Bagian 2

87 18 4
                                    

"Bibir tidak berkata suka tapi gestur berkata suka, gestur akan selalu lebih jujur."

- Dipta

💙💙💙💙💙


Hari masuk sekolah pun tiba. Seluruh siswa masuk seperti biasa. Dalam keadaan berpuasa, teman-teman tetap membuat lelucon yang membuat perut menggelitik terutama Zulkarnain teman satu mejaku. Akan tetapi anehnya kami tidak merasakan haus karena tertawa terus menerus sehingga seakan-akan kami lupa dan tidak merasa ingin minum maupun makan.

Nah, pada saat itu aku sempatkan waktuku untuk meminta nomor hanphone Ayu.

"Yu, aku boleh minta nomer HP mu nggak?" Aku tersenyum.

"Boleh, ini nomor hpnya, dicatet ya..." Dia menjawab dengan senang hati.

Setelah itu aku meminta akun Facebook-nya, "Yu, kalau Facebook kamu punya nggak?"

"Punya, namanya Ayu Imsahni. Di add aja, hehehe." Sambil tertawa.

Mulai saat itu aku dan Ayu sudah saling tahu nomor handphone dan akun Facebook kami masing-masing, dan kami sering sekali SMS-an hampir setiap hari setelah waktu maghrib maupun isya.

💙💙💙

Di pagi hari tepatnya tanggal 7 Agustus 2012, aku berangkat sekolah agak pagi dari biasanya. Saat masuk ke kelas aku terkejut, yang biasanya Ayu tidak berjilbab, sekarang ia mengenakan itu. Ayu mengucapkan selamat ulang tahun padaku.

"Dipta, selamat ulang tahun ya." Menyalamiku sambil terenyum.

"Makasih lho Yu udah ngucapin." Aku tersenyum malu.

Aku pun tak menyangka, bahkan lupa kalau pada hari itu adalah hari ulang tahunku. Aku bingung, dari mana Ayu bisa tahu tanggal lahirku. Setelah aku mencoba mengecek ke Facebook, ternyata dari situ lah Ayu tahu tanggal lahirku.

Pada saat itu tidak ada yang mengucapiku sama sekali, namun cukup masuk akal karena mungkin memang belum ada 1 bulan masuk sekolah dan memiliki teman baru. Akan tetapi beda halnya dengan Ayu yang mengucapkan seperti itu.

Nah, dari kejadian itu aku mulai tahu kalau ada tanda-tanda suka darinya.

Dugaanku semakin kuat ketika Ayu sering menyempatkan waktu untuk curi-curi pandang dengan menatapku sambil tersenyum. Saat aku balik menatap, dia tetap mempertahankan tatapannya hingga lebih dari 5 detik. Lima detik bukan lah waktu yang sebentar hanya untuk saling menatap.

Semenjak itu, Ayu menjadi alasanku untuk selalu berangkat sekolah, hanya untuk sekedar melihat apakah dia bahagia atau tidak. Membuatku semakin giat belajar hanya untuk memberi kesempatan agar dia selalu bertanya tentang pelajaran padaku.

Bagi aku orang yang introvert, aku benar-benar membutuhkan sosok seperti Ayu. Sosok yang ceria dan bisa benar-benar melengkapiku.

Semenjak itu, aku memulai untuk membuka hatiku untuknya.

💙💙💙

Di setiap hari, ada teman laki-laki satu kelasku yang bernama Thufail, dia selalu mendekati Ayu. Aku merasa cemburu, namun bagiku itu cukup manusiawi. Percakapan antara mereka berdua pun terlihat sangat akrab.

Namun suatu hari Ayu curhat kepadaku. Ayu mengatakan bahwa dia merasa tidak nyaman ketika berada di dekat Thufail. Ayu mengatakannya lewat chatting di Facebook. Dia mengawali percakapan dengan sedikit basa-basi.

Ayu : Foto kecilmu lucu banget.
Dipta : Unyu ya, hehehe.
Ayu : Hahhahahhah iya lho.
Ayu : Dip, aku boleh curhat gak?
Dipta : Boleh.
Ayu : Si Thufail tuh sekarang sok perhatian banget e sama aku.
Dipta : Mungkin ada rasa.
Ayu : Tapi aku gak suka.
Dipta : Oalah kirain suka, hehehe.
Ayu : Jangan bilangin ke siapa-siapa lho.

Dari percakapan di Facebook itu, sekarang aku tahu kalau Ayu tidak nyaman dengan Thufail. Aku tahu sebenarnya dari mimik wajahnya ketika dia berada di dekatnya, Ayu harus berpura-pura tersenyum ketika Thufail mendekatinya. Namun cara dia menatap mataku aku tahu kalau orang yang membuatnya merasa nyaman hanyalah aku.

💙💙💙

Pada akhir semester pertama ada Classmeeting. Acara ini diadakan setelah melakukan UAS (Ujian Akhir Semester). Pada Classmeeting ini aku mengikuti lomba drama untuk mewakili kelasku.

Awalnya aku tidak mau untuk ikut lomba ini, karena aku dipercaya oleh teman-temanku akhirnya aku mengikutinya. Lomba drama ini merupakan lomba antar angkatan, sehingga pesaingnya tidak hanya dengan satu angkatan tapi kakak kelas juga ikut.

Pada drama ini, kelas kami mengambil kisah dari Raden Ajeng Kartini. Di sini teman ku bernama Nia berperan sebagai Raden Ajeng Kartini, dan aku berperan sebagai suaminya, yaitu Raden Adipati Joyodiningrat. Dalam classmeeting ini, kisah Raden Ajeng Kartini sengaja dibuat romantis. Ada scene ketika aku memegang tangan Nia.

Hari demi hari telah kami gunakan untuk menghafal naskah dan beberapa latihan praktik. Hingga tiba saatnya untuk menuju panggung pementasan drama yang berada di ruang aula. Di ruang aula ini disediakan beberapa tempat duduk untuk menonton drama.

Disini aku dan temanku yang laki-laki mengenakan pakaian batik dan menggunakan blangkon, dan perempuan mengenakan kebaya dan menggunakan jilbab.

Kami menunggu di sekitar aula saat dua urutan pentas sebelum kami naik ke atas panggung. Disitu aku dan Nia berlatih supaya ada kecocokan diantara kami berdua. Hingga saatnya tiba kami maju ke atas panggung. Aku bisa melihat Ayu duduk di kursi penonton. Jujur aku gugup sekali.

Beberapa scene telah kami lalui hingga telah sampai pada yang terakhir dimana Nia ini meninggal ceritanya, dan aku memegang tangannya. Para juri berdiri dan penonton bertepuk tangan.

Saat turun panggung dan berjalan keluar aula, tiba-tiba Ayu berjalan di sampingku seperti mengejar.

Sedikit tersenyum, "Cie, tadi pegangan tangan sama Nia e." Senyumnya langsung hilang dan pergi mendahuluiku.

Batinku dia cemburu, dan ternyata benar. Dia seperti mendiamkanku selama seminggu. Dari situ aku bisa tahu, Ayu ini orangnya cemburuan.

Aku bisa merasakan ini seperti sebuah siklus. Ketika dia cemburu, dia pasti mendiamkanku selama seminggu. Setelah seminggu, dia kembali seperti semula.


💙💙💙💙💙

Sebenernya Ayu ada rasa nggak sih? Gimana menurut kalian? 🙂

Jangan lupa voment di bawah... 👇

Hadir Sejenak {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang