antara aku dan Ayu. Malah justru kami berdua menjadi semakin terbuka satu sama lain.

💙💙💙

Tanpa aku sadari, kabar aku jadian dengan Ayu ini tersebar. Suatu ketika aku sedang sendiri di kelas. Nia mendatangi ku dan bicara kepadaku mengenai hal itu.

"Eh Dip, Ayu tuh nggak mau pacaran sama kamu soalnya dia nggak mau kalian marahan nantinya."

"Loh, kok Nia bisa tau? " batinku.

Saat itu juga aku berpikir, "Kalo Nia bisa tau, otomatis Fio tau dong."

Selang beberapa hari kemudian Fio mengirim SMS di malam hari. Ternyata dia benar-benar tau, dan disini aku berpikir bahwa dia hanya ingin memastikan saja apakah aku benar jadian atau tidak.

Fio : Eh Dip, kamu nembak Ayu ya?
Dipta : Iya, lha emang kenapa?
Fio : Oh, gak papa. Hehehe.
Fio : Btw diterima apa enggak?

"Ini orang kok urusan banget." batinku.

Dipta : Enggak e Fi.
Fio : Kalo dia nolak apa kamu masih mau ngejar dia lagi?
Dipta : Ya jelas masih laahh..
Fio : Kejar aja terus sampe kamu capek.

Disini aku menangkap SMS terakhir Fio dengan perkataan yang ketus. Aku merasa dikejar-kejar untuk menjauhi Ayu dan malah sebaliknya untuk mendekati Fio.

Semenjak itu, Fio lebih sering mendekatiku seakan mencari perhatian padaku. Bagi Ayu yang mudah cemburu sudah pasti dia langsung mendiamkanku. Padahal aku hanya menanggapi seperlunya saja.

Beberapa hari kemudian rasa cemburu Ayu mereda. Dia ingin aku mengajarinya Matematika. Kebetulan ada mata pelajaran Matematika. Dia sudah biasa memintaku untuk mengajarinya.

Di waktu istirahat siang, Ayu memanggilku untuk mengajarinya di kelas. Kebetulan tempat dudukku tidak begitu jauh dari tempat duduk Ayu.

Aku bisa melihat masih ada Fio di dalam kelas. Meja tempat Ayu duduk berada di pojok kanan belakang dekat jendela yang mengarah ke lapangan tengah. Nah, Fio duduk di meja kedua sebelah kiri meja Ayu. Di antara meja mereka berdua ada satu meja kosong.

"Dip, sini Dip. Mbok aku diajarin." memberi senyuman manja.

"Mau diajarin apa?" aku tersenyum.

Aku berjalan ke mejanya dan duduk di sebelah kanannya.

"Eh Dip, liat deh. Ada yang cemburu." berbisik dan mata sedikit melirik ke kiri ke arah Fio, Ayu sedikit tersenyum.

"Ah, masa sih." aku sedikit melirik ke arah Fio.

Setelah itu Ayu tertawa perlahan sambil menutupi mulutnya, "Hahaha."

Lantas aku pun berpikir bahwa sekarang mereka berdua saling adu perhatian padaku. Berharap akan ada yang cemburu di salah satu pihak di antara mereka berdua. Jika diteruskan pasti bisa memicu perselisihan pertemanan di antara mereka.

💙💙💙

Masih sekitar bulan April, aku duduk berdua di kelas bersama Ayu saat istirahat tiba. Seperti biasa aku menemani Ayu di kelas. Sambil bercakap-cakap dan bersendau gurau, mendadak topik pembicaraan berubah. Ia mengeluhkan tentang hubungan pertemanannya bersama Fio.

Menunduk ke bawah sambil memainkan kuku jari, "Dip.. Fio tuh kemaren kecentilan banget e. Dia juga ngata-ngatain aku di Facebook."

Aku tidak mau menanyakan apa yang Fio katakan padanya, karena aku tidak ingin memperkeruh suasana.

"Masa sih Yu, aku nangkepnya kalo ngomong sama dia nggak ada yang spesial. Beda rasanya kalo pas lagi sama kamu." ku katakan dengan serius.

"Beda gimana maksudnya?" wajahnya merengut.

"Liat aku sini Yu..," ku tatap ke arah matanya dan ku pegang kedua pundaknya dengan kedua tanganku.

Posisi duduk kami saling berhadapan. Dia pun menatap mataku.

"Aku gak mau sama Fio Yu.. dan aku cuma mau sama kamu.." aku terbawa suasana sendu.

"Dip, mendingan kamu pacaran sama Fio." matanya sedikit berkaca-kaca menahan tangis.

"Aku gak mau kehilangan kamu Yu." merasa tidak tega jika dia sampai menangis.

Ayu hanya terdiam dan menatap ke arah mataku dengan air mata yang semakin menderas.

Aku tau maksud itu, ketika bibir tak sanggup berkata-kata lagi maka air mata sebagai gantinya.

Ayu tidak suka apabila ada konflik di dalam kehidupan pertemanannya, maka dari itu ia rela agar aku lebih baik dekat bersama Fio.

Tidak masuk akal memang keputusan Ayu. Karena aku tahu dia memiliki feeling yang sangat kuat dan aku benar-benar sayang, maka aku turuti kemauan Ayu.


💙💙💙💙💙

Aku jadi mikir, apa Ayu kuat ngeliat aku berduaan dengan Fio? 🤔

Hiyyaa.. seperti biasa.. jangan lupa vote dan komennya.. 😁

Hadir Sejenak {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang