Sehabis dari mereka menonton drama ala Herin dan Mark, Heejin pergi mengikuti Chenle dan Jisung kekamar mereka.
Langsung ia merebahkan diri ditempat tidur milik Jisung sedang yang punya ia suruh rebahan dilantai. Karna Jisung mulai bucin sama Heejin, jadi ia mengiyakan perkataan gadis itu.
"Hee, Haechan hyung ada ngomong sesuatu ke lu gak?" tanya Chenle yang ada disebelahnya.
Heejin menggeleng. "yang lainnya? Kayak Jaemin hyung?" tanyanya lagi.
Heejin menggeleng. "kenapa?"
Chenle tersenyum tipis lalu melirik Jisung yang diam diam mendengarkan percakapan mereka. "gapapa." ucapnya.
"btw Hee, lu kenapa tinggal kepisah sama Saeron?" tanya Jisung.
Heejin terdiam sejenak, lalu ia bangkit dari rebahannya dan duduk menyandar di headboard kasur.
"its a long story. Awalnya gua dan Saeron tinggal dirumah yang sama sampai dimana mama gua kecelakaan dan meninggal ditempat."
"2 minggu setelah mama gua pergi, gua memutuskan buat pindah ke London dan sekolah disana."
Chenle dan Jisung menatap Heejin yang seperti sedang menahan tangisnya.
"harusnya gua pindah kesana, tapi gua gabisa. Gua gabisa tinggal sama rasa bersalah gua. Kata papa gua, harusnya gua juga ikut mati, biar mama gua gak sendirian." Heejin terus bercerita, mengabaikan Chenle dan Jisung yang mulai menatap cemas kepadanya.
"kalian tau kenapa mama gua bisa kecelakaan?" tanya Heejin ke mereka.
Chenle dan Jisung hanya diam dan menggeleng. Heejin tiba-tiba tertawa dan menangis disaat bersamaan, membuat keduanya merinding kaget.
"ITU KARENA GUA! GUA PENYEBAB MAMA GUA MATI!" Heejin berteriak, membuat kedua cowok itu melonjak kaget.
Heejin menangis. "h-harusnya gua gak minta mama gua jemput ditempat les gua pas lagi hujan badai itu, harusnya gua pulang sendiri. HARUSNYA GUA GAK MINTA MAMA JEMPUT BIAR DIA MASIH HIDUP SAMPAI SEKARANG!"
Heejin menangis keras dan mulai menjambak rambutnya. Chenle dan Jisung kaget dan berusaha keras menahan kedua tangan gadis itu.
Mereka kebingungan menghadapi Heejin yang tiba-tiba berubah. Gadis itu berusaha keras menyakiti dirinya sendiri.
"HEE SADAR!" teriak Chenle pada akhirnya. Ia bingung harus melakukan apa lagi.
Tangis Heejin tiba-tiba berhenti, berganti dengan wajah bingungnya. Ia menatap kedua tangannya yang dipegangi oleh Chenle dan Jisung.
"kalian kenapa?" tanyanya.
Chenle dan Jisung melongo menatap Heejin. Tapi sedetik kemudian gadis itu tertawa keras.
"Hee.. Lu gapapa kan?" tanya Jisung was was.
Heejin mengangguk. "antar gua ke kamar bisa?" tanyanya pelan. Wajahnya berubah kembali menjadi sendu.
Jisung auto mengangguk lalu menggandeng erat tangan Heejin menuju kamar gadis itu. Sebelum Heejin masuk, Jisung menyempatkan diri mengelus pucuk kepala gadis itu. Heejin hanya diam dan menundukan kepalanya, pipinya pasti memerah karena cowok itu.
"istirahat yang cukup ya." ujar Jisung.
"hm, thanks Ji.."
Jisung tersenyum dan mengangguk, lalu ia pamit balik kekamarnya, meninggalkan Heejin yang masih terdiam didepan pintu kamarnya memandangi punggung tegap Jisung yang menjauh.
Gadis itu tersenyum kecil sambil memegangi jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya.
.
.