Heejin dan Herin dengan pelan berjalan memasuki bandara yang cukup lengang karena seperti perhatian semua zombie sedang berfokus pada Krystal, Amber, dan Saeron.
Mengingat hari masih gelap, keduanya sedikit kesulitan untuk melihat keadaan sekitar. Keduanya hanya mengandalkan cahaya bulan dari luar, beberapa bagian bandara yang masih berfungsi sumber pencahayaannya dan bunyi-bunyi kecil yang dihasilkan oleh zombie-zombie yang mungkin muncul lagi entah darimana.
"rrgghh!"
Heejin dan Herin langsung menghentikan langkah mereka ketika merasakan ada zombie di dekat mereka. Heejin lalu menajamkan indera penciumannya. Mayat hidup seperti mereka tentu mempunyai bau busuk yang khas. Kemudian gadis itu mengambil pedang miliknya, dan mengayunkannya dengan lihai kearah samping kirinya.
krak!
Herin hampir saja berteriak kaget karena kepala zombie yang baru saja di tebas Heejin jatuh tepat di depan kakinya. Untungnya sang sahabat dengan cepat langsung membekap mulutnya agar suara melengkingnya tidak keluar.
"lo gamau kan mati muda sekarang?" ucap Heejin pelan sambil menatap Herin di hadapannya.
Herin menggeleng lalu melepas paksa tangan Heejin yang menutup mulutnya. "gila! Gue gabisa napas monyet!" pekik Herin pelan.
Heejin mendengus pelan. "alay."
Kemudian keduanya kembali melanjutkan perjalanan mereka yang sempat tertahan di pintu masuk bandara. Kali ini gerakan mereka sedikit cepat, mengingat waktu yang mereka punya tidak banyak. Karena saat ini mereka sudah benar-benar memasuki bagian dalam bandara yang tentunya tidak terlalu gelap seperti diluar tadi, keduanya dengan lihai berjalan tanpa menyenggol atau menendang apapun yang ada di sekitar mereka.
"gila, gue gak tau pasti lagi posisi mereka dimana.." gumam Heejin ketika mereka bertemu dengan perempatan bandara. Entah harus berbelok kemana mereka.
"lo tadi nge-hack cctv bagian ini gak?" tanya Heejin pada Herin.
Herin berpikir sejenak sambil melihat sekitar, lalu berdecak pelan. "sial.." umpat Herin.
Heejin menghembuskan napasnya perlahan lalu memikirkan kembali strategi miliknya. Ia lalu melirik Herin yang saat ini juga sedang menatapnya. Herin yang mengerti tatapan Heejin menggeleng pelan.
"ngga Hee, ngga. Lo tau kan apa yang terjadi kalo kita misah?"
Heejin mendengus malas. "mandiri dikit lah nyet!"
"kali ini ngga dulu!" sahut Herin menolak keras permintaan sang sahabat.
Heejin berdecak pelan sambil memundurkan tubuhnya untuk bersandar pada dinding, tapi keberuntungan tidak berpihak pada mereka kali ini. Gadis itu malah terbentur vending machine yang pintunya sudah setengah kebuka, mengakibatkan kaleng-kaleng minuman berjatuhan yang menyebabkan bunyi nyaring.
Heejin dan Herin saling tatap. Mereka langsung mendengar bunyi geraman disusul bunyi langkah kaki yang jumlahnya sangat banyak. Tanpa berpikir panjang Heejin langsung menarik Herin berlari untuk mencari tempat bersembunyi terlebih dahulu.
Heejin menarik Herin untuk bersembunyi di balik salah satu meja check in. Ketika keduanya tengah mengatur napas mereka, ekor mata Herin menangkap seorang perempuan yang membelakanginya tergeletak tak jauh dari posisi mereka. Dapat Herin lihat jika perempuan itu sudah terinfeksi karena terdapat gigitan di betis perempuan itu dan baju bagian atasnya yang sedikit terkoyak.
"Herin–
"rrgghh!"
"shit!" Herin langsung mengeluarkan pistol miliknya ketika zombie perempuan itu menoleh ke arah mereka. Tanpa banyak kata gadis itu langsung menembak zombie tersebut sebelum dia menuju kearah mereka.