tak! tak!
"gua dulu." ucap Heejin dengan wajah dinginnya.
"lo harus ngalah sama gua, kakak." balas Saeron penuh penekanan.
Kedua anak kembar itu sedang berebut ayam goreng bagian paha yang tersisa satu. Tidak ada yang mau mengalah sedikitpun.
"Sae, tapi tadi—
Omongan Sooman terpotong dengan suara tegas Yunho.
"bener kata Saeron hyung, Heejin harusnya ngalah sama adiknya sendiri." tegas Yunho memandang tajam Heejin.
Heejin yang tidak mendapat pembelaan langsung menjauhkan sumpitnya. Nafsu makannya hilang setelah mendengar ucapan Yunho.
Di seberangnya Saeron tersenyum penuh kemenangan. "makasih, kakak," ucapnya dengan nada meledek.
Herin yang berada di sebelahnya memandang khawatir Heejin. Gadis itu tau, pasti sekarang sahabatnya sedang mencoba menahan mati-matian airmatanya. Selalu begitu setiap saat, dan dia yang selalu menjadi saksinya.
Herin menepuk nepuk pelan paha Heejin, mencoba memberi semangat.
"kamu itu kakak Heejin, apapun itu harus ngutamain adiknya dulu." ujar Yunho.
Heejin mengepalkan tangannya. "yaudah, berarti nanti kalo malaikat maut nanya siapa yang mau mati duluan, berarti aku jawab, Saeron,"
Yunho mengerutkan keningnya. "maksud kamu?"
"yakan papa bilang harus ngutamain adiknya dulu, berarti nanti kalo ditanya siapa yang harus mati duluan, aku jawab Saeron karena dia adik." ucap Heejin dengan nada sinisnya.
"lo mau gua mati?" tanya Saeron, sedikit kaget.
"siapa sih emang yang gak mau lu mati?" balas Heejin dengan tatapan dinginnya.
"Jung Heejin!" seru Yunho penuh amarah.
Heejin menulikan pendengarannya. "aku selesai." ucapnya lalu beranjak pergi dari sana.
Herin yang melihat kepergian Heejin segera menyusul sang sahabat. Makan siang miliknya tak sepenuhnya habis.
Sooman memijat pelipisnya yang nyut nyutan. "kalian lanjutin aja makan siangnya, biar Herin yang nemenin Heejin." ujar Sooman ke semua member nct yang terlihat khawatir.
Mereka mengangguk patuh. Sedangkan Herin melangkah cemas menyusul Heejin yang naik ke rooftop mansion.
"what happened?" tanya Herin setelah duduk disamping Heejin.
Heejin menggeleng pelan. Tapi airmatanya mengalir tanpa ia sadari. Herin tersenyum jengah, lalu mengusap pipi sang sahabat yang basah. "cerita, setidaknya ke gua tau apa yang lu rasain,"
"gua mungkin emang gabisa bantu lu semaksimal mungkin tapi setidaknya gua bisa ngerasain apa yang lu rasain dengan membaginya ke gua."
"Hee, apa gunanya sahabat kalo kita gak ngerasain sakit bareng-bareng, seneng bareng-bareng, lo itu gua, gua itu lo." Herin mengakhiri ocehannya.
Heejin langsung memeluk Herin dan menumpahkan kembali airmatanya. "im sorry.." lirih Heejin.
Herin menggeleng. Ia lalu menguraikan pelukannya dengan Heejin dan memegang bahu gadis itu. "mau cerita sekarang?" tanyanya.
Heejin mengangguk. Ia pun menceritakan semuanya pada Herin, mulai dengan sang papa, Yunho, hingga pertengkarannya dengan Saeron tempo hari lalu.
"serius Saeron??" tanya Herin kaget. Heejin mengangguk.