Bagian 13

34 9 0
                                    

"Hanya sekedar dengan memastikan bahwa dia baik-baik saja itu sudah bisa disebut bagian dari cinta."

- Dipta

💙💙💙💙💙


Sekitar bulan Maret, sekolahku mengadakan Study tour ke Surabaya dan Malang.

Aku diantar oleh Bapakku daerah dekat area sekolah untuk bersiap naik bus.

Sesampainya di tempat parkir bus dekat area sekolah, aku berpamitan dengan Bapakku dan memasukkan tas koper ke bagasi bus.

Kami satu angkatan berangkat dari sekolah naik bus pariwisata setelah waktu Isya. Di dalam bus aku tertidur dan saat bangun aku sudah sampai di Asrama Haji Sukolilo Surabaya sekitar waktu Subuh.

Satu kamar berisi 5 tempat tidur tingkat dan 1 kamar mandi. Bisa dibilang satu kamar berisi 10 orang.

Kami melaksanakan Salat Subuh di masjid asrama, sarapan, lalu berangkat ke museum Kapal Selam yang dilanjutkan ke Museum Sepuluh Nopember. Sorenya kami pergi ke Hutan Mangrove dan balik ke asrama. Setibanya di Asrama Haji, sudah Maghrib.

"Loh kok hawanya kayak gini..." batinku.

Suasana asrama waktu petang menjelang malam ini berbeda, gelap sekali dan minim penerangan. Penuh dengan bangunan kosong. Bagi orang-orang yang peka dengan "mereka" yang berkeliaran pasti paham bagaimana rasanya. Aku jadi khawatir dengan Ayu, semoga dia tidak diganggu oleh "mereka" lagi.

Setelah waktu Isya tepatnya saat makan malam, tiba-tiba Ayu lari dari asrama perempuan ke arah luar entah mau pergi kemana.

Dia lari ketakutan, dan teman-temannya mengejar Ayu cukup jauh. Tak lama kemudian badan Ayu lemas dan jatuh di suatu tempat sekitar asrama dengan jarak yang cukup dibilang jauh untuk hanya sekedar berjalan kaki, dan dia digendong oleh beberapa orang untuk kembali ke asrama.

Beberapa saat kemudian Ayu sudah baikan. Anak-anak perempuan menggelar tadarus Al-Qur'an di asrama perempuan.

Aku dan Aidan, teman kelasku yang peka dengan "mereka" yang berkeliaran, merasa penasaran dengan tempat ini dan akhirnya kami memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar komplek asrama. Apakah seangker itu? Sampai-sampai Ayu bisa diganggu seperti itu.

Asrama ini luas sekali, tempatnya cukup rimbun dan cukup banyak pohon. Banyak gedung dan ruangan yang tidak dipakai. Cocok sekali ini apalagi situasi lembab setelah hujan dan masih gerimis, karena "mereka" akan lebih mudah tampak ketika hawanya lembab.

Saat memulai perjalanan, "Wih rame banget ini." batinku.

Tempat ini banyak penunggunya. Rasanya itu ibarat di tengah lapangan luas yang penuh sekali dengan orang, dan orang-orang itu mengelilingimu sekaligus semua melihat ke arahmu.

Sampai di masjid asrama dekat gerbang keluar asrama, suatu ketika Aidan melihat makhluk yang tingginya lebih dari 10 meter dan berbulu berwarna hitam, seperti Genderuwo. Dia melihat di luar pagar asrama, tepatnya di rumah kosong tak berpenghuni.

Sesaat setelah melihat itu, Aidan ingin muntah. Tanda orang akan kesurupan adalah ingin muntah secara tiba-tiba.

"Aduh aku rasanya mau muntah ini." membungkuk ingin muntah.

"Tahan nafasmu biar Dan, biar aman."

"Aduh, rasanya kayak didorong ini." sedikit meringis menahan dorongan.

Dorongan yang dirasa ini adalah dorongan dari makhluk halus yang ingin masuk ke tubuhnya.

"Tetep tahan nafasmu sampe aman." aku menyuruhnya lagi.

Hadir Sejenak {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang